PERGI UNTUK KEMBALI

Ily menangis sesenggukan di bahu Ali. Rasa takut dan cemas menjalar di dadanya.

"Aduh Bie... Cup cup cup cup. Udah dong nangisnya," pinta Ali nangkan Ily mengelus rambutnya.

Al menghela napas berat dan menghentikan berbenahnya. Lalu dia menghampiri Ily dan Ali yang sedang duduk di sofa kamarnya.

"My Queen, please jangan seperti ini. Kalau kamu seperti ini aku jadi berat ninggalin kamu," kata Al sambil berjongkok di depan Ily dan menghapus air mata gadis yang sebenarnya dia cintai.

"Iya Bie, kamu nggak mau lihat Al sukses dan menjadi nahkoda kapal pesiar? Kalau aku jadi kamu ya harusnya bangga. Jadi calon istri pelaut sukses dan cerdas seperti dia. Harusnya kamu mendoakan untuk keselamatannya," nasihat Ali membantu Al menenangkat Ily.

"Tapi dia lama Bang perginya. 3 tahun waktu yang benar-benar lama buat aku. Baru kali ini dia tega ninggalin aku selama itu," keluh Ily dalam isakannya.

"Kan masih ada aku di sini. Tenang saja walaupun aku nggak bisa seperti Al, tapi aku akan berusaha jagain calon bini sahabat aku yang tidak kalah kerennya denganku ini," ujar Ali percaya diri sambil memasang wajah tengilnya.

"Kalian tuh sama aja nggak tahu perasaanku!" desis Ily ketus lalu beranjak dari duduknya berjalan ke balkon.

Al dan Ali menghela napas jengah melihat sulitnya Ily untuk dibujuk.

"Udah Al, tenangin pikiran lo. Nanti kalau dia sudah terbiasa juga akan baik-baik saja. Kalau lo nggak tega ninggalin dia, gimana mau jadi pelaut sejati, Bro? Udah deh saling percaya dan saling support aja, itu yang terpenting," nasihat Ali menyemangati Al agar dia berbesar hati.

"Iya Li, gue nitip dia ya? Gue janji begitu ada sinyal langsung gue hubungi kalian."

"Tapi, lo nitipnya jangan kelamaan ya, Bro?" tukas Ali mendapat kerutan di dahi Al.

"Kenapa?" tanya Al menatap Ali penuh tanya.

"Witing tresno jalaran seko kulino, kata orang Jawa begitu. Artinya lo nggak takut kalau dia atau gue jatuh cinta jika sering bersama?"

Deg!

Seketika jantung Al terasa berhenti seperkian detik. Aliran darah dalam tubuhnya juga ikut berhenti, badannya lunglai. Tapi semua kembali normal dan Al menepuk bahu Ali pelan sambil berdiri.

"Kalau itu memang terjadi gue cuma bisa berdoa untuk kalian. Karena cinta tidak bisa dipaksa. Rasa cinta juga tidak tahu kapan datang dan perginya. Cinta juga tidak bisa memilih kepada siapa dia harus mencinta," ujar Al bijak membuat Ali terpaku dan mencerna perkataan sahabatnya itu.

Al tersenyum tulus pada Ali dan meneruskan berbenahnya.

"King, kamu yakin nggak mau mikir-mikir lagi?" tanya Ily menghampiri Al yang sedang memasukan pakaiannya ke dalam koper.

"Sudah aku pikirkan dan putuskan. Terserah kamu mau nunggu aku atau mencari yang lain. Itu hak kamu dan aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi denganku nanti di sana."

Perkataan Al membuat hati Ily seperti dihujami beribu-ribu samurai yang menyayat hatinya. Perih dan pedih mendengar kata itu keluar dari mulut Al.

"Kamu kok bicaranya seperti itu?" tanya Ily mematung memerhatikan Al yang sedang sibuk merapikan bawaannya di dalam koper besar.

"Iya kita berpikir negatifnya dulu jangan senengnya aja. Hidup tidak selamanya bahagia. Aku seorang pelaut, itu artinya aku harus mengabdikan diriku di atas laut dan kehidupanku berpijak pada besi dan baja yang akan aku bawa untuk mengarungi samudra," jelas Al tanpa menatap Ily yang berdiri di sampingnya.

"Menjadi seorang nahkoda kapal itu tidak mudah, aku harus memimpin dan bertanggung jawab atas jalannya pelayaran. Aku juga harus bisa membawa kapal dan seisinya selamat sampai tujuan. Tanggung jawab yang aku pikul memang berat, tapi itu sudah menjadi pilihanku dan aku harus menjalankannya. Banyak nyawa yang nanti bergantung di tanganku. Aku mohon mengertilah," pinta Al yang kini berdiri di hadapan Ily.

