[Bit. 6] One-Liner Card

Briona asyik bermalas-malasan sambil nonton TV dan ngemil keripik kentang. Mumpung Mamanya lagi pergi kerja, ia akan menikmati kebebasan ini sebaik-baiknya sampai pukul 4 sore nanti. Toh, skripsinya sudah selesai. Harusnya Briona sudah bimbingan tempo hari, namun karena dosennya ada acara bimbingannya harus ditunda hingga minggu depan.

Lagi asyik-asyiknya nonton TV, ponselnya berdering. Briona menggerutu kesal karena deringan ponselnya sangat mengganggu.

"Huh! Padahal lagi seru-serunya nih! Adegan Tapasya lagi salto sambil nyanyi," keluh Briona. Gadis heterokromia ini memang suka nonton sinetron India untuk bahan stand up-nya.

Dengan berat hati ia meraih ponselnya. Hmm... Nomor tak dikenal. Briona pun menjawab teleponnya.

"Halo?"

Setelah menyelesaikan pembicaraannya dengan lawan bicaranya, Briona menutup teleponnya sambil mengucapkan terima kasih.

Briona menatap ponselnya selama 5 menit dengan tatapan tidak percaya. Lalu, tangisannya pecah. Ia tidak bisa menahan rasa bahagianya yang meluap-luap. Ia memeluk ponselnya erat-erat seperti memeluk pacar.

Ia mengelap air matanya. Lalu sadar kalau mungkin itu penipuan. Ia pun segera menghubungi Aldea.

Namun, baru saja Briona hendak menelepon Aldea, orangnya sudah meneleponnya duluan.

"Brioooonaaaa!!! Congrats ya! Sudah ditelepon sama Kak Nila, kan?" suara ceria Aldea terdengar dari teleponnya.

Briona terbelalak kaget. "Jadi... Itu beneran? Aku beneran lolos?!!"

"Yup! Beneran! Begitu tahu Kak Nila sudah menelepon orang-orang yang lolos, aku langsung meneleponmu. Nanti kamu mikir kalau itu penipuan. Hahahahahaha!!!"

"Yah, tadi aku memang berpikir itu penipuan," ucap Briona malu.

"Aku sedang tidak bisa menemuimu karena ada urusan bisnis. Tapi, bisa tidak kamu datang ke Rambut Gadis besok pukul 13.00? Aku mau memberimu selamat!"

"Ya ampun, kamu ga usah repot-repot gitu, Aldea. Kamu lagi sibuk kan?"

"Yah, ayahku memintaku untuk ikut urusan bisnisnya di Singapura. Lalu aku juga harus melanjutkan les ekonomiku karena sempat tertunda saat skripsian."

"Makanya, lebih baik kamu fokus ke kerjaanmu dulu."

"Ayolah, Briona. Aku tahu kamu ingin diberi ucapan selamat! Lagipula, aku juga ingin istirahat. Sejak terakhir aku ke rumahmu itu, aku bolak-balik ke Singapura karena ada urusan bisnis selama 2 minggu ini. Aku ingin maiiiinn!!"

"Baiklah. Akan kutunggu kau di Rambut Gadis pukul 13.00."

"Wajib datang ya! Soalnya aku sudah pesan tempat!!"

"Iya, iya! Mata ne!"

Briona menutup teleponnya. Lalu ia melonjak-lonjak kegirangan. Ia berlari mengitari rumahnya sambil berteriak, "AKU LOLOOOOOOOOOSSSSSSSSS!!1!!!!!!1!!!"

Lalu Briona mengekspresikan kegembiraannya dengan cara yang paling aneh bagi umat manusia, seperti memeluk tembok, berguling-guling di lantai, bergelantungan di selusur tangga, dan bahkan menciumi ponselnya.

Ruchi hanya memperhatikan Briona dengan pikiran ingin mencari majikan baru.

☆☆☆

Briona berdiri di depan Rambut Gadis sesuai janjinya kemarin, menunggu Aldea. Anehnya, siang ini restoran terkenal di Kota Sieraden ini terlihat sepi. Biasanya jam makan siang selalu ramai. Briona jadi was-was kalau dia dikerjai Aldea.

Namun, Briona tetap menunggunya. Masih berharap kalau Aldea tidak mengerjainya. Kalau ternyata ini prank, Briona akan langsung melabrak ke rumah Aldea dan minta uang ganti ongkos.

Untungnya ia tidak perlu melakukan niatnya itu karena ia melihat mobil Aldea datang memasuki tempat parkir. Begitu turun dari mobil, Aldea langsung berlari ke tempat Briona menunggu.

