8☔-Perasaan
Bruk!
Victor berusaha menahan berat tubuhnya, beberapa langkah saja dan dia sudah terjatuh. Bisa dilihatnya lembaran kelopak bunga yang terus mengalir keluar membuat tenggorokan miliknya terasa begitu sesak. Ia merasa pusing dan dadanya semakin sesak. Ia bahkan tidak bisa sekedar tersenyum lagi, Victor berdiri lagi mengunci pintu dengan susah payah. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, ia mau tidur saja. Victor bahkan tidak berselera makan hari ini, dia melemparkan jas entah ke arah mana dan duduk di atas kursinya. Memeriksa jadwal harian di hapenya, sebelum ia mendapati berita baru tentang hubungan homo antara para artis. Sekali lagi, bayangan terpapar jelas di ingatannya seolah diputar ulang beberapa kali. Dan itu membuat Victor kembali menutup mulut nya, menjatuhkan hapenya.
Uhuk!
Uhuk!
Victor mengelap mulutnya yang terasa panas, ia beralih pada hapenya yang terjatuh. Ah, sial. Sepertinya kesialan berkali-kali menimpanya hari ini, hapenya mati dan rusak karena terjatuh di pinggiran meja yang tajam. Kelopak bunga harum perlahan mengisi aroma ruangan itu, dan Victor mendecih untuk pertama kalinya disana. Padahal selama ini Victor selalu santai dan sabar dan sekarang dia lelah.
"Ck, sialan" Victor merebahkan dirinya paksa di kursinya, memejamkan matanya saat ia mengingat lagi kejadian itu. Ia segera membuka kedua matanya sedikit menyipit menatap ke arah kamar besar namun sepi, tentu saja Victor hanya tinggal seorang diri disana. Artis Ice Skating terkenal, tidak selalu hidup bahagia. Dan tidak selalu tersenyum. Saat dirasakan kalau bibirnya begitu kelu hanya untuk berucap, dan kelopak bunga yang keluar darinya mewakili setiap perasaan yang disembunyikan rapat-rapat.
"Apa yang harus kulakukan, dengan perasaan ini Yuuri..." Seru Victor. Untuk pertama kalinya ia merasa putus asa, hal yang membuatnya resah dan sakit. Tidak bisa terobati, dan membuatnya mati rasa. Victor memijit pelipisnya yang terasa pening karena belum tidur dan terbatuk-batuk semalaman.
Dia memejamkan matanya yang semakin sayup-sayup karena mengantuk, kejadian tadi dan kemarin membuatnya lelah dan banyak pikiran, tubuhnya tidak kuat lagi untuk bergerak dan menopang semuanya. Dia tidak bisa bergerak untuk tidur di atas kasur. Membiarkan dirinya yang terasa begitu lelah di atas kursi, tidak ada orang. Dia begitu lelah, dan ingin istirahat sejenak saja.
"Yuuri...?" Seru Victor melihat ke arah sekitarnya dan mendapati kalau Yuuri ada disana. Jauh, Victor mendekat hingga dirasa akan menyentuhnya hingga Yuuri mendadak menghilang dan muncul lagi di jarak yang jauh. Begitu terus, Yuuri tidak menjawab dia membelakangi Victor. Victor mengenggam tangannya, dan berlari lagi ke arahnya. Namun semakin ia berusaha mendekat Yuuri akan semakin menjauh, tidak akan bisa tergapai. Victor memegang tangannya dengan kasar.
"Yuuri...aku mohon..a-aku tidak ingin kau menghilang Yuuri.."
Setelah mengatakan itu, Yuuri perlahan memiringkan kepala nya menghadap kearah Victor yang ada di belakangnya, rambut hitamnya yang perlahan tergerai indah. Dan kacamata yang selalu dikenakan, semua yang ada pada Yuuri. Victor ingin menyentuhnya, dia ingin memeluknya. Mencium nya, hingga perkataan Yuuri lagi lagi membuatnya terhenti seketika.
"Apa kau menyukaiku Victor?" Kata kata Yuuri yang keluar dari bibir manisnya yang perlahan membentuk sebuah senyuman polos yang seolah mengejeknya. Wajah manis yang selalu sangat disukainya itu, mengatakan hal yang selama ini ditahannya.
Victor terhenti, dia tidak bisa menjawab apapun. Kepalanya terasa pusing memikirkan apa yang harus dia katakan. Victor meremas dadanya dengan kasar, mengabaikan rasa sakit kulit yang dicengkeramnya itu. Dia harus menahannya kuat kuat, namun semakin lama ditahan ia semakin hancur perlahan.
