KEJUTAN TAK TERDUGA
Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi
Yang terbalut hangatnya bekas pelukmu
Aku tak akan lupa tak akan pernah bisa
Tentang apa yang harus memisahkan kita
Di saat kutertatih tanpa kau di sini
Kau tetap kunanti demi keyakinan ini
Jika memang dirimulah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh napas ini
Kita telah lewati rasa yang pernah mati
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Di saat kutertatih tanpa kau di sini
Kau tetap kunanti demi keyakinan ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini
Dan ini yang terakhir (aku menyakitimu)
Ini yang terakhir (aku meninggalkanmu hooo)
Tak kan kusia-siakan hidupmu lagi
Ini yang terakhir, dan ini yang terakhir
Tak kan ku sia-siakan hidupmu lagi
Jika memang dirimulah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Kuakan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh napas ini
Jika memang dirimulah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh napas ini
Untukmu seluruh napas ini
Untukmu seluruh napas ini
Seluruh Nafas Ini
By: (Feat. Giselle) - Last
Child
***
Saat Adam merasa kesepian di dunia yang luas ini, Tuhan menciptakan Hawa dari tulang rusuk yang Tuhan ambil dari Adam. Ia menciptakan Hawa untuk menemani Adam. Tuhan juga memisahkan Adam dan Hawa kala itu, namun Tuhan juga yang menuntun untuk mempertemukan mereka kembali. Setelah melalui perjalanan panjang dengan penuh pengorbanan akhirnya Adam dan Hawa dapat kembali bersama.
Cruise Rotterdam bersandar di pelabuhan Jakarta, para wisatawan berhamburan keluar dari kapal digantikan oleh para undangan dari acara yang akan digelar Al di geladak teratas kapal itu. Para undangan akan ikut pelayaran menyusuri perairan Indonesia sebagai tanda terima kasih, Al karena sudah berkenan menjadi saksi penyatuan cintanya bersama Ily dalam ikatan sakral.
Cinta dan orang-orang kepercayaannya sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk mendukung acara tersebut. Secara diam-diam Al menyembunyikan Esty dan Juwita di kamarnya agar Ily tidak bisa menemui mereka hingga tiba waktunya. Sedangkan Ily lebih suka menyibukan diri di dalam kamarnya jika tidak sedang bertugas.
Ily tengkurap di tempat tidur seraya bermain game di ponselnya. Pintu kamarnya terbuka, Ali masuk dan langsung duduk di tepi ranjangnya.
"Bie, kamu ikut diacaranya Al. Nanti Cinta akan di-make up sama kamu di sini," ujar Ali masuk ke kamar Ily.
"Kenapa harus di kamar aku sih, Bang?" Ily bangkit dari tengkurap. "Aku nggak mau ikut di pesta itu," tukas Ily beranjak dari tempat tidurnya.
Hatinya sangat pedih jika sampai melihat Al bersanding dengan orang lain. Dia berpikir jika Al hari ini akan menikah dengan Cinta. Padahal di dalam hatinya dia menahan sakit yang teramat pedih. Dia berusaha terlihat kuat dan kuat menghadapi ini. Ily beranjak dari tempat tidurnya.
"Jangan begitu dong Bie, bagaimanapun Al membutuhkanmu. Kamu nggak mau melihat Al bahagia?" tutur Ali menghampiri Ily yang duduk di depan meja rias menyibukkan diri menyisir rambut sebahunya.
"Tapi Bang, hatiku sakit melihat dia bersanding dengan wanita lain. Apa dia tidak memikirkan perasaanku, Bang? Sesakit inikah mencintainya? Sampai aku merasakan hancur? Apa dia tidak tahu, kalau aku tanpanya hatiku rapuh dan kehilangan arah untuk melangkah melanjutkan hidupku?! Kenapa Bang, aku harus merasakan sesakit ini? KENAPA?!!!" sergah Ily dengan air mata yang membanjiri pipinya.
Ali memeluknya dari belakang, dia merasakan kesedihan Ily. Tapi, ini demi melancarkan ide gila sahabatnya itu. Ali rela menahan rasa tidak teganya melihat kerapuhan Ily.
