PROLOG
Happy reading....
.
.
.
· Palu, 2020
Kamu tahu apa itu cinta? Kamu tahu apa itu sayang? Bagaimana dengan suka? Atau tentang kagum? Jawablah! Aku ingin tahu pendapatmu.
Bahkan sampai detik ini, jika aku disuruh menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, maka aku akan menyerah. Aku lebih baik menjawab pertanyaan "kapan wisuda?" atau "kapan nikah?" dibandingkan harus menjawab pertanyaan tentang cinta dan sejenisnya.
Kenapa? Karena aku tak pernah memahami satu kata yang penuh makna itu. Aku tak cukup lihai dalam mendeskripsikan tentang cinta. Apa itu cinta? Apakah seorang gadis sepertiku pernah merasakan indahnya rasa itu?
Entahlah. Sebaiknya simak saja ceritaku. Mungkin setelah ini kita akan mempunyai kesimpulan yang sama. Mungkin.
· Juli 2018
"Gimana kabar kamu selama ini, Ra?"
Hanya satu kalimat. Hanya satu pertanyaan. Namun, sungguh, pertanyaan itu berhasil merobohkan benteng pertahanan yang sudah kubangun selama dua tahun. Hatiku kembali berdebar, bahkan sangat berdebar. Rasanya aneh. Padahal sudah dua tahun aku tak pernah bertemu dengannya. Bahkan aku sudah menganggap dirinya tak pernah ada di dunia ini, walau sering kali aku merasa rindu. Jahat memang, tapi tujuanku hanyalah agar aku bisa melupakannya. Dan ketika aku dipertemukan lagi dengannya, rasa hatiku seperti kembali ke masa silam.
"Alhamdulillah, baik. Kamu?" Aku mencoba menjawab dengan nada suara yang biasa saja. Sebisa mungkin aku mengatur ritme jantungku yang berdetak hebat. Debaran jantung, perasaan hangat dan tenang, semuanya masih sama seperti dulu.
"Alhamdulillah," ucapnya diikuti senyum khas yang sejujurnya aku rindukan, "saya juga baik."
Lagi-lagi aku hanya mengangguk dan tersenyum. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku canggung. Salah tingkah. Aku tak tahu harus melakukan apa.
Hening. Aku—mungkin juga dia—berpikir tentang kata atau kalimat apa yang harus diucapkan selanjutnya. Waktu dua tahun adalah waktu yang cukup lama. Tak bersua, bahkan tak saling berkomunikasi. Padahal sebelumnya pernah saling menyukai. Jadi, hal yang wajar jika kami duduk berdampingan, tetapi saling diam penuh arti. Saat itu adalah waktu yang sangat sulit bagiku, dan aku yakin dia juga merasakan hal yang sama denganku.
Apa kabar? Apa yang kamu lakukan selama dua tahun ini? Apa kesibukanmu? Apa kamu baik-baik saja? Aku selalu merindukanmu.
Aku hanya menyimpan berbagai macam pertanyaan di benakku, tanpa ada niat memulai. Gengsi memang menghancurkan segalanya.
Sabtu malam dengan bintang-bintang bertaburan indah di langit Kota Palu. Aku melempar pandanganku ke sekeliling. Para alumni SMA Tadulako saling melepas rindu. Ada beberapa alumni yang datang bersama anaknya. Aku tersenyum simpul. Andai beberapa tahun akan datang diadakan lagi reuni akbar, mungkin aku akan melakukan hal yang sama.
Padanganku kembali pada lelaki di sebelahku. Lelaki dengan suara dan tatapan mata yang menenangkan. Reuni akbar SMA Tadulako telah mempertemukan kami lagi.
Lelaki dengan eye smile. Sungguh, aku sangat merindukannya.
###
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top