"Berapa lama kau akan menahan perasaan itu Victor?"
Victor menengadah melihat wajah Yuuri yang kini tampak jelas berubah mengejeknya.
"Apa kau itu homo Victor?, Kau sama saja seperti mereka. Cinta mu itu menjijikan!"
Yuuri tertawa disana, wajahnya sungguh berbeda dari biasanya. Ia tertawa, menertawakan Victor dan saat Victor ingin mendekat. Dia malah menjauh dengan wajah yang dibuatnya sangat menjijikkan, alisnya terangkat dan dia menatap jijik seperti orang orang dalam masyarakat. Sama seperti mereka, saat tau kalau ia mencintai sesama jenis. Tatapan yang menandakan kalau mereka itu aneh, kelainan dan sangatlah menjijikkan.
"Yuuri...aku tidak sama seperti mereka, aku sangat-sangat mencintaimu!", Victor berusaha mendekat. Menatap dengan wajah seserius mungkin, ini adalah perasaan pertama yang ia rasakan. Dan ini tulus, ia ingin Yuuri tau kalau dia berbeda.
"Hahaha!" Yuuri tertawa, dia memegang kepalanya seolah itu adalah hal yang lucu. Membuat Victor menatapnya heran.
"Kau mau bilang hal seperti itu?, Ternyata sama saja. Selama ini ada homo yang ternyata selalu mengincar-ku. Hah, aku kira kita bisa menjadi sahabat Victor.."
Jarak yang dirasa semakin dan semakin menjauh, Victor berlari berusaha untuk mengatakan sesuatu. Namun Yuuri dirasa tidak mendekat, semakin ia berusaha mendekat. Yuuri akan semakin menjauh, ada jarak di antara mereka dan dia tidak bisa menyentuh Yuuri. Wajah Yuuri yang menatapnya jijik, Victor berusaha meraih Yuuri namun dia terjatuh di tempat. Saat hendak berdiri, ia melihat ke bawah. Area yang ditapaki itu adalah ruang hampa. Dia sedang berlari di ruangan itu. Yuuri yang semakin menjauh, dan wajahnya yang tertawa seperti menertawakan perasaan Victor. Dia sendirian disini, seberapa banyaknya Victor berusaha dia tidak akan pernah mendekat.
Yuuri akan semakin menjauh, dia akan menatapnya dengan tatapan seperti itu. Tertawa, dan akan mengatakan itu. Seluruh ruangan hampa tanpa siapapun, sama seperti biasanya. Saat dia belum bertemu Yuuri. Suara berbisik-bisik pelan di samping nya. Saat ia menoleh, ia melihat sosok Victor lain disana.
"Apa kau sudah puas Victor?"
"Kau siapa?"
Dia tersenyum, mengelus pipi Victor disana. "Kau lupa, aku adalah Victor. Sisi lain dari dirimu, yang sudah lama tidak berjumpa. Tidakkah kau rindu?"
Victor teringat dengan depresi yang mengakibatkannya memiliki kepribadian ganda, sudah lama ia tidak mengalami ini. Sebelum nya karena depresi dan lama lama perasaan nya hilang, dan dia tidak punya ketertarikan apapun lagi. Dia merasa bosan dan kosong, sehingga dia tidak memiliki kepribadian ganda yang selalu berusaha memprovokasinya untuk melakukan bunuh diri. Dan sekarang dia muncul lagi, saat Victor mengalami perasaan cinta yang tidak berbalas.
Bisikan bisikan yang terdengar jelas, Victor yang sama. Hanya berbeda dari nya adalah Victor yang ini sama sekali tidak bisa tersenyum, wajahnya selalu beku tanpa perasaan. Sisanya dia dan Victor yang ini adalah sama, mereka adalah satu tubuh dan kepribadian yang sama.
"Pergilah.., aku tidak butuh kau"
Usir Victor tegas, dia berdiri. Victor ada tepat di depannya, berhadapan dengannya. Wajah Victor yang beku, kedua mata yang menatapnya tajam. Dia memasang pose berpikir dengan santainya, tersenyum sinis.
"Benarkah?, Lalu kenapa aku bisa sampai disini lagi?". Dia menghilang dan muncul lagi tepat di sebelahnya, berbisik yang langsung memasuki telinga Victor. Victor mengusap kasar telinganya berusaha tidak ikut termakan dalam perkataannya. Ia menatapnya dengan tatapan ketus, dia harus bisa bertahan dari tekanan dirinya sendiri.