"Kamu tenang dulu, kamu harus percaya sama aku. Jika kamu akan kembali bersama Al, Tuhan akan menyatukan kalian dengan cara-Nya. Tuhan tidak akan menukar jodoh kita. Jika kamu cinta sama Al, percayalah dengan apa yang kamu rasakan. Karena kata hati tidak pernah bohong, Bie," ujar Ali mendekap Ily yang menangis sesenggukan.
Dari ambang pintu Cinta melihat Ali sedang menenangkan Ily. Cinta dapat merasakan apa yang Ily rasakan. Air bening menetes dari kelopak mata Cinta.
"Lo akan mendapat balasan dari kesedihan dan penantian lo selama ini, Ly. Kebahagiaan lo sudah di depan mata," lirih Cinta menyeka air matanya.
Ily masih terus menangis hingga Ali kualahan menenangkannya.
"Tapi ini sakit, Bang? Kenapa dia jahat? Apa salahku kepadanya sampai dia menghukumku seperti ini? Dia sudah berhasil menghancurkan segalanya dalam hidupku. Mimpi, harapan, dan hatiku! Sukses dia menghancurkannya!" rancau Ily di sela tangisannya.
Ali semakin erat memeluk dia dari belakang. Tangis Ily semakin tak tertahankan, dia meluapkan semua emosi yang tertahan di hatinya selama ini. Cinta merasa tak tega melihat Ily yang kacau dan benar-benar rapuh. Cinta menghela napas perlahan dan menyeka air matanya.
"Ali, Ily," seru Cinta masuk ke dalam kamar Ily, berlagak tidak mengetahui apa-apa.
Ali segera melepas pelukannya dan Ily dengan cepat menyeka air mata. Cinta berjalan menghampiri mereka dengan senyum terbaiknya.
"Ta, gue ke kamar Al ya? Lo akan ditemani Ily," ujar Ali lalu meninggalkan mereka berdua setelah cinta menganggukkan kepala.
Selepas kepergian Ali, Ily dan Cinta justru merasa canggung, Cinta merasakan aura ketidak nyamanan dari Ily. Cinta sadar betul bagaimana Ily membencinya karena berpikir Al berubah padanya karena kehadiran dia. Apalagi Ily berpikir jika pernikahan yang akan digelar hari ini adalah pernikahan Al dan Cinta.
"Ehem! Ly, lo sudah siap?" tanya Cinta memecah kecanggungan di antara mereka.
Ily hanya mengangguk tanpa menoleh Cinta yang berdiri di belakangnya. Namun Cinta dapat melihat raut kesedihan di wajah cantik Ily dari pantulan cermin depannya. Cinta tersenyum memegang kedua bahu Ily. Dia melihat Cinta dari cermin, senyum tulus terukir di bibir tipis Cinta.
"Semua akan indah pada waktunya," ucap Cinta pelan.
Ily dengan terpaksa membalas senyum Cinta yang dapat Cinta lihat dari pantulan cermin.
"Permisi Nona, apa betul di sini kamar calon pengantin wanitanya?" tanya seorang perias paruh baya tapi masih terlihat cantik, diikuti beberapa orang di belakangnya.
"Betul! Silakan masuk, Nyonya," ujar Cinta seolah-olah itu adalah kamarnya.
Ily hanya diam menunduk, dia sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Ly, lo dulu ya yang dirias ya?" kata Cinta mengelus bahu Ily.
"Kok gue sih, Ta? Kan lo yang mau nikah. Bukan gue!" tolak Ily terdengar ketus, namun Cinta tidak tersinggung justru dia membalas dengan senyuman terbaiknya.
"Baiklah, kalau begitu kita diriasnya barengan gimana?" ujar Cinta menggeser satu kursi di samping Ily, lantas duduk menghadap ke depan cermin seperti yang Ily lakukan.
"Terserah lo!" jawab Ily jutek dengan wajah datar.
