6. Mimpi itu Nyata

"Mas Yoga. Kamu kenapa? Lepas" Mitha berteriak kaget saat tubuhnya tiba-tiba melayang dan beberapa detik kemudian roboh di atas benda empuk yang Mitha duga adalah kasur.

Tubuhnya sesak tidak dapat bergerak akibat belitan lengan kokoh Yoga. Ia sudah berusaha melepas belitan kuat itu, namun tubuhnya yang kecil tak mampu membuat belitan itu terurai.

"Mas mau ngapain? Lepasin Mitha, mas. Ayo anterin Mitha pulang. Sudah malam, Mitha takut," Mitha terus meronta. Namun sepertinya usahanya sia-sia. Yoga sepertinya sudah kalap. Semakin Mitha bergerak, semakin kuat belitan tangan juga tubuh Yoga.

Pria tampan itu dengan rakus meraup bibir Mitha yang ketakutan. Tak membiarkan gadis itu bernafas barang sejenak saja. Saat ia puas dengan bibir Mitha ia beralih menelusuri leher dan tulang selangka gadis itu yang begitu menggiurkan.

Muda, cantik, polos, dan masih suci. Benar-benar perpaduan yang menggiurkan. Yoga tak akan melepas gadis dalam kungkungannya begitu saja. Ia harus memilikinya, memiliki untuk dirinya sendiri. Gadis ini harus terikat kepadanya.

"Mitha, sayang. Dengerin, mas ya. Mitha sayang kan sama mas?" Yoga menghentikan aksinya namun tak menggerakkan tubuhnya dari atas Mitha. Telapaknya yang lebar membelai pelan wajah gadis di bawahnya, mencoba mengusir ekspresi ketakutan di wajah gadis itu.

"Mas, sayang banget sama Mitha. Mas, nggak mau kehilangan Mitha. Mas pengen Mitha jadi milik mas seorang. Mitha mau kan?" wajah Mitha berganti bingung setelah sesaat sebelumnya ia begitu ketakutan.

"Maksudnya gimana?" Mitha bertanya dengan polosnya.

"Turuti apa kata mas ya? Mitha sayang kan sama mas?" ulang Yoga.

"Aku sayang juga cinta sama mas Yoga"

"Bagus. Mas juga sayang dan cinta sama Mitha. Turuti apa kata mas ya?" Mitha menngangguk ragu. Perlahan Yoga kembali menelusuri bibir, wajah, juga leher Mitha. Mitha yang masih kebingungan perlahan mendorong kepala Yoga.

"Mas, pulang yuk. Sudah malam, aku takut."

"Mitha sayang, kamu kan sudah ijin menginap di rumah Cindy. Kamu nggak perlu pulang ke rumah Cindy. Kita di sini saja. Besok pagi mas anterin kamu pulang." jawab Yoga masih terus melakukan kegiatannya. Ia semakin gila merasakan kulit halus Mitha di bibirnya. Ia tak akan berhenti, tak bisa berhenti lebih tepatnya.

"Nggak, mas. Aku takut papa ngecek ke rumah Cindy. Ayo kita pulang sekarang," Mitha semakin ketakutan apalagi bibir Yoga semakin turun ke bagian bawah tubuhnya. Menyentuh apa yang seharusnya tak boleh ia sentuh.

Yoga pernah melakukannya dulu, saat mereka baru saja jadian. Tapi situasi waktu itu tak membuat Mitha takut karena mereka berada di tempat umum. Lebih tepatnya di dalam mobil di area parkir pusat perbelanjaan. Mitha yakin tak akan terjadi apa-apa pada mereka waktu itu. Namun keadaan sekarang jelas berbeda. Mereka berada di kamar hotel, pada malam hari. Mitha jelas tahu apa yang Yoga inginkan. Ia tak senaif itu jika harus menyerahkan harta paling berharganya pada pria yang bukan suaminya.

"Mas, nggak bisa berhenti sayang. Tunjukin kalau kamu memang cinta sama mas," terlambat bagi Mitha, Yoga semakin beringas. Pria itu semakin mendesak gadis di bawahnya. Mencari apa yang ia inginkan, berharap dapat menuntaskan dahaganya pada gadis itu.

Mitha yang menyadari tindakan Yoga yang semakin berbahaya berusaha meronta. Ia menggunakan semua kekuatan yang ia punya untuk terlepas dari belitan lengan kokoh Yoga.

Namun semuanya sia-sia. Tubuh kokoh Yoga tak bergerak sama sekali dari atasnya. Pria itu terlihat semakin mengerikan. Raungan juga tangisan Mitha tak juga membuat pria itu luluh. Dan akhirnya apa yang Mitha takutkan terjadi sudah. Yoga memilikinya sepenuhnya. Ia yakin setelah ini semuanya akan berubah, ia akan mendapatkan konsekuensi atas apa yang terjadi malam ini.

###

Mitha terbangun dalam pelukan suaminya. Rasa hangat menyebar hingga ke dalam hatinya. Sangat jarang ia merasakan pelukan hangat suaminya seperti malam ini. Mungkinkah pengaruh buah hati mereka yang membuat suaminya begitu manis mulai dari kemarin sore. Sepulang suaminya dari kantor mereka sempat berbincang ringan di halaman belakang rumah sambil menikmati teh hangat juga buah potong yang terus menerus mertua Mitha jejalkan untuknya.

