👻9

Datang lagii~~

🎶 Mesin Waktu - Budi Doremi

Aku sebenernya masih Ngegalauin Echan, masih belum Terima dia mati😭

Tapi harus tetap Happy kiyowok🥺

Happy Reading🤟
.

"Lah, ngapa dah?"

"Ya Gak boleh lah!"

"Ya emang kenapa?"

"Ya gak boleh, emang dia siapa pake mau ngelindungin lo segala!?" kata Bright tak mau kalah.

"Terus lo juga siapa?" tanya Win balik.

"Gue sahabat lo lah! jelas gue punya hak buat larang!"

"Sahabat?" tanya Win yang langsung di balas anggukkan cepat oleh Bright. Seolah Bright merasa menang akan jawabannya. Win tersenyum pedih.

"Cuma sahabat doang kan? Kalo Jordi calon pacar sih kata gue!" final Win.

Bahkan Win tidak menunggu jawaban dari Bright, malah dia langsung melirik sepiring makanan yang sedari tadi di abaikan.


Win mengambil piring itu menyuap isi makanannya itu tanpa menoleh pada Bright. Sedangkan sang tuan rumah kini seperti terbakar hidup-hidup. Apa katanya tadi? Calon pacar?

Darah Bright rasanya mendidih dari ujung ubun-ubun sampai jempol kakinya. Rambutnya seperti di setrum oleh listrik yang berhasil mengguncangkan sebadan-badan milik Bright. Rasanya Bright mau pipis di celana saja saking sulitnya mengartikannya perasaannya sekarang.

Bright juga tidak mengerti kenapa dia begini. perasaannya kembali acak. Lidahnya kelu setelah mendengar penuturan Win tadi. Seolah kata-kata yang barusan keluar itu adalah senjata yang mampu membuat mental Bright angkat tangan.

Bright tidak mampu menjawab. Perasaannya kini panas dingin, antara marah dan malu. Tapi Bright belum menemukan konteksnya apa.

Bright manatap Win yang kini tengah lahap menyantap makanannya, Win seolah lupa kalau dia bukan lagi manusia. Cara makan Win tidak jauh berbeda saat dia masih hidup dulu. Win pasti tidak akan memperdulikan sekitar sebelum makanan di piringnya licin. Bright sengaja memberikan porsi yang banyak untuk Win, karena si manis itu tidak akan pernah menyisakan sedikit pun jejak nasi di piringnya. Lucu.

Seperti sekarang, wajah Bright tiba-tiba merah padam hanya karena melihat cara makan Win yang terlihat berantakan. Padahal sebelumnya Bright biasa saja melihat cara makan laki-laki manis itu. Tapi sekarang, kedua sudut bibirnya secara otomatis naik ke atas.

Bright menunduk merasakan jari-jari kakinya yang dingin. Matanya masih belum lepas dari Win. Untungnya Win masih belum menyadari kondisi Bright sekarang.

Win makan dengan lama. Sebenarnya Win sekarang makan bukan karena ingin makan seperti sebelumnya atau lapar seperti dulu saat masih hidup. Hari ini dia makan hanya untung mengalihkan perhatian dan perasaannya sekarang. Dia tidak sanggup bertatapan terlalu lama dengan Bright. Dia tidak sekuat itu.

Sepanjang percakapan mereka tadi. Sempat terlintas di pikiran Win kalau Bright sudah menyukainya. Bright cemburu dan tidak ingin Win di miliki oleh orang lain.

Ya, Win berpikir seperti itu. Tapi itu sebelum realita kembali menariknya untuk sadar. Win cukup sadar diri, dia dan Bright seperti ada sekat tajam yang membatasi mereka, yaitu perasaan.

Perasaannya dan Bright itu berbeda. Win seharusnya dari dulu merapalkan untuk berhenti berharap sebelum terlalu jauh. Namun sayangnya Win terlalu jauh melewati batas harapannya, kalau kata orang-orang sih halu tapi nagih.

Win menyelesaikan makannya. Walaupun lahap, gerakan Win terlihat seperti slow motion bagi Bright. Entah Win sengaja atau tidak, tapi Bright melihat Win seperti memperlambat acara makannya.

Win mencoba memberanikan diri untuk menatap bola hitam pekat milik Bright. Mata Bright terlihat sayu saat menatap Win kini. Tawa Win hampir meledak saat memperhatikan betul-betul ekspresi yang Bright pasang.

"Ngapain nih bocah?" batin Win tertawa.

Namun tak lama kemudian Win mengubah ekspresi nya menjadi serius menatap binar mata milik Bright yang juga kembali serius. "Bright, sekarang gue mau ngomong...."

"Ngomong aja."