Para perias dengan lihai melukis di wajah cantik Ily dan Cinta. Tidak ada percakapan khusus yang terjadi di antara kedua wanita itu. Lebih sering Cinta yang mengobrol dengan para perias.
Sedangkan di dalam kamar Al, Juwita dan Esty sudah siap dengan penampilannya yang anggun dengan dress hitam menjuntai ke bawah, terlihat anggun dan cantik.
"Cieeee... yang mau nikah. Gila, keduluan sohib gue!" ujar Ali menggoda Al yang sedang dipoles dengan bedak sangat tipis.
"Makanya buruan biar entar kita punya anak barengan."
"Sabar Bro, lo mah belum juga jadi ijab kabul udah bahas anak aja."
Al dan Ali tertawa bersama membuat Juwita dan Esty tersenyum dan menggeleng kepala. Jika mereka sudah bersama tidak pernah tempat itu merasa sepi. Ada saja candaan yang tercipta dari keduanya.
Ali menarik kursi dan duduk di samping Al.
"Bro, lo tega banget sih sama dia? Tadi sebelum gue ke sini, gue mampir dulu ke kamar Ily. Dia nangis terisak-isak. Dia terlihat benar-benar hancur dan gue jadi nggak tega," cerita Ali.
"Tapi, setelah ini gue nggak akan pernah biarin dia menangis lagi Li," ucap Al mantap dan meyakinkan.
"Itu yang harus lo lakuin untuk membayar air mata yang sudah dia keluarkan selama ini demi lo. Gue percaya, lo akan lebih bisa membuatnya bahagia." Ali tersenyum lalu menepuk-nepuk bahu Al.
"Thaks Bro, gue jadi merasa bersalah sudah mencurigai lo dan berpikir negatif tentang lo sama dia," sesal Al selesai ditata rambutnya.
"Hei Nahkoda! Jangan pernah merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa lo, karena sesungguhnya itu adalah takdir Tuhan."
"Siap Pak Ustadz!" sahut Al mantap.
Mereka tertawa lalu berpelukan Ala lelaki dewasa. Tidak ada sahabat yang berlama-lama menanamkan kebencian. Kesalahan adalah hal yang lumrah, karena kita manusia biasa. Hanya dengan memaafkan kesalahan orang lain semua akan kembali normal.
***
Suasana di geladak atas sangat indah apalagi ditambah nuansa pelayaran alami. Tatanan konsep wedding cocktail party sebuah pesta yang sifatnya semi formal. Dekorasi cantik dengan kombinasi bunga rose orange, rose avalanche , serta hydrangea berwarna biru dan silver pun berhasil menyulap geladak tempat pesta terlihat begitu menawan. Suasana intim mengalahkan kesan
mewah dari sebuah tema pesta kapal pesiar. Peralatan makan
seperti piring dan mangkuk bernuansa senada pun telah
tertata sempurna di atas meja. Sederhana namun menyimpan sejuta makna.
Area dessert table yang terletak di pinggir geladak kapal terlihat begitu menggoda selera setiap mata yang
melihatnya. Berbagai penganan yang bisa dijadikan camilan atau penutup setelah makan malam adalah
persembahan terbaik dari pasangan mempelai untuk para tamu. Ragam makanan yang tersedia seolah
mengisyaratkan bahwa pesta pernikahan ini tidak hanya digelar dan segera berakhir dalam satu atau dua jam. Para tamu akan melewatkan malam yang panjang bersama pasangan yang tengah berbahagia.
Ily dan Cinta selesai dirias, mereka masih menunggu panggilan saat ijab kabul akan dimulai. Keduanya sama-sama cantik, hampir tidak dapat membedakan yang mana pendamping pengantin dan yang mana calon mempelai wanita
"Ly, lo jangan jauh-jauh dari gue ya?" pinta Cinta yang sudah siap dengan balutan cocktail gown berwarna putih dengan panjang selutut.
"Iya!" jawab Ily malas.
"Lo cantik dengan gaun itu, Ly," puji Cinta mencoba mengambil hati Ily.
"Makasih," jawabnya datar dan ketus.
