KKM ALI
Al berlari tergesa dengan wajah memerah menuju anjungan. Pelayaran kapal terhenti di negara Selandia Baru saat ingin kembali ke Belanda.
"Bagaimana kita bisa mendapatkan KKM baru secepat ini? Pelayaran tidak bisa berhenti begitu saja di tengah perjalanan begini, Kapten," laporan Masinis I selaku perwira departemen mesin.
Al tampak berpikir keras. Pasalnya KKM yang saat ini bertugas mengalami kecelakaan kerja sehingga terpaksa diturunkan kedarat untuk mendapatkan pertolongan yang maksimal.
"Saya akan menghubungi kantor pusat, agar secepatnya mengirimkan KKM pengganti sebelum besok pagi kita melanjutkan perjalanan," tukas Al kepada seluruh perwira yang sengaja berkumpul di anjungan.
"Baik Kap," jawab semua perwira lantas mereka membubarkan diri meninggalkan anjungan kecuali yang sedang bertugas.
Al segera menghubungi kantor pusat seperti yang dia katakan. Dia ra serius melalui telepon yang tersedia di anjungan.
"Saya suka cara kerja, Kapten Al. Dia cekatan dan gesit. Ada masalah seperti ini saja tindakannya cepat dan tepat. Tidak salah pilih perusahaan mempercayakan kapal semewah dan ribuan nyawa ketangannya," ujar salah satu perwira jaga dengan juru mudi yang sedang berjaga.
"Iya betul kata, Second, saya sependapat dengan Anda. Tapi yang membuat saya heran, kenapa ya Kapten Al tidak pernah terlihat menggandeng wanita seperti kita yang sering gonta-ganti wanita di negara berbeda? Apa masih ada pelaut zaman sekarang setia dan tak tergoda iman?" ucap remeh Masinis II sebagai perwira mesin.
"Jangan berpikir negatif dulu, Bass. Memang Kapten Al orangnya begitu. Kalem dan pembawaannya tenang, udah punya istri kali dia makanya ingin menjaga perasaan orang yang dicintainya," bela Masinis I menanggapi perkataan yang membuat telinganya tidak nyaman.
"Halah! Istrikan di rumah, nggak bakalan tahu apa yang kita lakukan di sini," sangkal Masinis II menyahuti Masinis I.
Tidak disangka ternyata sedari tadi Al mendengar percakapan mereka.
"Yang jelas saya takut karma. Saya hanya ingin menjaga perasaan wanita yang sudah melahirkan saya dan membesarkan saya dengan kasih sayangnya yang tulus hingga membuat saya bisa berdiri di sini. Saya juga menjaga perasaan wanita yang sudah setia mencintai dan menunggu saya di darat sana. Memang istri tidak melihat apa yang kalian lakukan di sini Bass, tapi Tuhan selalu tahu. Dia tidak pernah tidur, doa seorang ibu dan istri lebih mujarab dan berkah. Ingatlah istri dan keluargamu yang selalu berdoa untuk keselamatanmu. Mereka menunggu kalian di darat dan berharap kalian pulang dengan selamat," sahut Al tiba-tiba dari arah belalang.
Semua orang yang membicarakannya tadi dengan wajah malu menunduk sungkan menatap wajah meneduhkan dan senyum yang tulus dari Al. Mereka mendengarkan baik-baik perkataan Al, terpaku dan mencerna lagi setiap kata yang tersirat pesan mendalam darinya.
"Nanti malam kita akan kedatangan KKM baru. Tolong Bass, bereskan kamar KKM yang lama dan sambut pimpinan departemen engin kalian yang baru. Perlihatkan kesan yang baik dan jangan mengecewakan saya," lanjut Al memberi tahu kepada perwira mesin.
Walaupun KKM adalah kepala atau jabatan tertinggi di kamar mesin, tapi dia masih di bawah pimpinan nahkoda kapal.
"Siap, Kap! Laksanakan perintah," seru perwira engine serentak.
