APA KABAR CINTA?
Flashback
Sepulang sekolah seorang gadis dan dua lelaki tampan memakai seragam putih abu-abu bermain bersama di taman kota.
"Al! Li! Aku main ke sana ya?" ucap gadis itu menunjuk ke arah segerombolan anak kecil.
"Iya. Hati-hati ya?" pesan Al perhatian pada gadis manis.
"Iya. Kamu tenang saja Al. Aku bisa jaga diri kok!" jawabnya dengan riang.
"Kamu jangan jauh-jauh dari kita ya?" Giliran Ali yang kini berpesan pada gadis itu.
"Iya iya. Kalian tuh bawelnya melebihi Mama aku," jawabnya.
Dengan ceria dan melompat-lompat kecil menghampiri anak kecil yang sedang bermain bersama. Dari jarak kurang lebih 2 meter Al dan Ali memerhatikan dia.
"Li, Cinta cantik ya?" tanya Al dengan pandangannya lurus ke depan memerhatikan gadis tadi.
"Iya Al, dia memang cantik, penyayang anak-anak, dan sabar banget ngadepin kita," sahut Ali gamblang dengan tatapan lurus yang juga memerhatikan cinta.
"Kamu juga mencintainya?" tanya Al serius.
Ali menoleh cepat.
"Lo ngomong apa sih Al?" Ali yang pura-pura tidak mengerti ucapan Al.
Al tersenyum lalu menepuk bahu Ali. "Gue tahu lo mencintainya dan gue pengen lo menjaga dia."
"Nggak Al, kita akan menjaganya bersama."
"Tidak mungkin, Bro. Salah satu dari kita harus mundur. Kasihan Cinta kalau dia tahu kita sama-sama mencintainya. Dia pasti bingung untuk memilih. Jadi biarkan gue yang mundur dan lo yang terus menjaganya," ujar Al tulus lapang dada sudah memutuskan.
Al mencoba menerima kenyataan jika sahabatnya juga mencintai gadis yang dia cintai juga. Al ingin melihat sahabatnya bahagia walau hatinya sendiri sakit, namun demi sahabatnya dia rela melepaskan cintanya dan memendam rasa cinta itu dalam-dalam.
"Gue balik duluan ya. Inget pesan gue jaga dia baik-baik," pamit Al lalu berdiri dan menepuk bahu Ali pelan.
Saat Al sudah melangkah ingin menjauh, tiba-tiba Ali memanggil namanya, "Al!!"
Al berhenti melangkah tanpa menoleh ke belakang.
"Iya," jawab Al memutar tubuhnya.
"Terimakasih. Gue akan berusaha menjaganya dengan baik," ucap Ali dan tersenyum manis.
Al membalas senyuman Ali dan mengacungkan kedua jempolnya. Al melanjutkan jalannya menuju tempat motornya terparkir.
'Sesakit inikah mencintaimu? Cinta, memang kamu hebat bisa menarik perhatian dua sahabat yang tidak mungkin bisa kamu memilihnya,' ucap Al dalam hati saat dia berjalan menuju ketempat parkir.
"Loh Al mana, Li?" tanya Cinta saat menghampiri Ali yang masih setia menunggunya tanpa mendapati Al.
"Dia balik duluan. Ada urusan katanya," dusta Ali.
Cinta duduk di sebelah Ali dan menatap lurus ke depan.
"Li, lo kan sudah lama temenan sama Al," ujar Cinta tanpa menolehnya.
"Iya! Kenapa?" tanya Ali memandang lekat wajah Cinta yang cantik membuat jantungnya berdebar-debar setiap dekat dengannya.
"Dia udah punya cewek belum sih?"
Deg!
Perasaan Ali seketika tidak enak.
"Belum. Memang kenapa, Cin?" tanya Ali penasaran detak jantungnya berjalan abnormal.
"Lo mau nggak bantu gue buat dekat sama Al?" tanya Cinta yang tidak memikirkan perasaan Ali.
