New Year's Rain

"Duh. Kayaknya bakal lama ni hujan," gerutu Dika saat memandangi tetes-tetes air yang ditumpahkan dari langit.

Brie yang sedang memainkan jarinya di antara mesin kasir hanya menggumam, menanggapi gerutuan lelaki tersebut. Sementara Lana dan Brian, terduduk lesu karena sampai sekarang belum ada pengunjung yang datang ke kafe mereka sejak siang.

"Yakin mau buka nanti malam?" tanya Dika seraya berkacak pinggang, di hadapan bosnya yang berambut eksentrik.

"Iyalah. Kenapa?" Brie bertanya balik, seakan pertanyaan Dika itu aneh baginya.

"Ini hujan lho. Deres dari tadi. Serius kita mau buka?" Sang chef mengomel panjang pendek, yang disahuti dengan gumaman persetujuan dari karyawan lainnya.

"Kita udah nyiapin rencana untuk tahun baru di sini, Dika! Kamu mau pengunjung yang mau ke sini kecewa karena batal?" Gadis blasteran tersebut menunjuk aneka dekorasi yang disiapkan untuk perayaan tahun baru di Heart Kitchen yang akan dimulai beberapa jam lagi.

"Ini hujan gila-gilaan, Bos! Para artis yang diundang juga belum bisa ke sini karena ada beberapa ruas jalan yang banjir! Gue gak yakin mereka bisa ke sini tepat waktu." Lelaki itu duduk dan bersedekap.

"Kita hanya bisa tunggu. Aku udah pastiin mereka tetap datang dan tampil." Brie berkata dengan santai seraya mengetik di ponselnya dengan kecepatan penuh.

"Kata orang, kalau hujan di malam tahun baru itu berarti rejeki sepanjang tahun bakal lancar, Mbak Brie," tukas Brian.

Dika tergelak mendengar hal itu. "Hare gene masih percaya mitos, Ian."

Lana mengerjap dan menimpali, "Tapi emang bener kok, Mas Dik. Pepatahnya orang Cina tuh gitu. Makanya mereka seneng kalo imlek ujan."

"Bukan pepatah, Lan. Kepercayaan. Lagi pula itu udah nggak zaman lah, kan sekarang kita udah maju, teknologi udah canggih, masak masih mau percaya tahayul sih?" Dika mendengkus geli, merasa aneh dengan pola pikir kedua karyawannya.

"Ih, Mas Dika nih. Buktinya tahun kapan itu, tahun barunya nggak hujan sama sekali. Rezeki saya langsung seret, Mas." Brian menimpali, bersemangat dengan gagasan Lana.

"Itu kan karena lo percaya makanya kejadian. Aslinya kebetulan aja tuh, Ian!"

Ketiga orang tersebut terus berdebat, mengisi kekosongan karena tak satu pun pelanggan ada untuk dilayani. Sampai akhirnya Brie yang sedari tadi sibuk menekuni ponselnya bersuara.

"Udah, udah. Daripada kalian ribut nggak jelas, mending lakuin sesuatu yang lebih berguna." Gadis blasteran itu menengahi. "Siap-siap, band yang mau tampil malam ini udah otewe. Terus temen-temenku yang mau tahun baruan ke sini udah konfirmasi kalo jadi booking tempat nanti jam sembilan malam. So, bangun dan kerja sana!"

Lana segera bangkit dan mulai mempelajari menu yang akan disajikan untuk reservasi. Sementara Brian dengan sedikit gontai mengambil lap dan mulai membersihkan meja terutama yang dekat dengan pintu. Permukaannya basah terkena percikan air yang berasal dari luar, karena Brie bersikeras untuk tidak menutup pintu dan jendela kedai. Dia bersikeras untuk membukanya agar pelanggan yang sedianya lewat bisa tahu kalau mereka masih buka.

"Seriusan lo tetep buka. Belum telat untuk cancel lho. Hujan kayak gini siapa yang mau datang makan, kalo di rumah mereka bisa masak dan tetep hangat?" Dika menghadang langkah Brie yang hendak merapikan panggung.