Al tersenyum bangga dan menepuk bahu salah satu anak buahnya lalu berjalan meninggalkan anjungan untuk kembali ke kamarnya.
***
Pagi ini kapal akan bertolak dari Selandia Baru. Al sudah lengkap dengan PDH putihnya memuju ke anjungan. Matanya menatap ke arah depan memandang luasnya perairan yang nanti akan ia terjang dan lalui. Dengan tubuh tegap dan gagah dia berdiri di depan alat GPS dan radar di samping seseorang.
"Selamat pagi, Kap? Apa Anda sudah siap mengarungi lautan bersama Dewa penguasa samudra?" tanya KKM baru yang sudah duduk di depan alat pengendali mesin di depannya. Dia mengenakan wearpack berwarna oranye.
Al tersenyum simpul dan dia sudah hafal betul siapa pemilik suara itu. Tanpa menoleh dia sudah yakin pemilik suara berat itu.
"Selamat datang, Bass Ali. Saya sudah siap mengarungi lautan dengan seorang KKM hebat seperti Anda," sambut Al hangat.
Ali dan Al menoleh bersama dan saling berpandangan. Mereka mengembangkan senyum lantas kembali fokus pada tugasnya masing-masing. Seluruh kru yang bertugas telah siap menempati departemennya dan tanggung jawabnya sendiri-sendiri sesuai dengan keahlian dan wewenangnya. Al hanya duduk di kursi tinggi khusus dan memegang binokuler atau teropong.
***
S
etelah beberapa jam berlayar, kapal kini berada di tengah laut lepas. Ali dan Al lepas tugas, mereka pun meninggalkan anjungan dan bersantai bersama.
"Gue seneng lo nyusul ke sini? Ini kejutan terindah yang pernah gue dapet dari lo, Li," ujar Al saat mereka bersantai di kursi berada di lambung kanan.
"Gue kan sudah bilang akan nyusul lo. Ya ini gue sekarang sudah bersama lo. Kita bermain bersama, merangkai mimpi dan cita-cita bersama, saling support, saling menjaga dan kesuksesan juga akan kita raih bersama. Walaupun lo lebih dulu sukses daripada gue," tukas Ali dengan pandangan ke depan menatap luasnya laut lepas.
Al senang dan bangga akhirnya sahabat baiknya bisa bekerja di kapal yang sama. Tekat dan cita-cita mereka mengalahkan ego dalam diri.
"Kalau lo ke sini, terus yang jagain Queen gue siapa, Li?" tanya Al menoleh Ali. Hatinya seketika cemas dan was-was.
"Lo tengang saja Bro, dia tidak selemah saat bersama lo. Dia wanita yang kuat dan tangguh. Dia menjadi wanita lemah hanya bersama lo saja Al," jelas Ali tersenyum manis yang duduk bersantai di sampingnya melipat kedua tangan di belakang kepala.
Al menanggapi dengan senyum tipis, pikirannya kalut mencemaskan keadaan Ily.
***
Ily POV
Apa kalian tahu jika aku sekarang sedang pusing memikirkan tes seleksi agar dapat lolos untuk mengikuti seleksi lagi? Ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Betapa pintarnya King-ku itu. Setiap seleksi bisa selalu lolos. Apalagi sekarang aku sudah ditinggalkan Bang Ali juga. Dia sudah menyusul Al terlebih dulu dan meninggalkanku di sini sendiri.
Sudah satu minggu Al tidak Skype dan itu artinya dia masih dalam perjalanan. Apa begini dulu yang dirasakan Mama saat Papa pergi berlayar hingga berbulan-bulan? Betapa setianya Mama pada Papa.
Risiko menjadi istri pelaut siap menjaga iman, cinta dan kesetiaan. Saat aku berjalan menghampiri mobil Honda Jass putih milikku, seseorang memanggilku dari belakang.
"Ily!"
Aku menoleh, melihat seorang wanita berlari kecil menghampiriku. Aku mengerutkan keningku menatapnya penuh tanya.