Seketika hati Ali terasa panas dan hancur. Rahangnya mengeras namun dia harus bisa menahan emosinya agar tidak meledak di depan Cinta.
"Ya!" jawab Ali dengan dada kembang kempis menahan sesak.
"Aaaaaa, makasih Ali," ucap Cinta girang memeluk Ali.
Ali membalas pelukan Cinta dan melihatkan senyum palsunya. Dalam hati Ali ingin sekali berteriak, 'SESAKIT INIKAH MENCINTAIMU, CINTA?'
Teriakan itu hanya tertahan di dada semakin membuatnya sesak bernapas.
***
Ali melangkah lebar dengan mata tajam dan hati bergemuruh panas, masuk ke kamar Al dan tiba-tiba ....
Bug!
Bogeman mentah melayang di pipi kiri Al. Al yang tidak siap menerima tonjokan Ali tubuhnya terjatuh di ranjang. Al memegangi pipi kirinya yang terasa panas karena ulah sahabatnya itu.
"Dia cinta lo bukan gue, Al!!!" teriak Ali sambil menunjuk wajah Al tajam.
Al termangu karena tidak mengerti apa maksud dari ucapan Ali. Dia mengacak rambutnya frustrasi dan duduk di tepi ranjang sambil mengusap wajahnya kasar.
"Cinta itu mencintai lo, bukan mencintai gue," jelas Ali yang sudah lebih tenang.
Al bangkit dan menepuk bahu Ali.
"Kalau perasaan cinta membuat kita begini lebih baik kita sama-sama merasakan sakit hati untuk melepaskan Cinta. Gue nggak akan bisa memilih untuk ninggalin sahabat seperti lo, Li. Mencari teman memang mudah, tapi mencari sahabat yang bisa mengerti kita itu seribu satu di dunia ini," ucap Al bijak takut kehilangan sahabatnya itu.
"Maaf Al, gue tersulut api emosi. Tidak seharusnya gue melakukan itu sama lo," sesal Ali.
"Gue ngerti dan paham kok, Li." Al menepuk bahu Ali.
"Okey, kalau begitu mulai sekarang kita berkomitmen nggak ada yang boleh pacaran sampai kita lulus dan sukses. Gue nggak pengen lo berkorban lebih banyak lagi buat gue. Cukup dua wanita yang membuat kita begini. Kita buang ke laut nama Riana dan Cinta biar tidak mengusik ketenangan hidup kita," ucap Ali serius sambil menatap sahabatnya lekat.
"Oke. Deal!" Al mengulurkan tangannya menjabat tangan Ali.
"Deal!" ucap Ali mantap dan menyambut jabatan tangan Al erat.
Akhirnya mereka tertawa bersama dan saling timpuk dengan bantal dan guling.
Cinta dapat merusak bersahabat namun cinta juga dapat mengeratkan persaudaraan. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya.
***
"Hahahahahahahaha" tawa terdengar keras di dalam kamar Ali saat kedua sahabat itu mengingat kekonyolan dulu saat mereka masih berseragam putih abu-abu.
"Kalau lo mau balik sama Riana silakan deh Al, biar gue yang sama Barbie," canda Ali di sela tawanya.
"Enak aja lo! Kalau yang itu nggak bakalan gue lepas dan nggak bakalan gue kasih ke lo sampai gue mati sekalipun," tegas Al menimpuk Ali menggunakan bantal.
"Widiiiihhhhh sohib gue sedang jatuh cinta! Kayak lagunya siapa tuh yang liriknya begini raja sedang jatuh cinta," ledekan Ali sambil menirukan lagu Numata Band.
"Sudah tidur! Besok kita ada apel pagi," suruh Al mengalihkan topik pembicaraannya, namun justru membuat Ali semakin tertawa hingga memegangi perutnya.
"Gila lo ya, iyalah memang setiap pagi kita ada apel. Dasar!" ujar Ali tertawa dan membalas menimpuk Al dengan guling.
