5☔-Sahabat
Baru saja Victor berkunjung ke rumah sakit seperti biasanya, ia mengamati masalah dimana Yuuri yang tampak kacau dan mengamuk di kamarnya. Dia sampai diikat oleh para dokter yang bertugas disana. Yuuri berteriak-teriak disana, Victor yang baru masuk langsung saja menolong Yuuri disana karena Yuuri sangatlah kacau padahal biasanya tidak seperti ini.
"LEPASKAN!" Teriak Yuuri yang terdengar dari luar. Victor yang tersenyum membawa sebuket bunga disana, langsung berlari dengan khawatir. Tidak pernah ia mendengar ataupun melihat Yuuri seganas ini. Saat sampai di depan kamarnya ia terdiam, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Buket bunga mawar itu jatuh begitu saja, berantakan menyentuh tanah. Yuuri yang tampak kacau dan seperti hewan buas mengamuk disana.
Deg!
Kondisi kamar yang kacau, tidak seperti biasanya. Seprai dan bantal berantakan. Lampu yang gelap, para dokter yang tampak kewalahan menanganinya. Dan Yuuri yang mengamuk disana, ia seperti hewan buas. Berusaha melepaskan diri, menendang ke sana kemari. Rambutnya yang berantakan. Kacamata hitamnya yang pecah dibawah lantai tidak seperti biasanya, Yuuri panik. Dia berada di atas tempat tidur nya dengan posisi terikat oleh para dokter yang bersusah payah menahannya. Victor yang tidak pernah melihat hal itu hanya bisa terdiam, detak jantung yang terasa berhenti. Ia seperti sedang melihat dirinya disana saat masih kecil, tidak terkadang ia seperti itu. Saat depresi nya datang dan ia tidak bisa menanganinya seorang diri.
☔☔☔
"Lepaskan aku!, Biarkan aku bunuh diri. HAHAHA!" Teriak Victor tertawa terbahak-bahak, yang membuat semua orang merasa ngeri dengannya. Wajah Victor seperti psikopat dengan lumuran merah di wajahnya, beberapa orang berusaha keras menahan tangannya yang bergerak dengan pecahan kaca di tangannya itu. Orang yang berusaha untuk menyadarkan nya langsung terkena kaca dan Victor terciprat darah merah di sana. Seperti kembang api.
"Tenanglah Victor.." seru dokter berusaha menanggani. Namun, Victor tanpa belas kasihan langsung mengarahkan tangan nya mengores pipi dokter yang berusaha untuk mendekatinya itu. Darah terciprat dan langsung suara tawanya terdengar keras.
"Hahaha!, Lihat bagaimana darah itu sungguh indah seperti kembang api?. Aku ingin melihat nya. Aku ingin melihatnya, Ha-ha-ha!. Bukankah kalian juga penasaran dengan itu?" Kata Victor tertawa saat melihat para dokter yang kesakitan terkena luka goresan sebagai korbannya, beberapa orang yang tersisa berusaha untuk menghentikan Victor namun Victor tidak akan pernah membiarkan siapapun mendekatinya. Cipratan darah dan kepribadian ganda Victor.
"He-hentikan Vict-" seseorang berhasil memegang tangannya, namun Victor tersenyum disana dan mengayunkan pecahan kaca itu di jari tangannya itu.
Srek!
"Victor!" Seseorang berusaha menahan kedua bahu Victor namun Victor lagi-lagi hanya tersenyum dan melayangkan kaca itu merobek leher orang itu hingga ia melepaskan paksa, dan jatuh memegangi lehernya.
Srek!
