PELAYARAN PERDANA

Al Pov

Pelaut terkenal mata keranjang, lepas tali lepas cinta. Sudah berlayar sampai ke ujung dunia banyak royal habis percuma. Siapa bilang pelaut seperti itu? Itu hanya kata lagu Balada Pelaut by Tantowi Yahya. Menjadi nahkoda kapal pesiar dengan gaji ribuan dolar impian setiap pelaut. Nahkoda pemimpin kapal memiliki tugas dan tanggung jawab besar untuk membawa kapal berlayar hingga ke tempat tujuan dengan selamat dan aman. Aku memegang kewibawaan umum yang artinya, semua orang yang berada di atas kapal tanpa pengecualian harus taat dan patuh pada perintahku demi menciptakan keamanan dan kenyamanan. Penegak hukum di atas kapal dan sebagai catatan sipil. Jika ada peristiwa kelahiran atau kematian di atas kapal maka aku berwenang bertindak sebagai catatan sipil.

Tapi apa kalian tahu bagaimana risiko dan penderitaan pelaut saat di tengah perairan yang luas jauh dari daratan? Menerjang ombak dan badai di tengah samudra, jauh dari kata aman, menahan rindu dengan keluarga, sahabat, dan kekasih? Beribu nyawa bergantung ditanganku saat ini. Kata PELAUT bagiku itu
P= Pria yang ingin mengarungi 7 samudra
E= Enggan kembali sebelum cita-cita tercapai
L= Lautan luas adalah halaman rumahku
A= Air mata kekasihku lebih berharga dari pada susu
U= Untuk itu mengertilah mencintai seorang pelaut
T= Topan dan badai teman tidurku dan wanita setia itulah pendampingku

Kalau sudah mengucap kalimat terakhir jadi teringat my Queen . Sedang apa dia? Mumpung kapal sandar dan sinyal masih terjangkau aku akan menghubunginya. Sudah seminggu aku di Belanda tapi belum juga memberi kabar pada Queen dan Ali. Aku ambil layar lebar-ku dan membuka amplikasi skype agar bisa melakukan voice dengan dia. Hanya ini yang bisa aku lakukan saat berjahuan dengannya. LDR, Long Distance Relationship itulah yang aku alami saat ini. Tersiksa memang, tapi demi cita-citaku dan Queen, aku rela menahan rindu yang teramat dalam ini. Setelah menunggu cukup lama hanya skype Ali yang dapat terjawab. Di mana Queen?

"Aaaaaallll... akhirnya lo muncul juga. Gimana kabarnya, Bro?" girangnya sohib terbaikku dari gambar yang aku lihat di dalam layar Ipad-ku.

"Baik, Bro, gimana kabar di situ?" balasku.

Aku menyandarkan punggungku di kepala ranjang dalam kamar mewahku yang terapung di atas air.

"Aman terkendali. Gimana di situ? Gaji gede, turis cantik dan bohay sudah pasti, bisa berkeliling dunia sekalipun sampai ujung dunia bisa dijabanin. Gila!!!! Gue bangga punya sohib seperti lo," cerocos Ali membuatku terkekeh geli.

Sumpah!!! Baru juga sebentar aku pisah darinya, tapi rindu makan bareng, debat bareng, main bareng sudah menggunung di dadaku.

"Tapi tersiksa batin, Bro," ujarku lesu.

"Jangan patah semangat begitu dong Kapten Al. Ciahhh yang sudah resmi jadi nahkoda?" goda Ali menghibur dan mengembalikan semangatku.

Aku tersanjung dengan ucapannya.

"Bro, gue kangen my Queen. Gue udah coba skype dia tapi nggak ada jawaban," aduku padanya.

"Oke, tunggu 5 menit gue meluncur ke kos Barbie. Tunggu jangan dimatiin," ujarnya buru-buru.

Aku lihat dia bangun dari tengkurapnya mencari jaket dan mungkin kunci motor. Aku lihat dia membawa Ipad-nya dan memasukan dalam tas. Kulihat dari layar Ipad-ku gelap hanya deru motor yang aku dengar. Aku dengan setia menunggunya. Tak berapa lama aku dengar dia seperti mengetuk pintu dan memanggil Queen.

"Barbie... Bie...!!! King lo skype." Terdengar teriakan Ali.

