👻8

Datang lagiiii~~

🎶 lagu nya mewakili aku sekarang 😭

Jangan lupa Bintang nya di taro dulu🤭

Happy Reading 🤟
.
.
Win diam menatap langit-langit kamar milik Bright. Sejak Bright menariknya tadi dan membawanya pulang kerumah. Bright tak lagi menampakkan dirinya didepan Win.

Win tidak tau apa yang membuat Bright terlihat marah seperti itu. Bukannya Bright sendiri yang kemarin sempat berdoa agar Win tak datang. Win mendengarnya dengan jelas, tentu hatinya berdenyut sakit, bahkan sampai sekarang pun sakit itu masih tertinggal, mendengar orang yang di cintainya tidak mengharapkan keberadaannya.

Win harus menerimanya, dia benar-benar menuruti keinginan Bright. Dia tidak muncul untuk Bright, meskipun dia rindu.

Win sadar diri, memangnya dia siapa. Dia hanya orang asing yang merasa asik dan nyaman di keluarga ini. Win sekarang sulit merasakan ketulusan, bahkan dari Bunda. Sejak melihat kedekatan Bunda dan Vimin, Win merasa dia seperti bukan siapa-siapa lagi. Dia tidak spesial di keluarga Bright. Apa yang dia harapkan.

Selama tiga hari ini, Win bersama Jordi. Bahkan raga Win seperti di tarik dan di paksa untuk datang. Mau tidak mau Win datang. Dan ketika Win datang saat itu, Win melihat Bapak-bapak seperti Dukun sedang menjampi-jampi langit dan sekeliling rumah Jordi bergantian. Dan tak lama setelah itu hujan datang dengan derasnya.

Win akhirnya paham. Jordi memanggil pawang hujan agar Win datang menemuinya. Win jadi sedikit terharu.

Tiga hari di rumah Jordi tak membuat Win tenang dan nyaman, berbeda seperti saat di rumah Bright.

Saat di rumah Jordi, kepala Win pusing saat dia melihat Wanita yang akhir-akhir ini sedang dekat dengan Bright. Rasanya mau muntah, tapi Win sadar dia sekarang kan Hantu, gimana cara muntahnya, Win belum tau caranya.

Di tambah, di hari terakhir, lebih tepatnya tadi; saat Win mengeluh ingin makan kepada Jordi, dan Pria itu pun mengajak Win untuk mengambil makanan di meja makan bersama.

Tubuh Win kembali kaku seperti dulu saat dia melihat Vimin bersama Bright dan Bunda.
Yang membedakan sekarang adalah Bright.
Pria itu seperti tengah berbicara dengan orangtua Vimin.

Win meremas tangannya saat itu. Apa Hubungan Bright dan Vimin sudah sejauh itu. Apa mereka sudah tahap mengenalkan pada keluarga masing-masing. Kalau iya, Win sudah tidak ada harapan lagi kan? Lebih baik Win kembali ke tempat yang seharusnya dia tempati.

Tapi pikiran itu seperti di bantah sepihak oleh hatinya. Apalagi saat melihat tatapan Bright seperti sedang cemburu? Win tertawa, apa sih yang dia harapkan.

Buktinya tadi Bright langsung meninggalkannya ketika sudah sampai di kamar. Bright tidak berbicara apapun, yang membuat Win bertambah bingung.

Win baru ingat satu hal. Saat tadi Bright menyentuhnya, Win merasa sentuhan itu nyata, dia bahkan merasa sakit saat tangan besar itu meremat erat tangannya. Lalu saat tubuhnya terhempas dia bisa merasakan kagetnya. Reaksi tubuhnya seperti berfungsi lagi. Kenapa? Tubuhnya kenapa?

Win masih sibuk dengan pikirannya sendiri, hingga tak sadar seseorang kini masuk ke dalam kamar Bright yang ia tempati.

"Win."

Win mengadakan wajahnya memandang Bright, tak lupa sepiring makanan yang di bawa oleh Bright, hampir menggoyangkan pertahanan Win.

Kembali lagi Win menatap Bright. Karena tak tahu harus berbuat apa, Win mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Bright terkekeh pelan seraya menaruh piringnya di depan Win duduk. "Nih makan, gue tau lo tadi minta makan sama Jordi kan, tapi keburu gue tarik lo pulang. Nih makan!" kata Bright tanpa mengalihkan pandangannya dari Win.