"Itu semua adalah karena dirimu Victor, hahaha!" Dia tertawa dan menghilang lagi. Kali ini dia duduk di depan Victor saling memangku kedua pipinya dengan kedua tangannya, dengan wajahnya yang beku dan tanpa adanya perasaan. Inilah sosok Victor yang sesungguhnya, kepribadian asli dari Victor yang sebenarnya begitu dingin dan sama sekali tidak mempedulikan perasaan siapapun. Jauh di dalam hatinya, tidak ada yang bisa tersentuh sehingga ia merasa kosong. Victor selalu saja menyembunyikannya dalam dirinya, tidak membiarkan orang lain tau sisi sebenarnya dari dalam dirinya. Yang orang lain tau adalah Victor yang ceria, santai dan murah senyuman.
"Sampai kapan kau akan menahan perasaan mu Victor?"
".."
"Bukankah kau kesakitan?" Dia menatapnya dalam seolah tau tentang segalanya, dengan kedua mata biru itu ia ikut dalam semua kesedihan Victor. Dia tau akan segalanya, dan mencoba menarik Victor agar ikut dalam dirinya. Menariknya dengan kata kata dan simpati, tentu saja itu adalah diri Victor. Kata-kata yang tanpa sadar selalu berputar dalam hatinya tanpa dia sadari, ia berusaha melupakan semua dan menjadi orang lain. Inilah, diri Victor yang sebenarnya. Dia begitu dingin dan begitu beku dan Victor yang sekarang ada, itu adalah Victor yang palsu. Selalu menyembunyikan semua dan selalu tersenyum palsu.
"...Diam.." seru Victor, ia harus membungkamnya. Ini tidak boleh dibiarkan, hatinya terasa begitu sakit dan terpengaruh, kalimat yang berputar selama ini dan ia tidak mau mendengar nya sekarang, mengabaikan semua itu. Walaupun itu adalah suara hatinya sendiri. Benar, dia kesakitan. Sangat sakit saat harus terus menahan perasaan, sangat sakit saat harus berpikir betapa ia akan menjauhi nya saat tau kalau ada homo yang ada di sebelahnya. Sangat sakit saat kelopak bunga itu seolah menyesakkan dadanya, sangat sakit saat ia menyembunyikan hal semua itu dalam senyuman.
Dia ter-kikik, "Apa sampai kau mati dan tidak bernafas lagi?"
"Diam! Jangan bicara lagi!" Seru Victor berusaha keras tidak mendengarkan semua itu, dia tidak mau memikirkan itu lagi. Victor memegang kedua sisi kepalanya yang terasa akan mau pecah, Victor lainnya mendekat dan kali ini dia menyeringai.
"Kenapa?, Bukankah ini adalah isi hatimu yang sebenarnya?" Seru Victor berusaha untuk terus mengatakan semuanya, Victor mengarahkan kedua tangannya berusaha mengusir bayangan sisi lain dirinya itu. Namun, itu adalah dirinya sendiri. Tidak akan bisa hilang, dia sendiri yang menginginkannya. Victor menutup kedua telinganya dan berjongkok disana. Victor disana tertawa lagi, dia menunduk dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Victor manja.
"Sampai kapan kau akan bertindak sebagai Victor yang baik hati?. Bukankah kau benci semua ini?" Ia berbisik tepat di depan Victor, kata katanya yang seolah menusuk masuk tepat sasaran. Victor menunduk, keringat dingin mengalir pelan saat Victor terus saja berbicara tentang segala hal. Mencoba untuk menarik dirinya keluar dari zona aman, hingga Victor yang kini menaikkan kepalanya dengan wajah yang dingin. Tidak lagi berusaha menghindar atau berusaha tidak terjadi apa-apa. Dia sudah bosan seperti itu, bertindak seperti manekin dan bukan dirinya saja. Bukankah sudah saatnya dia melepaskan semua itu-?. Bukankah dia lelah?sampai kapan dia terus saja berpura-pura tidak tau, seolah semua itu adalah hal yang salah. Dia tau sendiri, kalau itu adalah benar. Kebenaran dirinya.
"Nah, ini dia baru Victor.., kemana saja kau tuan dingin?" . Dia tersenyum, Victor terdiam tanpa bersuara. Hingga dia kembali mendekat hingga Victor terjatuh diatas ruangan hampa itu, Victor gelap itu tersenyum. Mengalungkan tubuhnya pada Victor dan asap hitam yang perlahan keluar menutupi sebagian tubuh mereka berdua dalam ruangan mimpi itu.