"Maaf menunggu lama!" seru Aldea. "Ayo, langsung masuk saja!" ucapnya sambil menarik tangan Briona.

Kedua sahabat itu masuk ke dalam restoran. Briona merasa heran karena di dalam restoran itu sama sekali tidak ada siapa-siapa. Ia pun menyadari sesuatu.

"Jangan-jangan yang kamu bilang 'pesan tempat' itu kamu pesan seluruh restoran ini?" tanya Briona penuh curiga.

"Benar! Ngapain cuma sewa tempat satu atau dua meja kalau bisa menyewa satu restoran sekaligus?" ucap Aldea enteng. "Lagipula, bukan cuma kamu doang yang datang."

"Hah? Siapa lagi?"

Orang selain Briona yang dikatakan Aldea pun datang. Mereka semua menyapa Briona dan Aldea.

"Yo, Brio! Selamat ya atas kelolosanmu!"

"Wah, kalian semua!!" seru Briona senang. Teman-temannya di komunitas stand up datang. Ada Adam, Gita, Satya, Tanoe, dan Ribo. Walau hanya berlima, namun Briona sangat senang.

"Cuma kita yang bisa datang. Sisanya ada urusan masing-masing. Kerja, sekolah, kuliah ... " ucap Adam, sang ketua.

"Tidak apa-apa! Ayo duduk! Hari ini kita akan bersenang-senang merayakan keberhasilan Briona!!" seru Aldea.

Semua orang yang datang pun duduk di kursi masing-masing. Aldea mempersilakan semuanya untuk memesan makanan.

"Pesan masing-masing ya! Lalu bayar masing-masing, kecuali Briona. Karena aku yang akan mentraktir Briona!" seru Aldea.

Semua orang kecuali Briona menyuarakan protesnya. Suara "huuuu" mereka sangat keras mungkin terdengar sampai luar.

"Tuan putri ngundangnya setengah-setengah nih!" protes Adam.

"Diam, jelek!" sahut Aldea.

Mereka pun memesan makanan dan minuman mereka. Sambil menunggu pesanan jadi, mereka asyik mengobrol.

"Jadi, habis ini kamu ngapain Briona?" tanya Satya.

"Maksudnya apa, Bang Sat?" Briona balik bertanya.

"Kan kamu lolos nih ke-20 besar. Itu langsung tampil di pangung SUCC tiap minggu atau ada seleksi lagi?"

"Masih ada seleksi lagi. 20 besar nanti di saring menjadi 2 besar. Baru maju ke panggung SUCC."

"Ah, begitu. Perjalananmu masih panjang juga ya," ucap Satya sambil mengelus dagunya yang tidak ada jenggotnya.

"Hei semuanya!!" seru Adam tiba-tiba. "Sambil menunggu makanan datang, bagaimana kalau kita melakukan salah satu tradisi komunitas kita? One-Liner Card!!"

Semuanya bersorak kegirangan. One-Liner Card adalah salah satu tradisi komunitas ini yang berupa permainan membuat one-liner sesuai tema yang tertulis di kartu.

Orang yang mendapat urutan pertama akan mengambil kartu yang berisi sebuah kata. Lalu, orang tersebut harus membuat one-liner yang sesuai dengan kata yang tertulis di kartu. Setelah selesai, orang tersebut menyimpan kartunya, lalu orang berikutnya boleh mengambil kartu. Begitu seterusnya.

"Aku tidak ikutan ya! Aku bukan komika," kata Aldea. "Aku juga bukan anggota komunitas ini."

"Ya, ya. Kamu nonton saja, Tuan Putri," kata Adam dengan nada mengejek yang dibalas dengan lemparan bola tisu oleh Aldea.

Adam mulai mengocok kartunya dan meletakkan di tengah meja.

"Baiklah, kita mulai dari Briona dulu ya. Lalu selanjutnya mengikuti arah jarum jam," ucap Adam.

"Hm! Siapa takut!" balas Briona penuh percaya diri.

Briona mengambil satu kartu. Lalu ia menunjukkan isi kartunya pada semuanya. Tulisannya "tomat".

Briona menarik napas panjang dan mulai menampilkan one-linernya.

"Dulu waktu kecil aku suka nonton tomat. Tomat and Friends."

Semuanya tertawa terbahak-bahak dan menyoraki lawakan Briona. Kata-kata kasar semua keluar, terutama dari Satya.