Win menatap makanan itu sebentar, lalu menatap Bright setelahnya. Ingin menjawab tapi dia seperti mati gaya.

"Kenapa? Lo ngambek sama gue?" tanya Bright yang bingung dengan Win.

"Menurut loo?!"

"Lah mana saya tau, yah kok tanya saya."

"Taik banget sih lo!!"

"Ya lagian lo ngapain sih pake ngambek gitu! terus gak pulang segala? Harusnya kan gue yang marah karena lo gak pulang!"

"Pulang?"

" ... "

"Lo bilang pulang?" tanya Win lagi dan dibalas anggukkan bingung dari Bright.

"Lo tau kan arti kata pulang? Kalo kata gue, pulang itu seperti kembali ke rumah. Dan gue sekarang sulit buat bilang ini rumah gue lagi."

"Maksud lo!" Jujur Bright sedikit tersinggung. Rumah ini juga rumah Win. Win bebas bisa pulang kapan saja.

"Kenapa gue harus pulang ke sini. Sedangkan tuan rumahnya aja, berdoa supaya gue gak usah datang." Win berkata tanpa melihat ke arah Bright.

Bright tertegun. Apa Win mendengar doa nya kemarin? Astagah! Tapi Bright berdoa seperti itu bukan berarti dia tidak ingin Win datang. Dia hanya ingin Win tenang saja. Menurut sepengetahuan Bright, hantu yang berkeliaran itu tandanya dia tidak tenang. Begitu kan teman-teman?

"Gue juga rasanya capek Bright. Gue pengen gak suka sama lo lagi biar gue gak capek. Gue pengen perasaan gue kaya dulu aja, di saat gue belum suka sama lo, saat jantung gue gak berdetak kencang pas lagi di deket lo. Gue pengen ngelakuin apa pun tanpa berharap imbalan rasa suka dari lo. Gue pengen tiap mandang lo, gue gak menumpuk harapan lebih."

"Bahkan sekarang, saat gue udah mati. Gue masih bisa ngerasain jantung gue berdetak pas gue lagi di dekat lo. Gue capek suka sama lo Bright. Lo juga capek kan?" lanjut Win.

Bright menggeleng kecil sepanjang Win bercerita. Kepalanya secara otomatis menggeleng seakan menolak. Bright bahkan tidak mengerti kenapa perasaannya mendadak acak. Seperti risau tak tentu mau apa. Bright kini memupuk harapan, apa yang di ucapkan oleh Win hanya guyonan yang bersifat sementara, agar hatinya juga tidak ikut meragu.

Bright merasa, dia tidak melakukan apapun. Dia tidak melakukan kesalahan apapun. Dia tetap ada untuk Win, dia tetap sahabat Win selama ini.

"Bahkan lo seakan lupa sama janji lo untuk jadi garda terdepan buat gue. Lo gatau kan, apa yang gue rasain pas ngeliat Bunda ketawa karena Kak Vimin?"

Win menangis, air matanya benar-benar turun. Bright dan Win juga kaget, kenapa air matanya bisa ikut nyata. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk membahas masalah itu.

"Egois ya gue, kalo misal gue pengennya Bunda ketawa cuma sama Ayah, lo, dan gue doang. Egois ya, kalo gue marah pas Bunda puji-puji kak Vimin."

"Gue ngerasa asing di rumah ini Bright. Gue takut, kalau suatu saat lo gak bisa ngeliat gue, gue jadi sendiri. Atau suatu saat Kak Vimin gantiin posisi gue di rumah ini."

Bright tidak sanggup untuk menjawab. Dia ingin menyanggah. Vimin tidak mungkin bisa menggantikan posisi Win sampai kapanpun. Win tetap anak kesayangan Ayah dan Bundanya setelah Bright. Bahkan Bright ragu dia menjadi yang pertama untuk Ayah dan Bunda. Karena yang Bright liat, Win di jaga bagai permata di rumah ini.

"Bahkan ironisnya, gue gak tau kalau Kak Vimin itu mantan lo. Lucu ya Bright. Seakan-akan gue bukan siapa-siapa, gue bukan orang penting buat lo," lanjut Win

"Win!"