Betul, dia benci ini. Bertingkah seolah semuanya baik baik saja, selalu tersenyum padahal yang membuat dia tersenyum sama sekali tidak ada. Berekspresi ceria seperti orang orang lainnya yang membuatnya merasa jijik. Saat sendirian maka ia akan kembali merasakan rasa kosong, tanpa perasaan apapun. Bahkan yang tadi di tertawa kan sama sekali tidak ia ketahui alasannya, ia benci saat menyembunyikan perasaan nya. Dia benci saat melihat Yuuri dengan orang lain, ia benci saat harus mengalah. Ia benci rasa sakit yang harus dia alami karena perasaan tidak berbalas ini. Dia benci akan semua yang terjadi padanya, dia benci saat harus selalu-selalu tersenyum padahal dia sedang kesakitan. Ia benci harus selalu menahan perasaan ini. Tatapan dingin Victor yang sebenarnya selalu dia tahan, sisi gelap dari seorang Victor. Wajah yang dingin lebih dingin dari es yang selalu dia mainkan. Tatapannya yang begitu dingin dan dalam, tanpa ada perasaan apapun sama seperti es. Lebih beku, atau mungkin tidak seperti es. Lebih mirip seperti ruang hampa. Ruang kosong tanpa siapapun, tanpa batasan. Tanpa warna. Tanpa suara, tanpa apapun. Sama seperti yang sedang dia tempati saat ini. Tempat dimana hatinya selalu berada disini.
"..."
Dia tidak berbicara apa apa, Hanya menatapnya dingin. Saat Victor mendekat dan tersenyum seraya membisikkan dengan nada pelan. Diiringi dengan asap yang perlahan menghilang.
"Bukankah dia tidak pernah sekalipun mencintaimu?"
.
.
Victor mengerjapkan matanya menatap datar ke arah depan, dia mengusap ujung rambutnya. Dia harus melupakan apa yang dia mimpikan itu, kemarin dia bisa tidur dengan baik. Victor kembali mengulas senyuman, dia seperti orang yang sangat berbeda. Orang yang dingin dan orang yang ceria dan murah senyum. Ingatannya masih ada tentu saja, namun dia harus melupakan semuanya. Dia tidak mau menganggu kejadian dalam hidupnya dengan hal seperti itu. Lebih baik, bertingkah seperti biasa saja. Anggap tidak terjadi apa apa, semuanya hanyalah sekedar bunga tidur. Ia harus tetap tersenyum, sama seperti yang biasa dia lakukan.
Yuuri baru saja selesai mandi, dia bisa mandi sendiri. Malu, kalau harus dimandikan oleh para suster disaat ia bisa melakukannya sendiri. Yuuri duduk di kasurnya seperti biasa, menatap ke arah jendela satu satunya dikamar itu. Pepohonan dan bunyi kicauan burung, yang membuatnya tersenyum. Aroma yang selama ini menenangkan, yang selama ini dia rindukan. Itu semua karena Victor, dia tidak tau harus bagaimana lagi untuk berterimakasih padanya. Yuuri harap berita yang dibawakan hari ini dapat membuat Victor senang, Yuuri tersenyum saat ia membayangkan ekspresi Victor. Dia memandang ke arah daun yang perlahan berjatuhan.
Srek!
Pintu perlahan dibuka, tentu saja Yuuri tau itu siapa. Victor, dia masuk ke dalam pintu dengan senyuman menawan seperti biasanya. Dia mendekat, tidak meletakkan jasnya. Dan Yuuri dikejutkan dengan sebuah bunga mawar yang diserahkan padanya tepat di depannya saat dia duduk di samping Yuuri, dia tersenyum menawan yang dapat membuat semua orang meleleh karena tingkahnya itu. Tangan kirinya memegang bunga mawar di sodorkan langsung padanya, dan tangan kanannya menahan tubuhnya di kasur nya. Apapun yang dia lakukan, Victor tetap terlihat sangat tampan. Yuuri sampai memerah, panik dengan apa yang dilakukan oleh Victor.
"A-apa yang kau la-lakukan?" Katanya gelagapan, wajahnya tampak jelas memerah padam. Tidak menyangka akan apa yang dilakukan oleh Victor.