Andai saja Cinta tidak terlanjur janji dengan Al, sudah pasti sedari tadi dia membongkar semuanya agar hubungan di antara dia dan Ily membaik. Tidak seperti sekarang, Cinta sudah berusaha baik tapi Ily tidak mengindahkan segalanya yang dilakukan Cinta.
"Ly, lo cinta sama Al?" tanya Cinta memecahkan keheningan di kamar itu.
Deg!
Jantung Ily terasa berhenti berdetak namun seperkian detik kembali normal. Dia bingung harus menjawab apa dengan calon istri lelaki yang sudah memenuhi ruang hatinya malah tanpa ada celah sedikitpun seisi hatinya sudah terpenuhi nama Al. Ily diam dan menunduk.
"Gue ngerti kok Ly, lo nggak perlu menjawabnya. Jika Al memang jodoh lo, dia akan kembali sama lo. Cinta tidak akan lupa jalan untuk pulang," ujar Cinta tulus dengan senyuman manisnya.
"Maksud lo apa bicara seperti itu, Ta?" tanya Ily heran menoleh Cinta yang duduk di sampingnya.
"Nona Cinta semua sudah siap," seru seseorang yang baru saja masuk ke kamar.
Belum sempat Cinta menjawab sudah ada seorang petugas wedding organizer datang memberitahukan Cinta, bahwa ijab kabul sudah akan dilaksanakan. Ily menahan air matanya, sekuat tenaga dia akan menahan sakit dan perih di hatinya demi hari sakral lelaki yang dicintainya.
"Oke," sahut Cinta lantas beranjak dari tempat duduknya dan membantu Ily berdiri.
Seorang penata busana merapikan gaun mereka berdua sebelum ke luar kamar.
"Sudah siap?" tanya Cinta mengiringi langkah mereka ke luar kamar.
Ily tidak menjawab. Perasaannya kalut dan pikirannya kacau. Apakah itu pilihan terbaiknya? Datang ke pernikahan pria yang sudah lama dicintai.
Cinta menggandeng tangan Ily, dengan langkah sedikit ragu Ily tetap berjalan beriringan dengan Cinta menyusuri lorong galley lalu masuk ke lift menuju ke geladak atas tempat pesta digelar.
Sesampainya di geladak atas, mata Ily menyapu pandangan ke seluruh penjuru. Matanya menyipit dan dahinya mengerut.
"Ta, apa lo nggak salah milihin gaun buat gue?" tanya Ily sedikit berbisik di telinga Cinta.
"Memang kenapa, Ly?" tanya Cinta tak kalah pelannya dengan suara Ily.
"Lo lihat semua tamu, mereka pakai serba putih. Kenapa gue pakai biru laut sendiri? Lo yang mempelai wanita aja pakai putih," protes Ily.
Memang Ily mengenakan gaun berwarna beda dari tamu yang hadir. Cocktail dress berwarna biru laut dengan panjang di atas lutut tanpa lengan, mengeksplore leher jenjangnya, bagian dada terdapat hiasan bunga-bunga kecil dan kupu-kupu tertempel tidak beraturan tapi terlihat elegan. Dress bagian bawah mengembang dan beberapa diamon tersebar di celah-celah bunga kecil itu. Sangat sederhana memang, namun Ily terlihat cantik dan anggun apalagi rambut diangkat ke atas memamerkan leher jenjangnya.
"Udah deh, gitu aja lo permasalahin. Gue udah sesuain dengan tubuh lo dan warna kulit lo. Bukannya berterima kasih malah diprotes," jawab Cinta berpura-pura kecewa.
"Iya, maaf! Ya udah lo jangan cemberut begitu. Entar disangka Al gue jahatin lo!" cerca Ily lalu menggandeng tangan Cinta lagi.
Cinta dan Ily duduk di tempat yang sudah dipersiapkan dengan jarak tiga meter di sebelah kiri panggung kecil tempat untuk ijab kabul. Terlihat Al sudah duduk di depan penghulu disaksikan dua orang. Ily terus menundukan kepala tak kuasa menatap Al yang akan menjadi suami dari wanita yang kini duduk di sebelahnya, pikir Ily. Cinta menggenggam tangan Ily erat, menyalurkan kekuatan kepadanya.