"Satu yang harus lo tau. Eh bukan satu. Ada banyak yang harus lo tau!" tekan Bright memotong ucapan Win.

Win diam, kali ini dia akan membiarkan Bright untuk menjelaskan.

"Sampai kapanpun, posisi lo gak akan pernah di gantiin sama siapapun. Lo tetap anak kesayangan Bunda sama Ayah. Apa lo gak sadar gimana tatapan kedua Orangtua gue tiap ngeliat lo. Gimana paniknya Ayah pas tau lo demam karena terlalu lama berenang di dalam air? Gimana marahnya Bunda pas tau lo main hujan terlalu lama sampai ingus lo meler terus. Dan Lo tau gimana Histerisnya Bunda pas dengar kabar kematian lo. Ayah yang harus mendarat buru-buru demi bisa ikut makamin lo."

"Dan lo tau? Saat gue sampai rumah, Bunda masih terguncang. Anak manis kesayangannya Bunda udah gak ada. Gak ada yang manja lagi sama Bunda sekarang. Orang yang pertama kali nyobain masakan Bunda sekarang udah gak ada. Dan lo pikir, itu berdampak buat siapa? Buat gue juga. Masakan Bunda sekarang suka asin, walaupun tetap enak," kata Bright panjang lebar. Air mata kedua anak adam itu kian deras mengalir. Tapi Bright tidak berniat menghentikan ucapannya.

"Dan lo tau, kenapa gue gak pernah kasih tau kalau kak Vimin itu mantan gue? Karena menurut gue itu gak penting. Bukan lo yang gak penting, tapi dia. Gue selalu cerita apapun hal yang ngebuat gue bahagia. Kalau seandainya gue gak cerita, lo harusnya tau, kalau hal itu gak bahagia buat gue."

" ... "

"Lo penting menurut gue Win! Penting banget. Bahkan selama ini tanpa sadar, lo orang yang pertama gue prioritasin. Emang, gue berdosa banget nolak lo waktu itu dengan kata-kata yang gak baik. Tapi satu yang harus lo inget, gue gak benci sama lo. Gak pernah sekalipun gue benci sama lo. Dan gue mohon jangan berhenti suka sama gue. Lo bebas suka sama gue Win. Gue gak akan marah, gue gak akan larang lo buat suka sama gue."

"Dan soal janji. Gue emang akan selalu jadi yang terdepan buat lo, gue akan selalu ngelindungin lo, seperti yang sebelumnya gue lakuin ketika lo masih hidup."

Win tak sanggup untuk menjawab. Apa yang Bright katakan benar. Mulai dari Ayah dan Bunda yang sangat menyayangi Win. Jika di pikirkan, Ayah kandung Win tidak pernah melakukan apa yang dilakukan oleh Ayahnya Bright. Win seperti di jaga oleh dua laki-laki sekaligus, Bright dan Ayahnya. Di sayang dan di manja oleh Wanita yang sudah Win anggap sebagai Ibu kandungnya. Win bahagia di rumah ini. Jadi, ini rumahnya juga kan?

Saling membiarkan air mata mengalir, Bright lanjut bertanya, "Sekarang gue mau tanya. Kenapa lo gak pulang, dan malah pergi ke rumah Jordi?"

"Jordi yang ngajak gue, bahkan dia manggil pawang hujan buat gue bisa muncul, Hiksrot!" Win menarik ingusnya yang turun tanpa sadar.

"Terus kenapa lo mau-mau aja?" tanya Bright yang tidak memperdulikan lendir yang berserakan di hidung Win, meski sebenarnya dia gemas.

"Ya emang kenapa? Suka-suka gue dong, dia katanya mau ngelindungin gue kok!"

"Ngelindungin lo? Atas dasar apa?" Ekspresi dan napas Bright tanpa sadar memburu.

Win tampak berpikir. "Dia bilang dia suka gue, trus mau ngelindungin gue, gitu."

"GAK BISA!!"

.
.
TBC

Segini dulu, aku lagi sedih Echan kucing aku meninggal 😭nyesek banget padahal dia masih muda, perjalanannya masih panjang 😭

Jangan lupa Vote sama komen ya😭

-Anaknya Joko dan Wulan🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top