Ali hanya dapat diam dan memerhatikan mereka dari sofa.

"Tapi, aku nggak bisa kamu tinggalin," rengek Ily menunduk melihat lantai keramik marmer.

Al mendesah berat lalu memegang kedua bahu Ily.

"Kamu juga calon pelaut, Queen. Jangan rapuh dan cengeng. Kurangin manja kamu. Jadilah edelwais seperti yang dulu aku katakan padamu. Masih ingat kan kamu?" tanya Al mengingatkan Ily lantas dia menarik dagunya supaya menatapnya.

"Ya! Aku ingat," jawab Ily melengos tidak ingin menatap Al.

"Jangan ngambek dong," rayu Al merengkuh pinggang ramping Ily.

"Nggak!" jawab Ily ketus menatap ke arah lain.

Al melepas pelukan di pinggang ramping Ily dan meneruskan aktivitasnya. Dia tidak lagi memerdulikan Ily yang terus merengek dan mencegahnya pergi. Al sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan Ily merasa tidak rela saat Al melepas pelukannya tiba-tiba seperti itu.

"King," panggil lirih Ily.

"Hmmm," sahut Al hanya berguman sambil mengambil sesuatu di dalam lemari.

"Kamu ngambek?" tanya Ily hati-hati  tangannya memainkan ujung bajunya.

"Nggak!" jawab Al singkat.

Baru kali ini Ily diperlakukan tak acuh oleh Al. Ali tahu jika sahabatnya sudah seperti itu lebih baik dia diam tidak ingin hal buruk terjadi.

"Al!" bentak Ily karena geram.

"Apa?" tanya Al tanpa membalikan tubuhnya menatap Ily.

Dada Ily naik turun menahan sesak di dadanya. Dia meremas ujung bajunya erat dan pandangannya mengabur siap mengeluarkan air mata. Namun yang ditatap tidak peduli, tetap dengan posisi membelakanginya dan sibuk merapikan bawaannya.

Ali mendekati Ily dan menggiringnya agar duduk. Dia mendekap Ily hingga air matanya tumpah begitu kepalanya menempel di dada bidang Ali. Ily menangis sesegukan.

"Cup cup cup, sudah jangan menangis lagi. Ada aku di sini yang akan menemani dan menjagamu," ucap Ali setengah berbisik di telinga Ily.

Al melihat dari ekor matanya tersenyum miring saat Ily menangis di dekapan Ali.

'Kamu memang yang terbaik Ly, tapi bukan untukku. Kamu lebih pantas dengan Ali yang bisa selalu ada di sampingmu. Maafkan aku,' batin Al menahan sakit di dadanya.

***

Ali dan Ily mengantar Al ke bandara internasional untuk penerbangan tujuan Indonesia-Belanda. Tangan Ily tidak pernah lepas dari lengan kekar Al. Dengan manja dia melendoti lengan Al yang sedang menunggu penerbangannya.

"Al, lo kalau sampe sana langsung kabarin kita ya? Kalau sudah berlayar pokoknya begitu dapet sinyal harus langsung telepon gue atau Ily," wanti-wanti Ali.

"Iya. Nih gue nitip Queen." Al mengulurkan tangan Ily pada Ali. "Tolong jagain dia sampe gue balik dengan gelar S.ST Sarjana Sain Terapan dan pulang dengan julukan The King a Sea Of The Best. Gue percaya sama lo, Li," tutur Al pada Ali membuatnya merasa bangga memiliki sahabat seperti Al.

"Gue akan berusaha Al demi lo," balas Ali menepuk bahu Al.

"Kamu jaga diri baik-baik ya? Kurangin manjanya dan selalu doakan aku," pesan Al mengelus rambut Ily dan mencium pucuk kepalanya.

Al menghapus air mata Ily dan menangkup pipinya. Hazel keduanya bertabrakan ada perasaan tidak rela di hati mereka jika harus berjahuan.

"Kamu hati-hati di sana. Aku selalu menunggu kamu," ujar Ily menatap nanar mata Al.

"Aku akan datang saat kamu lulus dengan gelar S.ST di belakang namamu. Ngerti?" lanjut Al menangkup pipinya.

Ily berhambur ke pelukan Al dan sangat erat. Dengan perlan Al melepas pelukannya, dengan menahan dada yang sesak Al menenteng tas punggung dan meraih koper besarnya.

"Gue berangkat, Bro," pamit Al menepuk bahu Ali.