"Maaf, mengganggu perjalananmu. Aku hanya ingin menanyakan kabar Ali. Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya wanita yang berdiri di depanku.
"Maaf Kak Briana, aku juga kurang tahu pastinya bagaimana. Semenjak dia berangkat hingga sekarang belum memberiku kabar. Mungkin mereka masih dalam pelayaran laut lepas, Kak," jawabku memberi ketenangan hatinya seperti yang selalu aku katakan pada diriku sendiri yang berpikir positif.
"Iya, mungkin saja begitu," jawabnya lesu.
"Kakak ada acara?" tanyaku mengalihkan topik pembicaraan.
"Tidak, kenapa?"
"Kalau begitu kita makan di luar saja bagaimana?" tawarku sengaja untuk menghiburnya.
"Baiklah, aku pamit papa dulu sekalian ambil tasku di ruangannya Papa," ujarnya susah terlihat lebih semangat daripada tadi.
Aku tersenyum lalu menganggukkan kepala dengan seluas senyuman manis. Dia berjalan meninggalkanku sedangkan aku masuk ke dalam mobil untuk menunggunya.
***
"Apa kamu sering mendatangi tempat ini, Ly?" tanya Kak Briana saat aku sedang memilih menu makanan.
Iya! Kami sekarang sudah berada di tempat makan yang biasa aku dan Bang Ali kunjungi.
"Iya Kak," jawabku sembari membuka-buka buku menu.
"Bersama Ali?" tanya dia lagi, sepertinya dari nada pertanyaannya terdengar kecurigaan.
"Lebih tepatnya bersama Ali dan Al," jawabku jujur agar dia tidak salah paham.
"Tapi aku sering melihat kamu hanya berdua saja dengannya."
Aku meletakan buku menu lalu tersenyum ke arahnya. Dia menatapku penuh curiga.
"Iya, itu dulu saat Al sudah berangkat ke Belanda," jawabku lembut melipat kedua tangan di atas meja.
"Kamu punya hubungan khusus sam Ali?" tanya dia mengintimidasi dengan tatapan semakin mencurigaiku.
Aku terkekeh dan tersenyum geli mendengar pertanyaannya. Lantas aku menggeleng dan melanjutkan memilih menu makanan yang akan aku pesan.
"Kak Briana suka dengan Bang Ali?" tanyaku menyeringai.
Aku melihat dia diam seperti sedang berpikir menyiapkan jawaban dan ragu saat ingin menjawab.
"Kalau suka bilang saja, aku yakin perasaan Kak Briana terbalas. Bang Ali juga suka sama Kakak," jelasku apa adanya.
Aku lihat dia tersenyum dan merona. Aku ikut bahagia melihatnya seperti itu. Tapi seketika senyum manis itu pudar dari bibirnya.
"Aku tidak mungkin bisa bersamanya, Ly. Papa sudah memilihkan lelaki untuk mendampingiku. Aku tidak mau mengecewakan Papa, karena hanya dia yang aku punya di dunia ini," ceritanya sedih membuat aku ikut merasa iba.
Dia menunduk, aku pun menggapai tangannya yang ada di atas meja lantas aku genggam untuk memberikannya kekuatan.
"Yang sabar ya Kak, mungkin Pak Teguh melakukan itu juga untuk kebaikan Kakak. Beliau tidak ingin putri satu-satunya jatuh ketangan orang yang tidak tepat," nasihatku sambil mengelus lengan tangannya.
"Iya, terima kasih," ucapnya masih saja menunduk.
"Iya sama-sama, Kak. Kalau Kak Briana butuh teman mengobrol cari saja aku. Sebisa mungkin aku usahakan ada untuk Kakak," tawarku tulus dengan senyum tipis.
"Iya, Ly. Terima kasih," jawabnya sangat lembut.
Akhirnya kami pun memesan makanan. Sambil menghabiskan makan sore, kami selingi dengan obrolan dan gurauan membuat kami semakin akrab.
########
Terima kasih support dan komentarnya.
Love you all
Muuuuuaaaachhhh
Cium jauh dari aku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top