***
Seperti biasa setiap pagi Al selalu menjemput Ily. Al masuk ke dalam kamar kosnya.
"Pagi, Queen," sapa Al sambil mencium singkat bibir Ily.
"Pagi juga, King," jawab Ily membalas ciumannya di dahi Al.
"Ayok udah siap kan? Keburu apel entar," ajak Al menggandeng tangan Ily ke luar kamar.
Saat Al dan Ily sampai di depan gerbang Ali sedang mengobrol dengan seorang gadis berbusana rapi ala anak kuliahan.
"Siapa dia, King?" tanya Ily melihat Ali mengobrol dengan wajah sumringah tidak seperti biasanya.
"Dia anak kepala yayasan. Briana Ricardo anak tunggal dari Pak Teguh Ricardo," jelas Al menjawab kebingungan Ily.
"Dia cantik ya, King?" puji Ily memerhatikan Briana.
"Cantikan kamu," celetuk Al sambil memandang wajah Ily.
"Iihh apaan sih. Pagi-pagi udah gombal," elak Ily memukul pelan lengan kekar Al.
Pipinya merah mendapat pujian Al.
"Cie cie cieeee... calon Nyonya Al Ghazali bulshing," goda Al mencolek-colek pipi chubby Ily yang kenyal dan merona.
"Aaahhhh jangan begitu. Aku kan jadi malu," rengek manja Ily membuat Al terkekeh.
"Briana! Ngapain kamu di situ?!" pekik suara tegas dari dalam mobil yang melewati depan kos Ily.
Al dan Ily terlonjak kaget. Mereka melihat ke sumber suara.
"Li, maaf ya aku duluan. Papa sudah menungguku," pamit Briana tak enak hati pada Ali.
"Iya tidak apa-apa, Brin. Lain kali kita bisa ngobrol lagi," ucap Ali yang sebenarnya dalam hati merasa tidak rela jika obrolannya mendadak terputus di tengah jalan seperti ini.
"Briana masuk!" perintah Teguh dengan tatapan tajam kepada Ali dan memasang wajah garangnya.
Ali menundukan kepala dan membungkukkan tubuhnya tanda hormat pada Teguh, namun tidak dibalas oleh Teguh.
"Briana, Papa bilang Masuk!" perintah Teguh lagi saat Briana masih saja berdiri di depan Ali.
"Iya Pa," jawab Briana lembut dan berlalu meninggalkan Ali yang berdiri menatap nanar dia masuk ke dalam mobil.
Teguh menutup kaca jendelanya tak acuh dan melajukan mobilnya. Al dan Ily menghampiri Ali.
"Sabar Ndan, masih ada waktu lain untuk bertemu lebih lama dengannya," ujar Al menenangkan hati sahabatnya itu dan menepuk bahunya memberikan semangat pada Ali.
"Iya semoga saja. Ini akan sulit buatku untuk mendapatkannya. Ada singa buas yang harus aku lawan dan jinakan terlebih dulu," seloroh Ali justru membuat Al dan Ily terkekeh.
"Semangat Ndan, kita akan selalu dukung kamu. Kita akan menjadi suporter setiamu," canda Ily yang akhirnya membuat mereka tertawa.
"Sudah ayo berangkat! Malah bercanda di pinggir jalan. Malu dilihat orang," ajak Al menyadarkan Ali dan Ily yang saat ini bukan tempatnya untuk mereka bercanda gurau.
"Oh iya. Ayok!" sahut Ali dan mereka segera menunggangi motor yang terlihat gagah dengan Ily membonceng di berboncengan Al.
#######
Makasih vote dan komentarnya.
Ceritanya garik kayak kerupuk ye? Nikmatin aja buat makan indomie juga enak...
Hihihihi
Sengaja belum aku kasih konflik, entar kalo udah ujung cerita aja ya konfliknya?
Love you all...
Muuuuuaaaccchhhh
Cium jauh dari aku
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top