"Hati-hati," jawab Ali.

Al membalikkan badan, saat kakinya ingin melangkah, diurungkan niatnya dan kembali berbalik badan menatap Ily. Dengan cepat Al menyerbu bibir Ily membuat pemiliknya terbelalak. Al memagut bibir ranum itu seketika Ily membalasnya. Ali yang melihat adegan itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Al melepas ciumannya dan menghapus saliva yang membasahi bibir Ily.

"Aku hanya pergi untuk sementara bukan meninggalkanmu. Aku akan kembali," ucap Al lirih.

Ily mengangguk dan menatap kepergian Al. Ali merengkuh bahu Ily dan melambaikan tangan pada Al, dibalas Al dengan senyumannya.

Burung besi Boeing 777-300ER membawa terbang Al ke negara tujuannya. Dari bandara Soekarno Hatta, Jakarta hingga sampai di bandara Schipol Amsterdam, Belanda membutuhkan waktu perjalanan 14 jam nonstop dengan menggunakan pesawat itu.

Sepulangnya Ali dan Ily dari bandara mereka lebih dulu mampir ke tempat makan.

"Kamu mau makan apa, Bie?" tawar Ali memilih menu makanan.

"Aku nggak nafsu makan. Perutku rasanya kenyang," jawab Ily.

Ali menghela napas pelan lalu menulis pesanan pada kertas. Setelah pesanannya tertulis rapi, Ali memanggil pelayan dan menyerahkannya.

"Bang, perjalanan kapal pesiar itu kan sampai berbulan-bulan. Apa aku bisa menahan rinduku pada Al?" tanya Ily menatap sedih Ali.

"Tapi kan disetiap negara yang dilewati kapal itu akan sandar untuk mengisi bahan bakar, bahan pokok, dan kebutuhan yang lain sementara para pelancong jalan-jalan kru punya waktu bersantai. Aku yakin Al pasti bisa membagi waktunya. Kita berdoa saja untuknya ya? Jangan berpikir negatif, biasanya dari pikiran negatif itu bisa menjadi kenyataan," jawab Ali lalu mengelus lembut lengan tangan Ily yang berada di atas meja.

Setelah sekian menit menunggu, pesanan pun datang.

"Dimakan gih!" titah Ali memajukan sop ayam jamur pada Ily.

"Tapi aku nggak laper, Bang," tolak Ily.

"Udah deh dimakan aja. Entar kalau kamu sampai sakit aku bisa dibunuh Al," canda Ali lalu terkekeh.

Akhitnya Ily mengalah, mereka pun menikmati makan malamnya.

***

Setibanya Al di negara kincir angin dengan jemputan mobil khusus yang disediakan dari perusahaan langsung membawanya ke pelabuhan Ratterdam. Al menandatangi berbagai berkas dan menyetujui semua kerjasamanya dengan perusahaan tersebut. Kini resmilah Al menjabat sebagai Nahkoda kapal pesiar Ms. Rotterdam yang berbendera biru, merah dan putih. Al tersenyum bangga saat menerima seragam putih beserta perlengkapannya untuk menunjukan bahwa dirinya adalah pemimpin tertinggi di perahu megah itu. Rona bahagia terpancar di wajahnya saat seluruh kru dan anak buah kapal menyambut kedatangannya. Al terbelalak saat melihat hampir 80% dari kru dan awak kapal berasal dari Indonesia. Rasa bangga menyeruak di hatinya karena pelaut Indonesia ternyata dipercaya dan dihargai di negeri yang sempat menjajah negara tercinta kita Indonesia selama kurang lebih 300 tahun.

"Welcome to Captain Al Ghazali Egy Barun Adibrata," sapa seluruh kru dan awak kapal untuk menyanbut Al.

Al tersenyum menyapu pandangannya ke semua wajah yang ada di ruang utama perahu megah itu.

"Thank you all, I'm begging cooperation good and responsible with the task of you," jawab Al untuk seluruh kru dan awak kapal.

#######

Tuh kan ... Inget lagu pasto ya? Jangan nakal, Al pasti kembali tapi nggak tahu kapan karena Al lagi mengarungi samudra dengan perahu mewah milik negara Belanda. Hebat kan King? Hahahahaha

Untuk komunikasi Al yang ada di Belanda aku nanti sengaja pake Bahasa Indonesia. Karena sesuai pengalamanku bahasa inggris maritim berbeda dgn inggris umum. Untuk mempermudah pemahaman saja.

Terima kasih yang udah setia baca, komentar dan vote.

Love you all...
Ummmmmuuuuaaachh
Cium jauh dari aku

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top