Victor tersenyum tipis sedikit memiringkan wajahnya hingga surai putihnya perlahan sedikit menurun, membuatnya sangat tampan. "Yuuri, apa aku harus memiliki alasan memberikan bunga untukmu hm?". Jawaban Victor membuat Yuuri hanya bisa menunduk, tidak bisa langsung menjawab pertanyaan Victor. Dia merasa malu. Victor masih tersenyum, dan perlahan mengambil tangan Yuuri dan meletakan bunga mawar itu di antara tangannya. Yuuri terdiam menatap kagum pada bunga yang terlihat sangat menawan, dengan warna merah itu. Hingga sadar kalau itu bunga palsu.
"Yuuri, apa kau sedih karena aku memberikan bunga palsu?, Aku takut nanti bunga asli itu akan melukai tangan-mu" seru Victor mengelus tangan Yuuri lembut dengan kedua tangannya, Yuuri mengeleng dan menengadahkan kepalanya tersenyum lebar pada Victor yang membuatnya manis.
"Aku suka kok Victor, bunga ini sangat cantik, terimakasih" seru Yuuri tulus. Victor tersenyum, ia suka saat Yuuri seperti ini. Saat dia tersenyum padanya, saat dia mengatakan itu padanya. Seperti sebuah kebahagiaan kecil untuk dirinya, rasanya dadanya cepat menghangat karena hal ini. Dan itu sama sekali tidak sangat menyakitkan seperti biasanya, karena hal itu adalah serpihan perasaannya. Serpihan hatinya, perasaannya pada Yuuri.
"Ka-kau membuatnya untukku kan, sa-sangat cantik" seru pelan Yuuri memerah padam. Victor tersenyum tipis disana, Yuuri tau kalau itu buatannya dan saat ia malu malu, dia begitu manis hingga membuatnya perlahan ikut tersenyum pula. Perasaan nya yang paling dalam, Victor membuat bunga itu berdasarkan perasaan-nya pada Yuuri. Sehingga terbentuklah bunga mawar yang indah, Victor tidak tau kalau Yuuri akan menyukai nya. Setidaknya ia ingin Yuuri memiliki salah satu serpihan perasaannya meksipun berupa bunga. Tidak sebenarnya.
"Baguslah, aku harap kau cepat sembuh Yuuri. Saat kau sembuh, aku ingin kau bersama ku ya?"
Yuuri memiringkan kepalanya seraya tersenyum tipis, "Tentu saja Victor, kita selalu bersama kan?". Yuuri yang polos dan Yuuri yang begitu lugu, tanpa tau kalau itu berarti sesuatu yang jauh lebih dalam. Tidak masalah kalau Yuuri tidak menyadarinya, tidak masalah Yuuri tidak tau perasaan nya yang sebenernya. Selama Yuuri selalu seperti ini. Dia akan menyembunyikan semuanya, ia akan menjadi orang lain untuk Yuuri. Terus tersenyum seperti tidak terjadi apa apa, perasaan nya lagi lagi terasa sesak. Dia harus menyelesaikan semuanya, dan kembali tersenyum lagi.
"Iya ya, nanti kalau sembuh. Aku akan mengajarkan-mu Ice Skating" seru Victor meraih bunga itu, dan meletakkannya pada vas bunga disana.
".." tidak ada jawaban seperti biasanya, Victor merapikan bunga mawar yang dibuatnya itu. Yuuri tersenyum canggung disana pipinya memerah, dan dia tampak malu malu untuk mengatakan semua itu. Hingga dia mendapatkan keberanian, saat Victor merapikan bunga itu. Jarum jam seakan berhenti.
"Victor, aku akan menikah bersama Yuuko. Kami sudah memutuskan untuk melanjutkan pada hubungan lebih serius, kurasa akan susah untuk Ice Skating karena kalau sudah menikah. Aku harus bekerja seperti biasanya,.." seru Yuuri seperti biasanya. Dia tampak tersenyum canggung, mengaruk tengkuknya dengan malu-malu. Tentu saja ini adalah hal yang memalukan, mengingat kalau baru beberapa hari mereka memutuskan untuk berpacaran dan sekarang menikah.
Deg!
Rasanya perasaan Victor hancur berkeping-keping, tangannya terhenti. Semuanya terhenti, hanya sebuah suara detak jantung yang menghiasi. Bunga mawar itu terjatuh pelan. Dari vas bunga itu. Semuanya terasa begitu dingin, dan Victor tidak bisa merasakan apapun. Selain perasaannya yang dipermainkan seperti jalinan bunga mawar yang dibuatkannya dengan sepenuh hati untuk Yuuri.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top