"Thomas and Friends woy!!! Itu kesukaan aku sampai sekarang!!!" protes Satya paling semangat. Tidak terima acara kesukaannya dijadikan lelucon.

"Aduh, Bang Sat nonton yang lain kenapa? Barbie Mariposa misalnya," balas Briona.

"Kereta itu keren tahu!!"

"Sudah, sudah, ayo orang berikutnya. Btw, good job, Briona!" kata Adam.

Selanjutnya adalah Ribo. Ia mengambil kartu bertuliskan "Tukang Bakso".

"Aku suka bakso. Tiap kali ada tukang bakso lewat, pasti kupanggil. Tapi waktu itu ada tukang bakso lewat tapi gak aku panggil. Soalnya dia bawa walkie talkie!"

Semuanya tertawa dan mulai menakut-nakuti Ribo. "Hayo awas lho di-dor!"

Orang selanjutnya adalah Adam. Ia mengambil kartu yang bertuliskan "Sawah".

"Kita harus melawan pembajakan karena merugikan pencipta karya tersebut. Kecuali pembajakan sawah!"

Bang Sat tertawa paling keras. Selain punya hobi sebagai komika, ia juga suka menulis lagu. Makanya ia sangat suka jokes tentang menentang pembajakan.

Orang selanjutnya adalah Gita. Gita mengambil kartu bertuliskan "Waktu".

"Katanya, waktu itu uang. Tapi bisa ga kamu beli seblak bayarnya pake waktu?"

"Hahahahaha! Aduh deep banget, Gita!!" puji Briona. Ia memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa terlalu banyak.

"Benar! Benar! Aldea kaya karena banyak uang, bukan karena banyak waktu ahahahahahah!!!" seru Adam. Aldea hanya memajukan bibirnya walau dalam hati ia setuju.

Berikutnya giliran Satya. Ia mengambil kartu bertuliskan "Menang".

"Tiap kali mau ujian nasional, pasti motivator datang ke sekolah terus selalu bilang "kalian adalah pemenang!". Iya menang... menangis."

"Aduh Bang Sat bisa aja!!" ucap Gita yang menahan rasa sakit di perutnya karena kebanyakan tertawa.

"Menangis karena mau ujian ya?" ucap Briona sambil berusaha menahan tawa agar omongannya terdengar jelas. Satya membalasnya dengan anggukan dan acungan jempol.

"Baiklah, yang terakhir Bang Tan! Ayo, ambil!" seru Adam.

Tanoe mengangguk. Ia pun mengambil selembar kartu. Kartunya tertulis kata "Sepatu Mahal".

"Kalian tahu cara mendapatkan sepatu mahal tanpa mengeluarkan banyak uang? Pergi aja ke masjid."

Semua menyoraki Tanoe. Bukan karena one-linernya jelek, tetapi justru cerdas sekali.

"Bang Tan sering ya??" tanya Briona dengan curiga.

"Yang benar saja! Enggak lah!" bantah Tanoe.

"Pasti sering sering, nih," Satya juga ikut curiga.

"Sumpah! Gak pernah! Cuma kepikiran aja kayak gituu!"

"Hahahaha!! Aduh Bang Tan! Keren banget sumpah!" puji Adam. "

Permainan mereka terhenti karena pelayan sudah membawakan pesanan mereka. Wangi mie yang menggoda iman sungguh menggelitik alat pernapasan mereka dan membangunkan cacing-cacing perut yang tertidur. Mereka tidak sabar melahap makanan surga itu.

Adam berdiri dari kursinya dan mengangkat minumannya, yaitu air putih.

"Sebelum makan, ayo kita bersulang untuk Briona," ucap Adam.

Semuanya mengangkat minuman masing-masing. Adam pun mulai pidatonya.

"Terima kasih untuk Aldea yang sudah membuat acara ini dan terima kasih untuk yang datang hari ini. Walau komunitas kita baru 2 tahun berdiri, aku senang mempunyai anggota-anggota seperti kalian semua. Kecuali Aldea karena kamu bukan anggota."

Aldea hanya memajukan bibirnya.

"Mari kita bersulang untuk kesuksesan Briona agar bisa lolos di babak-babak berikutnya bahkan lolos hingga final dan jadi pemenang!"

"Untuk kesuksesan Briona!" seru semuanya sambil mempertemukan gelas-gelas minuman mereka.

Briona terharu. Ia senang sekali mendapat dukungan dari teman-temannya. Ia berjanji akan melakukan yang sebaik-baiknya dan menjadi pemenang agar tidak mengecewakan semua orang yang sudah mendukungnya!

●●●

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top