SAHABAT BAIK
Persahabatan adalah sesuatu yang indah yang bahkan sulit untuk dideskripsikan bagaimana
rasanya. Sahabat tempat mencurahkan berbagai perasaan yang sedang kita rasakan, apalagi
hal-hal yang tidak mengenakkan pasti akan selalu disampaikan kepada sahabat. Sahabat yang baik itu sangat sulit ditemukan, sulit dihilangkan, dan tak mungkin dilupakan. Persahabatan meningkatkan
kebahagiaan dan meredakan
kesengsaraan, dengan cara
menggandakan kegembiraan kita dan membagi kesedihan kita.
Dua lelaki berparas tampan memiliki karisma dan pembawaan sikap sendiri-sendiri, banyak diidolakan wanita apalagi saat keduanya telah memakai seragam kebesarannya. PDH putih pas bodi dengan berbagai atribut pelayaran. Memiliki hobi dan kegemaran yang sama membuat mereka menjadi sohib baik. Walaupun di pendidikan berbeda jurusan namun keduanya ketika bersama bisa satu pemikiran dan saling suport. Keduanya memiliki jabatan penting di batalyon ketarunaan pelayaran di salah satu kampus pelayaran di pulau Jawa itu.
Mereka kini telah lengkap memakai seragam pas bodi dengan antribut yang melekat di baju PDH putihnya. Terlihat tali koor berbahan nylon yang menggantung di bahu sebelah kanannya dengan warna berbeda menunjukan jabatan yang mereka emban dengan ujung tali tergantung kuningan berbentuk seperti peluru. Di depan dada bidang mereka sebelah kiri terpasang kuningan wings dan sebelah kanan terpasang tag name. Di kedua ujung kerah terdapat jantra pembeda jurusan yang mereka ikuti.
Komandan batalyon taruna yaitu Ali Daiva Gamel Samudra yang namanya memiliki arti Dewa penguasa samudra berdarah Arab dengan pembawaan kepemimpinan yang sabar, tenang namun tegas. Sikapnya tidak jauh berbeda dengan sahabatnya yang menjabat sebagai komandan polisi taruna Al Ghazali Egi Barun Adibrata. Namun yang membuat mereka berbeda saat memimpin batalyon adalah sifat pelindung Al lebih unggul daripada Ali.
"Danpol, bunyikan lonceng! Kita apel pagi sebelum mulai acara masa orientasi calon taruna," perintah Ali pada Al saat mereka sedang berada di yontar.
"Siap Ndan! Laksanakan!" jawab Al tegas dan segera melaksanakan perintah komandan batalyon-nya.
Walau mereka adalah sahabat baik jika saat berada di lingkungan kampus Ali adalah atasan Al. Maka dari itu Al tetap menghormati sahabatnya. Profesional di antara mereka selalu terjalin dengan baik, mereka dapat menempatkan diri saat bertugas dan saat sedang non tugas.
***
Apel pagi telah usai dilaksanakan para taruna dan taruni. Apel selalu dilaksanakan saat mengawali dan mengakhiri aktivitas yang dilakukan para taruna di kampus selama terikat jam pelajaran. Ali, Al, dan pengurus bataliyon lain menuju ke yontar untuk membahas masa orientasi calon taruna untuk hari ini.
"Jadwal pertama untuk hari ini kita adakan sesi perkenalan dulu agar mempererat rasa persaudaraan di antara taruna baru dan senior serta dapat menumbuhkan rasa korsa atau persatuan di antara mereka. Untuk Danpol akan bertugas dengan Komandan Kompi dan saya di kelas nautika. Untuk yang lain silakan di kelas tehnika yang calon tarunanya lebih banyak," jelas Ali saat memimpin rapat pagi itu sebelum menjalankan kegiatan mereka.
"Siap Ndan! Siap laksanakan!" ucap semua serentak pengurus batalyon yang berada di yontar.
"Ada pertanyaan?" tanya Ali sebelum mengakhiri rapat.
Beberapa menit menunggu tidak ada yang bertanya, Ali pun menganggap semua sudah jelas.
"Baiklah kalau begitu, selamat bertugas."
Mereka membubarkan diri menuju ke ruang yang sudah dibedakan sesuai jurusannya.
Dion selaku komandan kompi yang ditunjuk Ali untuk bertugas bersamanya dan Al menuju ke kelas nautik. Mereka berjalan dengan tegap dan berwibawa masuk ke dalam ruang yang sudah dipenuhi cowok dan cewek. Sangat jarang cewek masuk ke jurusan teknik, walhasil cewek akan bergabung di jurusan nautik.
"Selamat pagi Catar?" sapa Al dengan suara lantang dan tegas.
"Semalat pagi, Ndan!" jawab seluruh calon taruna serentak menguasai ruangan itu.
Dengan gagah Al berdiri di depan para catar, sedangkan Ali duduk di kursi dan Dion berdiri di samping komandan batalyon itu.