Suasana tempat pesta yang gemerlap tidak sesuai dengan perasaan Ily sekarang. Bagi Ily biarpun tempat itu indah nan glamor, terang tapi hatinya merasa gelap seperti banyangan masa depannya jika tanpa Al.
"Apa sudah siap Tuan dan Nona?" tanya penghulu setelah semua tamu tenang.
Al menoleh ke samping menatap Ily, namun yang ia lihat wanita yang beberapa menit lagi menjadi istrinya justru menunduk tidak menatapnya. Al melempar senyum pada Cinta dan dibalas anggukan oleh Cinta.
"Sudah, Pak," ucap Al mantap.
Perasaan Ily sudah tak menentu, rasanya dia ingin pergi dari tempat itu. Dia tidak ingin mendengar Al mengucap ijab kabul dengan menyebut nama wanita lain. Rasa di dadanya semakin sesak dan seakan oksigen di tempat itu menipis, padahal tempat itu terbuka tanpa atap sama sekali. Al mulai menjabat tangan penghulu. Tangan Ily tidak sadar meremas erat tangan Cinta, membuat pemiliknya meringis kesakitan.
"Aw sakit, Ly," rintih Cinta menoleh ke samping melihat Ily memejamkan mata menunduk seakan menahan sesuatu. "Ly, tulang tangan gue bisa remuk kalau lo genggam sangat erat begini," bisik Cinta pelan di telinganya.
"Maaf," ucap Ily terdengar bergetar menahan tangisnya.
Cinta menundukkan kepalanya melihat wajah Ily. Cinta melihat air bening menggantung di pelupuk mata Ily. Cinta menarik napasnya panjang dan menghembuskan perlahan. Dia menggenggam tangan Ily yang terasa dingin. Penghulu itu mulai membaca istighfar 3 kali sambil menjabat tangan Al.
"Saudara Al Ghazali Egy Barun Adibrata bin almarhum Dani Fidiyanto Adibrata saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Prilly Malca Rissa Adwitiya binti almarhum Afrizal Putra Adwitiya dengan maskawinnya berupa uang tunai 10 juta dan seperangkat alat salat tunai!" ucap lantang, tegas dan mantap dengan satu kali tarikan napas dari penghulu itu berhasil membuat mata Ily terbelalak mendengar namanya disebut.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Prilly Malca Rissa Adwitiya binti almarhum Afrizal Putra Adwitiya dengan maskawinnya yang tersebut tunai," jawab Al mantap dengan satu kali tarikan napas dan lancar.
"Sah?" tanya penghulu kepada kedua saksi.
"Sah!" jawab saksi bersamaan.
"Alhamdulilah hirobilalamin, barakallah Fii Umrik," ucap seluruh orang yang berada di tempat itu serentak.
Tempat yang tadinya hening, tegang dan hikmat saat menyimak acara sakral itu, seketika menjadi sorak bahagia. Semua mengekspresikan kebahagiaannya.
Ily masih duduk mematung shock dengan apa yang dia alami. Tidak bisa lagi dia berkata-kata dan menggambarkan perasaannya. Kakinya kaku dan bibirnya terasa kelu tak dapat digerakan. Matanya membulat sempurna dan mulut terbuka sedikit masih belum dapat mempercayai kejutan yang luar biasa itu.
Kebahagiaannya tertutup oleh air mata yang menetes di pipinya. Apa lagi ketika dia melihat kedua wanita yang mengapit Al tampak cantik dan anggun dengan balutan dress panjang, senyum mengembang di kedua sudut bibir mereka.
###########
Aaaaaaaaku bahagia.....
Akhirnya menikah. Aku nggak bisa komentar apa-apa. Angkat tangan deh.
Makasih vote dan komentarnya.
Muuuuaaaacchhh
Love you all
Cium jauh dari aku
Rex_delmora
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top