👻3
Masih nunggu?
Jangan lupa sebelum baca Vote dulu ya😚
Satu lagi, jangan lupa dengerin lagu kebangsaan kita🤟
Happy Reading bunda-bunda🤘
*
Bright memperhatikan Win sedari tadi makan dengan lahap. Bright kira, akan seperti di adegan horor film hantu, di mana sendok dan garpu bergerak sendiri tanpa di gerakkan.
Ternyata tidak, Win seperti nyata. Dia bisa menggenggam dan mengangkat benda seperti sekarang yang menyendokkan nasi ke dalam mulutnya. Seperti manusia normal yang masih hidup.
Pertanyaan Bright, nanti semua makanan itu perginya kemana? Kalau udah jadi hantu apa masih bisa eek?
Dan satu pertanyaan yang dari tadi menganggu pikiran Bright, kalau Win bisa menyentuh, mengangkat, bahkan menggengam benda mati secara langsung, tapi kenapa saat Bright memeluknya yang malah terasa seperti angin?
"Huuokh ... Kenyang gue." Win bersendawa dengan membusungkan perutnya lalu mengelusnya dengan sayang sambil bergumam, "Cup cup cup, udah berapa lama sih kamu gak dibelay, Ututututu.... "
Bright hanya mampu menggelengkan kepalanya miris. Emang Win cocok jadi setan, kelakuannya emang mirip makhluk ghaib. Tak terbaca dan tak terlihat.
"Win," panggil Bright selanjutnya.
Win menoleh dan berdehem, "Hem?"
"Gue mau tanya, boleh? "
"Tanya apa, tapi jangan susah-susah ya. Selama hidup, gue udah capek mikir."
"Ck, Iya!" Bright sedikit berdecak, si hantu malah curhat.
"Emm...."
"...? " Alis Win menekuk.
"Gue mau tanya, kenapa lo bisa mati. Lo bundir?"
Win memutar bola matanya malas lalu menatap Bright sebal. "Heloww! Lo gak punya tipi? Gak liat berita apa hah?"
Bright mengangguk sewot. Padahal kan Bright nanya baik-baik, bisa kan balesnya juga baik juga?
"liat lah!" serunya.
"Kalo liat kenapa masih nanya! Gue mati karena tabrakan goblok, bukan karena bundir. Yakali gue bundir cuma gara-gara itu doang." Win bergumam pelan saat mengucapkan kalimat terakhirnya.
"I-tu doang? Maksudnya?" tanya Bright bingung.
"Udah lah lupain," ucap Win selanjutnya.
Bright mengangguk saja. "Terus ... Kenapa lo bisa sampe mabok-mabokan segala?"
"Itu karena gue diajakin sama Nano!"
Bright membulatkan matanya kaget, "Nano? Lo temenan sama Nano? Ih serem! sebelum mati lo emang Circle nya ama Setan ye?"
Win rasanya pengen mukul kepala Bright pakai piring kaca di hadapannya. "Bukan Nano itu goblok! Ini Nano temennya Papat, abang kelas lo dulu!"
"Ooh Nano yang anaknya songong itu? Kalo ketemu gue selalu sok paling keren, paling pinter, paling jago? Halah kentut. Gue senggol dikit kemaren nangis kan dia. Lemah emang tuh orang!" seru Bright menggebu-gebu.
'Nih orang ngapa dah!" batin Win.
Win memandang langit-langit kamar Bright dengan tatapan lelah. Jiwa-jiwa songong Bright kenapa harus keluar sih?
Iyain aja deh.
"Lagian kenapa juga lo mau di ajak dugem sama tuh anak?" tanya Bright lagi. Lagian kan jarang banget seorang Win mau di ajak foya-foya dan berbuat dosa lainnya. Orang keinjek semut aja dia kepikiran tiga hari tiga malam, gimana cara minta maaf sama keluarga semutnya.
"Namanya anak muda, ya cari kesenangan lah!" seru Win sedikit acuh.
"Anak muda taik kucing!" cibir Bright.
