Pintu Merah

Tak pernah ada yang tahu ada apa di balik pintu itu. Sebuah pintu berwarna merah darah berada di tengah dinding yang mengitari kota ini. Aysha hanya bisa membayangkan. Semua warga hanya bisa bertanya dan mengira-ngira, tapi tak pernah ada yang cukup berani untuk membukanya. Pintu itu telah tertutup selama ratusan tahun, meskipun kuncinya tergantung di dinding di sebelah pintu itu berada. Kuncinya bahkan berkarat dan menempel di dinding itu bagaikan hiasan atau ornamen saja. Dulu mungkin pemimpin pertama kota ini tahu alasannya kemudian membuat undang-undang agar pintu itu tidak dibuka oleh siapapun. Bahkan walikota yang sekarang pun hanya melaksanakan amanat, tanpa tahu ada apa sebenarnya di sana.

Ada yang mengira di seberang sana adalah kota yang dihuni oleh para raksasa. Tersebar cerita bahwa nenek moyang mereka melawan raksasa kemudian membangun dinding pembatas yang mengelilingi kota ini, agar para raksasa tidak bisa masuk. Kadang-kadang pada hari tertentu, warga bisa mendengar geraman atau auman dari balik dinding, tetapi tidak ada yang tahu apakah itu suara hewan buas atau memang raksasa.

Ada juga yang bercerita bahwa di balik dinding itu adalah lautan. Sejatinya kota ini adalah kota bawah laut. Namun teori dibantahkan karena tinggi dinding itu hanya tiga puluh meter. TIdak sampai ada kubah yang membatasi kota dengan langit. Membatasi dari raksasa masih mungkin. Namun lautan? Teknologi kota tidak secanggih itu untuk bisa membat kota bawah laut.

Aysha pernah membayangkan bahwa di balik dinding itu pasti ada centaurus, atau minotaur. Atau mungkin goblin dan kurcaci. Ibunya sering membacakan dongeng mengenai mereka, dan Aysha jadi ingin bertemu mereka. Suara auman itu lebih mirip hewan-hewan itu ketimbang raksasa. Jika Aysha menempelkan telinga ke pintu dan mencoba mendengar suara dari sana, terkadang ia bisa mendengar suara derap kuda. Benar, kuda. Meskipun kota ini tertutup dinding, tetapi warga berternak kuda dan sapi untuk makanan dan alat transportasi. Jadi, Aysha hapal betul suara langkah kuda.

Suatu hari, Aysha membulatkan tekad untuk membuka pintu itu. Ia menunggu semua anggota keluarga tertidur, kemudian mengendap-endap keluar rumah. Butuh waktu lama untuk mencapai pintu itu, yang sebenarnya tidak pernah dijaga oleh siapapun. Karena itu Aysha heran, mengapa tidak ada yang senekat itu sebelumnya.

Aysha meraih kunci yang tergantung itu dan kunci itu langsung lebur di tangannya. Seperti debu yang tertiup angin. Tangan gadis itu masih merasakan dinginnya karat yang menempel, tetapi merasa menyesal karena ia malah merusak kuncinya. Sekarang tidak akan ada yang bisa membuka pintu itu selamanya.

Kepalang tanggung, gadis itu meraih engsel dan mencoba membuka pintu tersebut. Ternyata bisa dibuka! Aysha merasakan detak jantungnya meningkat. Sebelum ia melangkah ke balik pintu itu, ia menoleh ke deretan rumah yang lampu-lampunya padam. Beranikah ia menghadapi apapun dari luar sana?

Tanpa memedulikan apapun, Aysha membuka pintu itu dan langsung melangkah ke balik dinding pembatas. Kegelapan menyambutnya, hingga ia tak bisa melihat apapun di depannya. Pintu merah kembali tertutup, dan mendadak saja, sebuah replika kunci berkarat berada di tempat gantungannya seolah tidak pernah ada yang menyentuhnya.

8 Juni 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top