"Baiklah, untuk mengawali kegiatan masa orientasi taruna pagi ini kita akan terlebih dahulu mengawali dengan sesi perkenalan," ucap Al menyapu pandangannya ke para calon taruna yang duduk anteng di depannya.
Di kelas nautik ini memang lebih banyak calon taruni dibandingkan teknik yang rata-rata semua laki-laki.
"Dari komandan batalyon kita, silakan Ndan!" Al mempersilakan Ali terlebih dulu memperkenalkan diri.
Ali maju, dengan sikap tegap, tangan di belakang, dia mulai memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama saya Ali Daiva Gamel Samudra. Jabatan sebagain komandan batalyon. Saat di lingkungan kampus kalian bisa memanggil saya Komandan Ali atau bisa disingkat Ndan Ali. Tapi jika di luar, kalian bisa memanggil saya Kak atau Abang Ali. Jurusan saya teknika kapal niaga. Cukup perkenalan dari saya. Terima kasih."
Setelah Ali selesai dia mundur satu langkah dan digantikan Dion yang maju satu langkah dan bergantian memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama saya Dion Pratama Putra. Jabatan sebagai komandan kompi. Kalian bisa memanggil saya dengan Ndanki Dion. Terima kasih." Dion mundur selangkah ke belakang.
"Baiklah giliran saya yang memperkenalkan diri. Nama saya Al Ghazali Egy Barun Adibrata. Jabatan saya sebagai komandan polisi taruna. Kalian bisa memanggil saya Ndanpol Al. Sekian dan terima kasih."
Mata Al menyapu keseluruh ruang itu, saat Al melihat seseorang yang dia kenal senyum manis terlempar untuk orang itu.
"Oke, saya akan menunjuk salah satu dari kalian untuk mengawali perkenalan calon taruna. Silakan nona manis yang duduk di paling ujung belakang sebelah kanan saya. Seharusnya Anda duduk di depan Nona. Tubuh Anda kecil mungil jika duduk di ujung belakang seperti itu terlihat seperti semut di kerumunan gajah," tunjuk Al pada gadis yang sebenarnya sudah sangat ia kenal.
Gadis itu tersenyum menahan geram di hatinya. Dia berdiri dari tempat duduknya. Dengan mengenakan hem putih lengan pendek dan celana kain hitam rambut sebahu tanpa make up namun masih terpancar kecantikan yang natural dari dirinya. Al tersenyum ke arah gadis itu.
"Silakan sebutkan nama Anda," ucap Al.
"Perkenalkan nama saya Prilly Malca Rissa Adwitiya. Sering dipanggil Ily. Terima kasih."
Perkenalan singkat dari Ily menarik perhatian Ali. Mata Ali tak beralih menatap dia. Perkenalan satu per satu selesai. Kini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
"Silakan untuk kalian yang ingin bertanya pada kami tentang ketarunaan atau yang lain," ucap Ali pada para calon taruna yang duduk di hadapannya.
Salah satu gadis angkat tangan.
"Ya. Silakan ingin bertanya apa?" ujar Ali mempersilakan gadis itu.
"Ndan, itu tali apa? Kok hanya sebagian yang menggunakannya? Dan warnanya pun berbeda-beda," tunjuk gadis itu ke arah tali koor yang terpasang di bahu Ali.
"Ini tali yang membedakan jabatan kami di batalyon. Dari warna masing-masing tali ini juga berpengaruh pada tugas dan tanggung jawab kami. Hanya orang-orang terpilihlah yang bisa menggunakannya. Tidak mudah mendapatkan ini dan tanggung jawabnya besar tidak boleh asal orang untuk mengenakannya. Ini hanya dipakai oleh pengurus batalyon saja. Taruna biasa tidak memakainya," jelas Ali tegas.
"Komandan sudah punya pacar belum?" imbuh gadis yang lain.
Dion terkekeh mendengar pertanyaan itu. Pasalnya dia tahu bahwa kedua temannya itu memiliki komitmen konyol. Ali dan Al saling menatap dan tersenyum.
"Kami belum ada niat untuk berpacaran. Untuk alasan jangan tanya. Yang pasti kita masih normal dan kita juga masih ada rasa tertarik pada wanita," jelas Ali sambil melirik Ily yang sedang duduk menatap Al.
Acara pun dilanjutkan dengan kegiatan lain hingga sore hari baru selesai. Setelah apel siang sebagai penutup kegiatan mereka dibubarkan.
Ily berjalan keluar dari gerbang kampus, sesampainya dia di depan gerbang sudah ada lelaki tampan yang duduk di atas motor Ninja RR mono 4 tak single piston dan bersistem DOHC ber CC besar berwarna merah. Dengan lemas Ily menghampirinya.
"Cape?" tanya lelaki tampan itu sambil mengelap peluh yang ada di dahi Ily.
Ily mengangguk manja dan meperlihatkan wajah lelahnya.
"Ayo naik! Ke kosan aku dulu ya baru nanti kita cari makan?" ajak Al menarik tangan Ily agar naik keboncengan kuda besi yang terlihat gagah itu.
