Serunai 2 - Hadiah Semesta
"Menurutmu, kenapa kita selalu mengadakan acara kumpul-kumpul malam-malam begini?"
Kamu menoleh mendengar pertanyaannya. Ia selalu punya pertanyaan aneh yang tidak pernah dipikirkan oleh orang lain.
"Apa maksudmu?" tanyamu, tidak yakin dengan pertanyaan itu.
"Ini hari ulang tahunmu," ujarnya, dan kamu juga tahu kebenaran di baliknya. "Maksudku, kamu berulang tahun seharian karena ini hari ulang tahunmu, bukan malam ulang tahunmu."
Kamu tertawa. "Pertanyaanmu aneh."
"Aku penasaran. Jawab aku."
"Uh, entahlah, aku tidak pernah memikirkannya."
"Kalau begitu, pikirkan sekarang." Ia memaksa. "Aku ingin tahu apa jawabanmu."
Kamu menatapnya. Seumur hidup kamu mengenalnya, keanehannya tidak berkurang sedikit pun. Tapi justru itu yang membuatmu menyayanginya, iya kan? Bahkan setelah 20 tahun kamu hidup, kamu masih terus bertahan di sebelahnya.
"Hmm, karena pada siang hari semua orang masih bekerja?" Kamu mengangkat bahu, "Jangan paksa aku--"
"Aku serius," jawabnya. Dia menatap jam tangannya yang kamu berikan pada ulang tahunnya yang ke-19, tepat sepuluh bulan yang lalu. "Kamu punya lima menit untuk menjawab."
"Jangan bercanda!" katamu, tapi kamu tidak menemukan gurauan dalam matanya.
Kamu tidak pernah melihatnya seserius ini. Ia bukan orang yang akan hidup sebagai pegawai di suatu kantor, menetap di sebuah rumah sederhana di pusat kota, dan punya anak tiga. Tapi malam ini, kamu menatapnya dan kamu melihatnya yang berbeda.
"Baiklah. Karena pada siang hari semua orang masih bekerja." Kamu terdiam sejenak. "Karena itu, semua orang hanya punya malam hari untuk keluarga dan teman-temannya."
Ia menatap jam tangannya sejenak. "Orang-orang hanya terlalu sibuk untuk memberikan satu hari penuh bagi orang yang mereka sayangi. Hanya satu hari. Dan mereka tidak punya waktu untuk itu."
Kamu menatapnya, dan menyadari bahwa kamu juga termasuk salah satu dari orang-orang itu.
"Tapi khusus hari ini," katanya sambil mengerling padamu, "aku menggunakan waktu seharian ini untuk mencari hadiah yang tepat bagi ulang tahunmu yang ke-20."
"Oke, apa itu?"
Ia kembali menatap jam. "Kurasa kamu harus menunggu dua menit lagi."
Kamu mendengus. "Kenapa tidak sekarang saja?"
"Karena yang menyiapkan hadiah ini bukan aku saja." Seringainya semakin lebar. "Bahkan mungkin, sudah sejak awal bumi diciptakan, hadiah ini disimpan hanya untuk kamu."
Jantungmu berdebar. Kamu berharap--benar-benar berharap--hadiah itu adalah ia sendiri. Kamu menginginkannya lebih dari yang ingin kamu akui. Dan kamu tidak tahu apakah dia juga merasakan hal yang sama.
"Kamu tahu ...," mulaimu ragu. "Aku--"
"Sst, lihatlah apa yang aku dan semesta miliki untukmu."
Ia menyuruhmu menoleh pada langit, dan persis pada saat itu, seberkas cahaya melesat cepat. Kamu terperangah. Hadiahnya untukmu adalah bintang jatuh.
"Tunggu apa lagi? Cepat membuat permohonan!" serunya seperti anak kecil.
Kamu terdiam, tidak yakin apakah bintang jatuh benar-benar akan mengabulkan permohonanmu: agar ia pun juga jatuh cinta padamu.
"Sudah," ujarmu, menoleh padanya. "Aku sudah memohon padanya."
Ia menatapmu dengan mata berbinar. "Oh ya? Apa katanya?"
"Katanya, aku harus bilang sendiri padamu."
"Bilang apa?" Ia mengernyit.
"Bilang kalau aku mencintai kamu."
Sejak bumi diciptakan, kamu adalah hadiah semesta untuknya, dan ia adalah hadiah semesta untukmu.
Kalian sama-sama tahu itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top