Gadis blasteran itu menatap mata sangat chef dengan tajam, "Kita udah di sini. Kalo emang nggak ada yang dateng, kita bisa tahun baruan di sini. Kamu juga nggak bisa pulang kan? Motormu bisa kemasukan air!" sergahnya seraya melotot.

"Hujan, Brie!" Dika mengulang lagi argumen membosankan yang sama untuk keseratus kalinya.

"Bukannya ada pepatah yang bilang, hujan di malam tahun baru adalah pertanda untuk rezeki kita sepanjang tahun?" Brie mengangkat alis.

"Please don't tell me that you believe that shit!" Wajah Dika tampak seperti ingin menguliti dirinya sendiri. "Masak bule percaya gituan sih?"

Brie menghela napas. "That's not shit. I prefer that as a prayer. Daripada ngetawain sesuatu yang kamu kira cacat logika, kenapa nggak mikir itu sebagai doa? Awal tahun dibuka dengan hujan. Hujan itu rezeki, berkah dari Tuhan. Dan karenanya aku berdoa agar rezekiku sepanjang tahun nanti, bisa sederas hujan hari ini." Bibir gadis itu membentuk senyuman, yang disambut dengan ekspresi terhenyak Dika.

Gadis itu kemudian melangkah melewati Dika, untuk membenahi beberapa hiasan  panggung yang menurutnya kurang cantik. Sementara lelaki yang menatapnya sekarang menggelengkan kepala karena merasa aneh pada pola pikir gadis yang dua bulan ini telah menjadi bosnya. Kok bisa ia berbeda dengan Kiran?

Tak lama kemudian, titik air mulai mereda, menyisakan gumpalan awan berwarna kelabu yang mulai memudar. Hingga akhirnya kumpulan tersebut berarak mengikuti angin yang berhembus dan kini langit tak tampak muram seperti sebelumnya.

Satu persatu pengunjung mulai datang, menempati meja-meja yang sudah bersih dan kering, berkat kerja keras Brian. Dika mulai kembali memasak bersama Lana dan Ega yang baru menampakkan batang hidungnya setelah hujan reda. Meski pun langit kembali mencurahkan airnya menjelang pesta tahun baru yang diadakan oleh Brie, tetapi Heart Kitchen tetap ramai. Bahkan semakin riuh karena pelanggan yang berada di sana tak kunjung mau pergi, sementara pengunjung baru juga terus berdatangan.

Di sela-sela memasak sekaligus menghandle timnya untuk tetap menyajikan makanan bagi pelanggan, Dika menatap Brie yang berkutat dengan mesin kasir, sesekali tersenyum menyapa para pelanggan yang datang dan pergi. Tangan gadis itu sesekali menyelipkan helai rambut yang mencuat ke belakang telinga. Energi dan tawanya benar-benar menular kepada pengunjung, membuat suasana semakin semarak.

Lelaki itu kembali memikirkan ucapan Brie yang terngiang dalam benaknya. Hujan di malam tahun baru adalah doa agar rezeki kita bisa deras mengalir. Suatu hal yang tak biasa. Anak muda sekarang terbelah menjadi dua, memercayai mitos atau menolaknya mentah-mentah atas nama ilmu pengetahuan. Tetapi yang dengan bijak menerimanya dengan logika, sangat jarang ditemukan.

Menjelang malam, saat pergantian tahun, terompet mulai bersahut-sahutan, kembang api berpendar menghiasi langit, teriakan yang saling bersahutan membuat Dika tanpa sadar tersenyum. Apalagi melihat Brie yang sumringah menatap kembang api itu mengangkasa, sambil tertawa.

Yah, ucapan adalah doa. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karenanya, Dika memejamkan mata dan berdoa, dengan semangat dan harapan yang baru. Semoga tahun ini, dirinya bisa menggapai mimpi, serta memperoleh rezeki sederas hujan sore tadi.

Saat tanpa sengaja mata Brie dan Dika bertemu, mereka saling bertukar senyum.

"Happy new year!" seru Brie riang. "Happy new job!"

Dika tergelak. "Yeah. Happy new boss too!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top