Jam Dinding
Jam Dinding
Aku merasa kehilanganmu
Meski aku yang membunuhmu
Kau mengusik malamku
Kulihat detikmu seolah menendangku
Menyuruhku untuk cepat melaju
Dan menakutiku
Seolah hari esok bukan lagi untukku
Aku merasa kehilanganmu
Di ujung detik ketika pikiran memanas
Sudah kubanting apa yang sedang digenggam
Pikiran itu tetap menggerogoti
Kucoba mengeraskan volume musik
Kucoba semakin gencar bergerak
Kucoba memejamkan mata
Namun, semakin parah saja
Kutatap kau tajam
Menyergap, mengepalkan tangan
Tak lagi bisa berpikir
Pukulan itu melesat tajam
Tak terasa, mungkin panasnya jiwa mengebaskan rasa sakitnya
Kaca-kaca menempel pada jemari
Kaca-kaca berserakan
Angka 6 darimu pun bolong tak terasa
Darah mengalir, membanjiri lantai
Kaca-kaca itu masih berkumpul di sana
Menuntut pertanggungjawaban pada kulit yang menghantam induknya
Keringat menetes, "Apa lagi yang kulakukan?"
Suara pecah mengundang tanya
Tangan masih gemetar dituntut serpihan kaca
Darah masih saja menetes
Tiga, empas, lima lembar tisu berubah merah
Namun, tetap saja tak berhenti di sana
Jam dinding yang selalu mengingatkanku akan waktu
Melihatku ketika berusaha mengecilkan perut dengan olahraga
Menjadi panduan sesi-sesi berikutnya
Juga menemani malamku dengan kecemasan atas waktu
Aku berduka
Melihat kau tiada
Kini kuganti kau dengan jam dinding berwarna merah muda
Dengan harapan warnanya dapat memadamkan emosi dalam jiwa
Tangerang, 4 Agustus 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top