Bright kali ini memandang Win dengan serius. "Win.... "
"Hm? "
"Lo harus bisa bedain yang mana kesenangan masa muda dan kehancuran buat masa depan. Kalo lo Mencari kesenangan dimasa muda, lo gak harus menghancurkan masa depan lo. Sekarang liat? Lo tanpa sadar menghilangkan masa muda dan masa depan lo sekaligus. Sekarang lo gak dapat dua-duanya karena hal yang lo sebut kesenangan itu Win. Apa yang lo dapat? Mati Win!" tekan Bright terbawa emosi.
Win terdiam, hatinya seperti di tampar dengan tangan panas. Apa yang Bright ucapkan memang benar.
Kalau malam itu dia gak pergi clubbing pasti sekarang dia masih hidup kan? Dan tepat hari ini, hari pertandingan renang yang sudah Win nanti dari 1 tahun lalu.
Menyesal? Entah, sebagian dari diri Win tidak mempermasalahkan kematiannya, dia justru merasa bebannya hilang. Sebagian masalah hidupnya lenyap dan Win tidak melihat itu lagi. Yang tersisa sekarang hanya masalah hatinya dengan Bright. Win ingin menyelesaikan itu secara perlahan. Dia tidak ingin terbebani dengan perasaannya sendiri. Biarlah waktu yang merubah perasaannya.
Tapi, Satu yang Win sadari, dia tidak merasa benar-benar mati. Jiwanya seperti belum tertarik menuju Alam lain. Dia masih disini, di Alam yang sama dengan Bright.
"Sorry, harusnya gue tadi gak ngomong gitu." Bright mengusap wajahnya. Bright sedikit merasa bersalah saat melihat raut wajah Win yang menyedihkan, mirip karakter Chipmunk, jelek.
"Apapun itu udah keputusan lo dan pasti itu udah takdir yang digariskan untuk hidup lo. Walaupun gue sampai harus kehilangan sahabat terbaik gue," lanjutnya seraya mengelus pipi gembul milik Win. Masih sama, hanya terasa angin.
"Bright udah jangan ngomong yang sedih-sedih, gue mau nangis tapi air mata gue gak kan gak ada, Huaaa.... " Akhirnya tangis Win pecah.
"Pake air ludah aja," suruh Bright yang sekarang sudah menampung air ludahnya sendiri di tangan nya.
" Najis jorok banget lo setan!" Win menepak tangan Bright yang sudah berisi air liur nya. Win jadi gak napsu lagi buat makan.
"Dih! Kan lo yang setan, kok jadi gue!"
"Ahh Bright anjing, jorok banget! Gausah lap tangan lu di tangan gue! Akkhhhh!!!" teriak Win. Walau sebenarnya cairan kental itu tidak terkena pada tangan Win sama sekali. Bright tertawa puas. Sudah lama dia tidak bercanda seperti ini dengan Win.
Dalam tawanya, tiba-tiba Bright teringat sesuatu. "Win."
"Apa!" jawab Win kesal.
"Santai aja dong, gue mau nanya nih."
"Ya tanya apa!"
"Lo bakalan disini terus, apa ada batas waktu?"
"Hemm ... Gimana ya jelasinnya?" Win memiringkan kepala nya berfikir, dia juga bingung gimana cara menjelaskan pada Bright.
Bright yang melihat nya ikut memiringkan kepala.
"Gue bisa datang ke sini kalau hujan aja. Kalau gak hujan gue gak punya energi buat datang," ujar Win.
Bright mengangguk. Matanya melihat kearah jendela yang terbuka, rintik hujan terlihat dari sana. Sekarang kan lagi hujan, pantas Win datang.
"Kalau misalnya hujannya berenti?" tanya Bright lagi.
"Ya gapapa. Gue masih bisa disini. Tapi tubuh gue gak sekuat saat hujan turun."
Bright kembali mengangguk. "Bisa gitu ya?"
"Iya, gue awalnya juga bingung. Tapi sekarang udah enggak." Win menjelaskan sambil berusaha tertawa. Sebenarnya ini sedih, tapi kalau dipikir lagi apa yang membuat nya sedih?
Dan jawaban yang didapat Win adalah, dia tidak bisa bersama dengan Bright dalam waktu yang lama.
*
Gimana part nya? Lanjut gak?
Jangan lupa Vote dan komennya yaww🤟
Hehe maapkan, besok aku usahain up lagii
-Dari Babunya Ame🐱
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top