"Soal yang tadi, gue bilang Jordi calon pacar gue itu gak usah di pikirin.... "

"Karena gue gak serius ngomong itu," lanjut Win.

Tanpa sadar Bright melepaskan napasnya yang sedari tadi tersekat, hatinya bersorak kecil. "Horee!" Begitulah kira-kira.

"Tapi yang serius itu ... gue mau berenti."

"Ha! ... Berenti apa?" tanya Bright bingung.

"Gue mau berenti buat suka sama lo Bright. Gue mau berenti berharap lagi. Jujur dari hati gue yang paling mungil, gue cape harus mendem perasaan gue dari semasa gue hidup dulu. Dan pas gue udah mati ternyata perasaan gue juga masih utuh, malah semakin menjadi dengan segala macam kemungkinan-kemungkinan yang berasal dari imajinasi gue sendiri." Win mencoba menghilangkan rasa malunya untuk yang ke-dua kalinya. Pertama, saat dia mengungkapkan perasaannya pada Bright.

Bright kini menatap Win. Harusnya dia juga merasa senang kan? Bright tidak punya perasaan lebih untuk Win, lalu kenapa jantungnya kini kembali terasa di remat kuat.

"Gue gak mau memupuk harapan yang gak akan pernah terjadi, gue gak mau pura-pura suka satu hal yang lo juga suka agar gue terlihat cocok buat lo, gue gak mau Bright. Gue capek sakit hati terus. Gue akan coba buat-"

"Win!" Bright memotong ucapan Win. Jujur, Bright rasanya takut untuk mendengar kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Win. Rasa sakit yang di rasakan Win kini dapat Bright rasakan.

"Sekarang kalau lo ngikutin keinginan lo buat berenti, lo mau pergi kemana?"

Win diam, dia juga bingung. Dia akan pergi kemana? Ke alam yang seharusnya dia tempati? Tapi di mana. Win bahkan tidak yakin dia benar-benar mati. Dia belum pernah bertemu dengan mahkluk yang sering di sebut; malaikat maut sejujurnya.

"Mungkin ke tempat yang seharusnya gue tempati. Yang pasti bukan di dunia, Bright," balas Win tidak yakin.

''Tidak tidak tidak tidak!'' Bright terus meramalkan itu. Dia tidak mau Win pergi. Egois memang, tapi Bright tidak siap dan tidak akan pernah siap.

"Win, bahkan lo gak yakin sama apa yang lo bilang. Kalo kata gue sih, lo cocokan di sini aja bareng gue."

"Ya tapi buat apa?" tanya Win tersulut emosi.

"Ya lo pergi juga buat apa?"

"Biar gue gak bisa liat lo! Gue muak sakit hati terus Bright!!"

Berbeda dengan Win yang terbawa emosi, Bright malah sekarang tersenyum tulus.

"Win, gue tau gue jahat banget. Tapi kalo lo capek, lo bisa istirahat sampe capek lo ilang," kata Bright pelan.

"Sampe kapan, Bright?"

"Sampe capek lo ilang kan kata gue?!" seru Bright.

Win diam, tidak lagi menjawab. Dia tau Bright seperti apa. Jika lawan debat kalian adalah Bright, makan jangan berharap untuk menang, sudah di pastikan kita tidak akan pernah menang. Karena Bright punya 1001 cara dan jawaban untuk membuat lawannya kalah. Jadi sebelum benar-benar kalah lebih baik Win mengalah dulu.

Keduanya diam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Win sibuk dengan pikirannya yang bercabang hingga dia bingung apa yang harus di dahulukan untuk di pikir. Sedangkan Bright, dia harus melakukan apa agar Win tetap di sini.

Di tengah sibuknya pikiran mereka, Sekelebat pikiran dari Bright yang ingin menggantikan status sahabat di antara mereka. Tapi setelahnya, Bright menggeleng cepat dan tertawa kecil. Tak lama kepalanya menoleh menatap Win.

Win masih dengan wajah murungnya. Seperti ada banyak yang ingin Win katakan. Tapi dari air wajahnya- hantu manis itu juga terlihat bingung.

"Bright .... "

"Apa?"

"Kalo di pikir-pikir gue itu bodoh gak sih bisa suka sama lo?"

Bright tersenyum masam. Emang Bright separah itu ya, sampai orang yang suka sama Bright akan terlihat bodoh?

"Iya Win, lo bodoh."

Win menatap Bright heran. Jadi bener dia bodoh?

"Tapi gue suka lo yang bodoh. Lo mau kan nunggu gue suka balik sama orang bodoh itu?"

"Hah!?"

.
.
Tebese

Mata ku gak sanggup. Selamat malam kamis 😚

Jangan lupa Vote nya ya🤟

- Bundanya Win🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top