Ily naik dan memeluk perut Al erat, ditempelkannya pipi chubby kanannya di punggung Al. Nyaman! Rasa itu yang selalu ia rasakan saat didekat Al. 15 menit perjalanan akhirnya motor Ninja merah itu terparkir di pelataran luas kosan elit khusus lelaki.
"Queen! Hey, bangun." Al mengusap tangan Ily yang memeluk perutnya erat.
Ily mengejapkan mata dan menegakan duduknya.
"Sudah sampe ya? Cepet banget," ujar Ily sambil mengucek kedua matanya.
"Iya kan deket sama kampus. Ayo turun."
Ily turun dari motor. Setelah motor terparkir rapi Al menggandeng tangannya masuk ke dalam kos. Model kamar kos di sana seperti apartemen mini. Suasananya pun tenang dan nyaman. Memiliki ruang sendiri-sendiri di setiap kamarnya dengan keamanan yang baik dan fasilitas yang cukup lengkap. Al memasukan password keamanan pintu kamarnya. Setelah pintu kamar terbuka Al menggandeng tangan Ily masuk.
"Kamu tunggu aku di sini dulu ya? Aku mau mandi. Kamu mau mandi sekalian?" tawar Al menyuruh Ily duduk di sofa single depan ranjangnya yang menghap ke jendela.
"Nggak ah! Entar aku mandi di kosanku sendiri aja," tolak Ily menyandarkan tubuhnya malas.
Al berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Saat Al sudah di dalam kamar mandi, Ily merasa haus. Dia mengetuk pintu kamar mandi.
"Iya apa Queen?" Al menyembulkan kepalanya dari pintu.
"Aku ambil minum ya, King?"
"Ambil saja seperti biasa. Tidak usah sungkan, seperti sama siapa aja kamu Queen."
Al menutup kembali pintu kamar mandi dan melanjutkan ritualnya. Ily berjalan ke arah kulkas mini yang ada di sudut kamar. Dia mengambil minuman kaleng bersoda. Saat Ily sedang menenggak minumannya tiba-tiba ada orang menyelonong masuk.
"Al ayo kit---" ucapan Ali tertahan saat melihat Ily.
Ily menurunkan keleng dari mulutnya dan menoleh ke arah Ali. Tatapan mata mereka bertemu. Sesaat dunia terasa berhenti sebelum Ali tersadar bahwa dirinya datang ke situ mencari Al.
"Eh, maaf Al-nya mana?" tanya Ali canggung dan gugup.
"Sedang mandi Ndan," jawab Ily formal dan menundukan kepalanya tanda hormat.
"Oh!" jawab Ali singkat.
"Jangan panggil 'Ndan' kalau di luar kampus. Panggil saja aku Kak Ali atau Bang Ali. Mmm... sayang juga boleh khusus kamu," ucap Ali menggoda.
"Ah Bang Ali bisa saja. Saya panggil Abang Ali saja kalau begitu," ucap Ily malu-malu dan menyembunyikan pipi merahnya dengan menundukan wajah.
"Itu juga enak didengar. Lebih terasa romantis." Ali terkekeh melihat pipi chubby Ily yang memerah.
Al keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah lengkap. Kaus putih dan celana 3/4 biru.
"Ngapain lo, Li?" tanya Al melihat Ali sedang mengobrol dengan Ily.
Ali menoleh ke arah kamar mandi.
"Gue mau ngajakin lo makan." Ali berjalan menjauhi Ily dan duduk di tepi ranjang.
"Bentar." Al menyisir rambutnya di depan cermin lemari dan memakai minyak wangi.
"Kayak cewek lo," cibir Ali melempar sesuatu sampai mengenai punggung Al.
"Bodoh amat. Emang lo jarang mandi," cerca Al. "Ya udah ayo!" ajak Al menarik tangan Ily ke luar kamar.
Ali mengikuti mereka dari belakang. Sesampainya di tempat parkir, Ali menaiki motor Ninja RR 250 FI 250 CC berwarna hijau miliknya. Sedangkan Ily sudah duduk di boncengan Al.
"Mau makan di mana, Bro?" tanya Ali sebelum mereka menjalankan motornya.
"Yang deket aja, Bro? Kasihan Queen gue kecapean," ucap Al membuat dahi Ali mengerut.
"Maksudnya?" tanya Ali tak paham.
"Ini di belakang gue!" Al menunjuk Ily dengan dagunya yang dia arahkan ke belakang.
Ily sudah duduk nyaman memeluk Al posesif dari belakang.
"Oke deh. Tempat biasa ya?"
"Oke."
Ali lebih dulu melajukan motornya diikuti Al dari belakang.
##########
Masih samar atau sudah bisa menebak apa hubungan Al dan Ily? Kok mesra yaaa mereka? Pacarankah atau bersaudara atau apa ya? 😏😏
Makasih ya untuk vote dan komentarnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top