"Hahaha!, Menyenangkan!" Tawa Victor meledak disana, ia tertawa diatas penderitaan orang lain. Darah segar di pipi dan bajunya, dan pecahan kaca yang dia pegang di tangannya yang berlumuran darah. Victor sangat menyukai rasa sakit itu, tidak ada yang bisa sekalipun menghentikannya. Hingga Yakov, pelatihnya datang dengan wajah khawatir. Ia langsung memegangi kedua bahu Victor dan disambut dengan sobekan kasar dari Victor yang tertawa melayangkan pecahan kaca itu. Yakov menangkapnya dengan tangan kosong. Victor menatap Yakov dengan tatapan penuh hasrat. Hasrat membunuh, dan sebuah senyuman terukir di antara darah darah segar itu membuatnya menjadi sangat menyeramkan saat itu.
"Hentikan ini Victor!"
"Hm siapa kau?" Victor hanya tersenyum dan perlahan ia melayangkan pecahan kaca itu, dalam sekejap bisa terlihat bekas darah mengalir di pipinya, dan Victor tertawa hebat disana.
"Yakov!" teriak orang disana langsung menolong Yakov yang memegangi matanya itu.
"Ti-tidak apa apa, ARGH!" Teriak Yakov kesakitan, Victor disana hanya tersenyum puas. Hingga akhirnya kesadarannya kembali, Victor terdiam dengan melihat tangannya yang penuh darah. Dokter dan Yakov lagi lagi terluka karena dirinya, cipratan darah yang terasa menghantui nya. Ia terdiam, wajah pucatnya yang menatap tidak percaya.
"Ya..yakov..a...aku..lagi lagi..", dia lagi lagi membuat susah semua orang. Dia lagi-lagi melukai yang lainnya, dengan tangan-nya sendiri. Dia sangat menjijikkan.
Srek!
"Sadarlah Victor!, Victor!"
☔☔☔
Victor segera terbangun dari lamunannya itu. Ketika ia mendengar suara dokter yang tidak bisa menanganinya, Victor langsung mendekat. Dengan sigap ia menangkap kedua tangan Yuuri yang tidak mau diam di tempat. Melihat kondisi Yuuri yang kacau seperti dirinya saat ini membangkitkan kenangan masa lalu yang cukup mengerikan buatnya. Yuuri semakin mengganas. Dia hanya menunduk, Victor tidak bisa melihat wajahnya tapi yang pasti sekarang dia begitu kacau.
"Le.. lepaskan..aku, jangan sentuh aku.." pinta Yuuri disana, ia berusaha melepaskan dirinya. Victor menatap nanar Yuuri, Yuuri terdiam sesaat. Badannya gemetaran hebat, Hingga dirinya kembali memberontak. Kasur yang semula kacau bertambah kacau. Seprai yang bertebaran sembarangan, Yuuri mengacau disana. Menginjak nginjak bantal disana, dan para dokter yang menahan kakinya itu.
"LEPASKAN AKU!. LEPASKAN AKU!. JANGAN CAMBUK AKU KUMOHON. LEPASKAN AKU!" Pinta Yuuri,suaranya bertambah serak. Ia mengarahkan tangan nya yang di pegang Victor dan mulai mencakar-nya, cairan merah perlahan mengalir dari kedua tangannya itu membuat Victor melepaskannya sontak.
Brak!
Yuuri berusaha kabur dan menabrak vas bunga di atas meja. Vas bunga itu jatuh dan berantakan. Namun Yuuri sepertinya tidak peduli ia terus saja ingin melarikan diri, dan terjatuh ke atas lantai dengan pecahan kaca disana. Mengeliat diatas sana. Walaupun kakinya sudah diseret disana. Yuuri seperti binatang yang sedang di seret. Dia tersadar dan langsung menarik Yuuri dari lantai yang penuh pecahan kaca namun dia memberontak lagi. Kacamata miliknya diinjak injak, tambah memberontak saat disentuh oleh Victor. Dia gemetaran, dapat terdengar suara isakan disana membuat Victor merasa sakit.
"Tenanglah Yuuri..". Hanya kata kata itu yang dapat ia ucapkan. Memegangi tubuh kecil Yuuri agar tidak kembali menginjak kaca yang ada di lantainya.