Malam hari mereka bahkan makan malam bersama kedua orang tua Yoga dalam suasana yang begitu menyenangkan. Saat malam semakin larut mereka menutup aktifitas hari itu dengan sebuah sesi percintaan yang begitu indah dan akhirnya tertidur dengan tubuh saling berpelukan.

Semuanya masih terasa tak nyata bagi Mitha. Namun saat menyadari lengan suaminya masih melingkar di perutnya yang membuncit, ia yakin semuanya bukanlah mimpi.

Perlahan Mitha membalik tubuhnya yang membelakangi suaminya. Dirabanya wajah dan rahang suaminya. Wajah kokoh yang semakin lama semakin membuatnya terjerat.

Pria itu bergerak dari tidurnya. Sepertinya pria itu terganggu dalam dengan tindakan Mitha. Mitha hanya mengulum senyum. Menjalankan jari jemarinya menuruni leher hingga dada bidang suaminya. Dan reaksi yang tak terduga pun terjadi. Pria itu seketika menarik tubuh Mitha ke dalam dekapannya.

"Mau mengulang yang semalam, heh?" seringai jahil tiba-tiba muncul di wajah suaminya yang beberapa waktu lalu masih terpejam. Entah kapan pria itu terbangun.

Mitha melebarkan senyuman. Ya tuhan apakah semuanya mimpi? Jika iya, tolong jangan biarkan Mitha terbangun lagi.

"Kamu selalu bikin mas ketagihan, Tha," ucap pria itu memulai percintaan pagi mereka yang begitu menyenangkan.

***
"Mau ada acara apa ini, Ma?" Mitha bertanya sesaat setelah tiba di ruang makan. Di atas meja makan sudah tersusun kotak-kotak besar berisi beraneka jenis kue. Saat mengedarkan pandangan ke luar, tepatnya ke taman samping dan belakang rumah sudah ada meja panjang yang di atasnya terdapat beberapa peralatan saji.

"Hari ini ada arisan keluarga besar papa, mama sengaja nggak bilang sama kamu soalnya kamu pasti sibuk bantuin mama. Mama nggak mau kamu capek, sayang," bu Nisa mengulas senyum.

"Tapi justru malah mama yang capek," balas Mitha.

"Mama sudah menghubungi jasa catering. Jadi kamu nggak usah khawatir. Nah sekarang kalian sarapan dulu, mama sudah buatkan bubur ayam biar kamu mudah nelannya jadi nggak sampai eneg di mulut. Kamu nggak muntah lagi kan pagi ini?"

"Nggak ma. Mungkin obat dari dokter Ajib cocok buat Mitha." ya, setelah minum obat yang diresepkan dokter Ajib, Mitha memang tak merasakan mual seperti hari-hari sebelumnya.

"Mungkin juga si adek kangen sama ayahnya, dari kemarin mama lihat Yoga nempel terus sama kamu." wajah Mitha seketika memerah menahan malu. Apakah gerak-geriknya dan Yoga terus diamati oleh mertuanya?

"Mama ingin yang terbaik untuk kalian, mama bahagia jika melihat kalian seperti kemarin. Berusahalah terus sabar menghadapi anak mama, ya."

"Ma, katanya buatin kopi untuk papa. Dari tadi ditunggu kok nggak ada. Papa sampai capek," pak Pandu, ayah Yoga tiba-tiba muncul menginterupsi pembicaraan antara mertua dan menantu itu. Pria itu menatap menantunya sesaat "Mitha, kamu belum sarapan kan? Ini sudah siang lo. Cepat sarapan dulu. Tuh Yoga sudah lapar juga katanya. Kamu makan yang banyak biar nggak perutnya aja yang buncit. Papa nggak mau dianggap nggak bisa ngurus mantu. Masak papa sama mama segede gaban gini, Yoga juga gagah tinggi besar gitu eh mantu papa kok kurus." pak Pandu terbahak dengan kalimatnya sendiri.

"Papa kalau ngomong terus Mitha nanti tambah muntah. Ma, mana sarapannya. Jangan biarin anak ku kelaparan di perut ibunya," Yoga muncul di belakang pak Pandu. Mendengar ucapan Yoga Mitha membalik tubuhnya hendak ke dapur menyiapkan sarapan.

"Eh, eh mau kemana ibu hamil. Duduk. Nggak usah nyiapin makan sendiri. Berulang kali dikasih tahu kok tetap aja." bu Nisa mendorong tubuh Mitha agar duduk di kursi meja makan.

"Mitha mau bantuin, ma."

"Cuma tinggal ambil. Sudah disiapin sama bibi dari tadi."

Tak seberapa lama bu Nisa sudah kembali dengan empat mangkuk bubur ayam. Berempat mereka menikmati sarapan pagi itu. Mitha hampir saja tersedak karena dadanya sesak menahan haru. Inilah kebahagiaan yang ia harapkan selama ini. Mendapatkan suami yang mencintainya juga mertua dan orang tua yang menyayangi. Mimpinya benar-benar menjadi kenyataan.

###
Bacanya pelan-pelan ya friends, biar g bingung wkwkwkw...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top