Harga untuk Cinta

Andrea berani bersumpah dengan nyawanya bahwa ia tidak pernah melihat bangunan itu sebelumnya. Ia berulang kali melewati jalanan ini. Satu atau dua kali makan di kafe yang letaknya cuma dua rumah dari situ. Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri, tetapi tidak ada seorang pun yang sedang berada di jalanan itu. Bahkan kafe atau rumah yang berada di sekitarnya, tidak menunjukkan tanda kehidupan selain lampu yang menyala. Memang malam sudah cukup larut, Andrea memaklumi. Hanya saja, kotanya mendapat julukan kota yang tidak pernah tidur, karena selalu ramai di jam-jam berapapun.

Dari sekilas memandang, Andrea menganggap bangunan tersebut adalah toko buku. Dengan berderet-deret buku yang ada di raknya, memang mau jadi toko apalagi? Meskipun toko buku lumrahnya beroperasi saat siang sampai sore, bukannya tengah malam seperti ini.  Seorang lelaki jangkung, berdiri di belakang mesin kasir sedang menatap layar ponsel yang ada di tangan sembari tergelak. Tangan Andrea mengusap dahi, kemudian melangkah masuk ke toko yang mungil itu sembari menenangkan detak jantungnya. Lagipula kakinya terasa lelah jika ia harus kembali ke rumahnya sekarang.

Senyuman lelaki itu menyambut saat matanya menangkap Andrea yang melangkah ragu. Gadis itu mengangguk dan berjalan berkeliling untuk mencari judul yang sekiranya menarik. Andrea tidak terlalu suka membaca, tetapi ia bertekad akan membeli satu atau dua buah buku dari toko itu. Anggap saja sebagai biaya untuk pemilik toko atau sang kasir yang membiarkannya menghabiskan waktu sejenak di sana di tengah malam seperti ini. Dahi Andrea mengerut saat membaca judul-judul yang ada. Ia sama sekali tidak familiar dengan rangkaian kata di sana. Begitupun nama pengarangnya. "Aneh," gumam Andrea. Ia memutuskan mengambil satu buku secara acak dan berniat membayarnya.

"Wah, pilihan buku yang menarik," komentar kasir dengan wajah tirus dan mata sedikit cekung  itu. "Semuanya adil dalam cinta dan perang, ya kan?"

Gadis itu terperanjat lalu mengarahkan mata untuk membaca judul buku yang ia beli. Pembalasan Dendam Cinta. Bahkan judulnya terasa norak dan aneh. "Jujur saja, saya tidak tahu kalau ada buku yang seperti ini."

Lelaki jangkung di hadapan Andrea mengerling. "Di sini, semua buku akan menemukan pemiliknya sendiri. Anda akan menyukainya."

Andrea tersenyum tipis, lalu menunggu kasir itu menyebutkan harga bukunya. Namun, lelaki itu hanya memandangi wajahnya, hingga gadis itu merasa risi. "Berapa?"

"Oh, semua harga buku di sini memiliki harganya sendiri-sendiri. Kelak, jika buku ini meminta bayaran, Anda pasti tahu."

Sebuah ucapan omong kosong. Andrea terkekeh geli. "Wow. Bagaimana jika saya tidak mau bayar? Bukunya akan datang kepada saya dan menagih begitu?"

Seringaian di wajah sang kasir lebih menyerupai ancaman. "Bisa jadi. Namun, untuk mengaktifkannya Anda harus membayar sepuluh ribu rupiah."

Tanpa pikir panjang, Andrea meraih sakunya dan menaruh uang seratus ribu di sana. "Nggak usah kembalian." Tangan gadis itu segera menyambar buku tersebut lalu berjalan menjauh. Saat akhirnya mencapai rumah, Andrea memasuki kamar dan melemparkan buku itu ke atas ranjang. Namun seakan ada dorongan yang membuatnya meraih buku itu dan membaca guratan tulisan yang ada di sana.

Aneh.

Andrea seperti tidak sedang membaca novel atau roman, melainkan otobiografi. Seakan buku itu dibuat untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam hidupnya. Bagaimana kekasih yang selalu ia puja, mengkhianatinya dengan sahabatnya sendiri. Andrea terkesiap. Kejadian lelaki itu sedang bermesraan dengan sang sahabatlah yang membuatnya tersesat hingga berada di toko buku aneh itu. Bagaimana mungkin ini terjadi? Tangan Andrea bersarang di dadanya, seolah ingin menyerap rasa sakit yang ada di sana.

"Bersediakah Anda membayar harga untuk cinta?" Kalimat terakhir yang tertulis di sana membuat gadis itu mengempaskan bukunya. Tidak ada tulisan lain setelah itu melainkan halaman putih kosong.

Setelah meyakinkan hatinya, Andrea meraih buku itu lagi dan membacanya. Ada tulisan lain berada di sana.

"Saya bisa membuat orang yang menyebabkan sakit hati Anda menderita, dengan harga yang sepantasnya. Harga yang sepadan untuk cinta adalah orang yang Anda cintai. Tidak ada yang lebih membahagiakan ketika kita bisa menyingkirkan orang yang menghalangi cinta kita di dunia ini."

Andrea tertegun. Bayangan wajah sahabatnya yang berseri menari dalam benak, menanamkan rasa sakit yang berlipat ganda dalam hatinya. Benar, seandainya tidak ada dia, maka kekasihnya tidak akan berselingkuh. Seolah terhipnotis, gadis itu kemudian mengikuti instruksi yang seolah ditulis oleh tangan yang tak terlihat di buku itu.

***

Harga yang sepadan untuk cinta adalah orang yang Anda cintai. Andrea menyesal karena baru memahami makna dari kalimat itu. Buku itu benar-benar seperti kutukan bagi gadis itu, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan karena ia sendiri yang mengizinkan buku itu masuk dalam hidupnya.

Saat ia menjelajahi jalanan di mana toko buku itu berada, ia tidak menemukan apapun. Andrea yakin bahwa toko itu diapit oleh toko elektronik dan rumah berlantai dua dengan pagar putih. Namun yang ia lihat saat ini, kedua bangunan itu saling berimpitan tanpa ada sisa ruang apalagi sebuah toko buku. Andrea menangis sejadi-jadinya, dengan buku yang sudah kumal dan rusak berada di tangannya. Ia telah berusaha menghancurkan buku itu berkali-kali tetapi semua yang tertulis di sana sudah terjadi. Sahabatnya memang berhasil ia singkirkan, tetapi ia harus membayarnya dengan sangat mahal, yaitu nyawa kekasihnya.

02 Juni 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top