Aku tersenyum mendengar kalimatnya. Terdengan nada girang dan mereka seperti sudah menunggu kabar dariku berabad-abad. Beberapa menit aku menunggu akhirnya aku bisa melihat wajah my Queen yang sangat aku rindukan. Rona bahagia terpancar jelas di wajahnya. Sorot kerinduan dari hazel-nya terpancar jelas dari layar Ipad-ku.

"I miss you," ucapnya merengek pertama kali yang aku dengar.

Matanya berair sudah pasti dia menangis karena menahan rindu yang sama sepertiku. Maklum ini kali pertama aku jauh darinya.

"Jangan menangis. Aku skype kamu bukan untuk melihat tangismu. Tersenyumlah untukku, jangan buang waktuku untuk melihat hal yang tidak aku harapkan. Waktuku sangat berharga di sini. I miss you too," ujarku agar dia tidak menyia-nyiakan air matanya.

Dia menghapus air matanya dan mengembangkan senyum termanisnya. Tuhan, dia sangat manis sekali, bibirnya membuatku kecanduan. Ingin rasanya aku masuk dalam Ipad-ku dan menyerbu bibir merah delima itu.

"Bro, lihatin sekeliling kamar lo," pinta Ali yang duduk di samping Queen.

Aku angkat Ipad-ku dan aku putar-putar memperlihatkan kamar mewahku yang mengapung di atas air. Ruangan dengan warna gold, fasilitas lengkap, suasana nyaman, dan berbagai kebutuhan tersedia di kamar ini. King zie lebar dengan kelambu gold menambah nuansa keglamorannya.

"Wooowwww this is beautiful. I like it," pekik Queen riang. "Aku pengen ke situ King, aku mau!" desisnya kagum.

Mata indahnya berbinar dan aku lihat senyuman terukir di bibir tipisnya.

"Makanya kalian harus nyusul gue ke sini. Biar kita bisa berkeliling dunia dengan MS Rotterdam ini," iming-imingku pada mereka agar lebih semangat untuk meraih cita-cita dan lulus dengan baik.

"Emang gue bisa Al kayak lo? Rata-rata IQ gue aja di bawah lo." Aku melihat Ali lesu dan patah semangat.

"Bisa, Bro! Lo harus bisa! Gue tunggu lo di sini untuk jadi KKM. Kita akan bekerja sama mengarungi lautan dan membelah ombak di tengah samudra dengan perahu mewah ini. Lo harus bisa! Gue nggak mau denger alesan dari mulut lo," pekikku menggugah semangat Ali.

"Kita akan menyusulnya bersama, Bang." Aku melihat Queen memegang pahu Ali dengan penuh keyakinan.

Aku bahagia jika mereka bisa memiliki semangat yang tinggi untuk mengikuti jejakku. Aku ingin merasakan kesuksesan bersama sahabatku, Ali.

"Iya Bie, kita akan menyusul Raja lautan," ujar Ali penuh keyakinan. "Gue Ali Daiva Gamel Samudra yang berarti Dewa yang menguasai samudra akan menyusul lo Raja penguasa lautan. Tunggu gue di sana!" Ali mengacungkan telunjuknya padaku.

Aku tersenyum puas melihat semangatnya yang menggebu.

"Oke, gue keluar dulu. Gue kasih waktu kalian buat bicara. Jaga diri dan kesehatan lo, Bro. Gue selalu berdoa buat keselamatan lo. Sukses ya?" Ali meraih jaketnya.

"Thanks, Bro!" ucapku singkat padanya.

Ily mengangkat ipad dan berjalan ke ranjangnya, dia tengkurap hingga memperlihatkan belahan dadanya yang seketika membuat mataku terbelalak.

"Queen, tutup dadamu dengan bantal. Kamu membangunkan sesuatu dalam tubuhku," ucapku berat hati.

"Biarin! Biar kamu pengen terus cepet-cepet pulang. Kalau perlu aku buka bajuku," ucapnya santai yang membuat di dalam celanaku semakin keras.

"Hawdeh Queen, kamu menyiksaku. Cukup aku tersiksa batin jangan tambah kamu menyiksa fisikku. Sakit tahu!" omelku biar dia tahu kalau aku memang tersiksa saat ini bukan hanya rindu tapi juga berahi.

"Iya iya." Dia menggeser bantal dan menindihnya menutupi dadanya dengan itu.

"King, bagaimana kamu menyelesaikan makalah dan ujianmu?" tanya Ily sambil mengikat rambutnya asal.

"Tenang saja Queen, aku sudah pikirkan semua itu. Sekarang semua serba canggih. Tinggal aku kirim melalui email beres. Pendidikan dan pekerjaan, keduanya dapat berjalan beriringan."

"Aku bangga punya kamu nahkodaku," ujarnya penuh rasa bangga membesarkan perasanku. Aku hanya tersenyum menanggapi pujiannya.

"Queen, aku mencintaimu tapi aku tidak bisa selalu bersamamu. Di mana aku tersingkirkan oleh pekerjaan, jarak, dan waktu. Dan kamu salah jika berpikir bahwa aku bahagia dengan keadaan ini," ungkapku jujur padanya.

"Aku juga mencintaimu, King. Aku akan selalu mendoakan agar kamu sehat selalu, terlebih saat kamu berlayar," katanya menghangatkan perasaanku.

"Perjalananku lama di lautan. Mungkin bisa jadi aku akan singgah di Indonesia," jelasku agar dia tidak menunggu kabar dariku saat aku di tengah laut dan memberi sedikit harapan padanya supaya hati dia lebih tenang.

"Memang rute cruise Rotterdam dari mana ke mana?" tanyanya meletakkan kepalanya lesu.

Mungkin dia kelelahan dan banyak tugas. Badannya pun sudah berbentuk, padat dan langsing.

"Rute Belanda-Indonesia," jujurku padanya.

"Serius King?" seketika dia menegakan kepalanya. Seperti dugaanku, dia pasti bahagia mendengar kabar itu.

"Iya serius. Tapi perjalanannya 91 hari. Setiap negara yang dilewati akan berhenti satu hari untuk berwisata. Tujuan terakhir paling banyak tempat wisata di Indonesia," imbuhku meyakinkannya.

Dia langsung bersemangat dan menegakkan kepalanya. Matanya berbinar terpancar harapan besar. Jadi tidak sabar sampai di Indonesia.

"Wah 91 hari? Lama dong sampainya di Indonesia?" ujarnya cemberut. "Memang negara mana saja yang dilewati?"

Dia kembali meletakkan kepalanya dia atas bantal.

"Tolak dari pelabuhan Ratterdam Belanda, lanjut ke Southhampton, Portugal, Spanyol, Tunisia, Malta, Yunani, Port Said (Mesir), Dubai, Abu Dabi, India, Malaysia, Singapura terakhir Indonesia. Tapi di Indonesia aku ke Makasar dulu baru ke Jakarta lalu berlayar ke timur Indonesia melewati Purbolinggo ke Surabaya menuju pulau Bali, Lombok dan pulau Komodo. Setiap pulau di Indonesia nanti hanya singgah satu hari," jawabku menyebut semua negara yang nanti akan aku lewati.

"Kalau sampai Jakarta hitungan harinya bukan 91 hari dong, King. Nanti jadinya plus berhari-hari. Bisa jadi entar genap 100 hari. Bisa-bisa setiap hari aku bernyanyi lagunya Krisdayanti 'menghitung hari'," tukas Ily sambil mengerucutkan bibirnya membuat aku gemas dan ingin sekali menguyel pipi dan bibirnya.

"Tuh bibir bisa biasa aja nggak, Queen? Penger aku gigit tahu rasanya kalau sedang begitu," gerutuku pada kesal karena dia selalu menggodaku.

Habis sudah kalau dia dekat denganku sekarang.

"Nih! Lumat aja!" Dia memajukan bibirnya pada layar Ipad Ali. Memonyongkan bibir merahnya membuatku semakin geram dan semakin gemas.

Aku tertawa keras di dalam kamarku hingga ketukan pintu menghentikan tawaku.

"Sebentar Queen ada yang ketuk pintu," selaku.

Aku beranjak dari kenyamananku meletakan ipadku diatas nakas agar Ily tahu apa saja yang aku lakukan. Aku menuju ke pintu dan membukanya.

"Selamat siang, Kap!" sapa chief officer atau mualim I sambil memeberikan hormat.

"Siang," jawabku singkat berwibawa.

"One hour notice, Capt!" perberitahuannya.

"Ya. Terima kasih," ucapku dingin dan singkat.

Dia berlalu dan aku masuk ke dalam kamar, menutup pintu lantas mempersiapkan diri. One hour notice itu satu jam persiapan. Suatu pemberitahuan untuk seluruh ABK agar standby di posisinya masing-masing.

"Siapa, King?" Ily bertanya saat aku mengambil PDH di dalam lemari.

"Chife officer," jawabku seraya mengganti pakaian santaiku dengan PDH.

"Sudah one hour notice?" tanya dia lagi.

"Iya," jawabku yang kini sedang merapikan penampilanku di depan cermin lemari yang lebar dan mewah.

"Hei Nahkoda!" serunya. "Bagaimana aku bisa menolak pesonamu jika kamu mampu menerjang ombak, melawan badai, menaklukan perairan dan mengarungi samudra dengan perahu mewahmu itu. Kamu mampu menawan hatiku dalam penjara cintamu. Bagaimana bisa aku berpaling dengan cinta yang lain?" Aku tertawa lepas mendengar Ily mencerocos sendiri setelah aku rapi dengan stelan seragam pelautku.

Aku mengenakan pet di kepalaku yang bertengger sibol jangkar dan rantai di depan pet putihku. Aku menghampiri Ipad-ku di atas nakas dan memberi senyum padanya.

"Ya ampun My King!!!!! Kamu? Oh My God kereeeen. Nahkodaku bawalah aku bersamamu, untuk mengarungi bahtera rumah tangga dan melewati gelombang kehidupan ini denganmu," pekik Ily membuatku geli dan terkekeh keras.

Wajahnya yang menggemaskan membuat suasana hatiku menjadi bahagia hingga aku bersemangat menjalankan MS Rotterdam ini.

"Udah ya? Aku mau kerja dulu, doakan aku agar selalu dilindungi Allah dan jaga diri kamu baik-baik," pintaku padanya.

"Siap nahkodaku. Jangan lupa oleh-olehnya setiap singgah di negara yang kamu lewati," pesannya terkikih menutup mulutnya.

"Siap tuan Ratu, hamba laksanakan," ucapku memberi hormat ala hambanya pada ratu kerajaan.

Ily tertawa keras lantas membekap mulutnya sendiri.

"Cium dulu," pintanya manja.

"Nggak ah! Masak iya nahkoda sudah keren begini cium-cium Ipad. Malu tahu, kalau ada yang lihat. Toh juga nggak terasa. Besok-besok saja ya kalau ketemu aku kasih bonus banyak. Oke?" rayuku padanya agar dia tidak marah.

"Iya udah deh. Kamu hati-hati ya? Begitu sandar dan dapat sinyal langsung hubungi aku atau Bang Ali," perintahnya memaksa.

"Iya My Queen," jawabku lembut.

"Ya sudah. I love you," ucapnya malu-malu dengan pipi merona.

"I love you too," balasku tersenyum tiga jari menampakkan deretan gigiku.

Dengan berat hati aku matika skype dan bergegas keluar mengecek persiapan seluruh ABK. Aku berjalan dengan gagah dan berwibawa di lorong kamar-kamar ABK untuk menuju anjungan. Ruang untuk mengendalikan jalannya pelayaran. Dalam tugas jaga ada aturannya sendiri dan itu dilakukan oleh bawahanku. Sedangkan aku hanya mengawasi laju perlayaran dan sesekali mengontrol keperluan anak buahku.

Di anjungan sudah berkumpul seluruh ABK.

"Kap, persiapan sudah lengkap. Kapal siap tolak dari Ratterdam," laporan mualim II atau sering disebut second Officer.

"Laksanakan tugas kalian masing-masing," sahutku tegas dan lantang.

"Siap, Kap!" seru serentak seluruh kru dan awak kapal.

Setelah aku menganggukkan kepala mereka semua membubarkan diri menuju tempat masing-masing melakukan tugasnya.

'Ya Allah, lindungi perjalanan perdanaku memanuver MS Rotterdam hingga selamat dan aman sampai ke tempat tujuan hingga kembali ke sini lagi,' doaku dalam hati.

Perahu mewah dengan bendera Holland America Line bertolak dari Ratterdam.

#########

Semoga selamat sampai tujuan ya Nahkoda Al? Pelayaran perdana dengan cruise MS Rotterdam, aku ikut dong Kap.... I miss you Kapten Al? Hihihihihihi

Bagaimana apa kalian dapat bayangan tentang cruise MS Rotterdam? Lihat pict ya? Gambaran dikit.

Trimakasih vote dan komennya.

Love you all....
Muuuaaaachhh
Cium jauh dari aku

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top