"Hiks, lepaskan aku. Siapa kau?. Apa kau mau menyentuh ku lagi?. Seberapa banyak kau akan terus menodai ku. Mengambil segalanya dariku....JANGAN SENTUH AKU SIALAN, JANGAN SENTUH AKU TERUS!" Teriak Yuuri lagi membabi buta, seperti emosinya terlimpah-kan semua. Emosi yang selalu ditahannya dalam dalam. Merasakan kalau tubuhnya lagi lagi disentuh, tangan tangan menjijikan yang terus mengerayangi nya. Yuuri merasa takut, ia merasa sangat jijik dengan dirinya sendiri.
Yuuri menendang nendang, ia menggelengkan kepalanya terus kesana kemari dengan liar, pada satu titik. Yuuri berada dalam posisi yang menyakitkan, berada di sebelah meja itu. Mengesekan lehernya yang penuh luka rantai yang baru membaik di ujung meja itu. Victor yang menyadari nya langsung menyeret Yuuri namun dia bersikeras, malah semakin mengesekan kasar kulit itu hingga memerah kembali.
"Yuuri!"
"Lepaskan aku. Lepaskan aku!" teriak Yuuri. Ia dengan paksa ingin memelintir tangannya itu sendiri untuk melepaskan diri. Victor berusaha sekuat tenaga, namun Yuuri tidak kunjung mau menyerah. Dia terus bergerak memberontak. Mengesekan lehernya paksa, hingga Victor menarik cepat wajah Yuuri ke arahnya. Dia terdiam sesaat melihat wajah manis itu yang kini sangat ketakutan, kedua matanya yang seolah memohon. Bibir kecil nya yang gemetaran meminta pertolongan yang tidak akan pernah datang, mata tanpa binar cahaya sedikitpun.
"KAU SIAPA?!. KAU MAU MENODAI KU LAGI. JANGAN DEKAT DEKAT DENGANKU LAGI!". Saat melihat wajah Victor yang adalah seorang pria malah membuatnya semakin histeris. Ia berhasil melepaskan diri. Dan kini ia terjatuh disana, terpojok di kasurnya sendiri. Victor berusaha mendekat disana, namun Yuuri terus meringkuk disana. Melindungi tubuhnya erat, ia menunduk menangis keras disana. Teriakan teriakan terus dia lancarkan, dan ia mengambil sepotong kaca disana membuatnya terhenti.
"Yuuri.."
"Kalau dekat dekat lagi. A-aku akan bunuh diri!. AKU AKAN LEPAS DARI DUNIA MENJIJIKAN INI!" Teriak Yuuri disana yang tampak sangat putus asa, wajah manisnya yang suram dan penuh dengan binar ketakutan, pecahan kaca itu semakin dia dekatkan pada Victor dengan gemetaran. Saat Victor berusaha mendekat. Yuuri akan semakin ketakutan, diarahkannya kaca itu pada Victor. Yuuri tampak putus asa, rambutnya kacau dan berantakan. Melemparkan kaca kaca yang ada di sekitarnya berusaha untuk mengusir Victor yang ada di depannya, Victor mendapati luka luka yang terasa sakit dan berdenyut itu.
"Ah.. ternyata inilah yang dirasakan orang orang saat ia mengalami kambuh depresi", rasanya sakit. Victor terus saja mendekat. Tanpa mempedulikan kaca-kaca yang terus saja di lemparkan tanpa jeda ,luka luka yang tertancap. Yuuri tampak sangat ketakutan saat melihat darah darah itu, ia berhenti melemparkan kaca. Kali ini ia meremas satu satunya kaca yang tersisa ditangannya itu, terdiam dengan sesenggukan. Air mata yang mengalir perlahan dari pelupuk matanya yang sayu. Bayangan para pria yang terus saja melihat dirinya seperti sebuah barang, membuatnya trauma. Yuuri gemetaran, walupun dia menangis darah waktu itu. Tidak ada yang datang untuk sekedar memeluknya.
"To..tolong aku..hiks..aku sangat menjijikkan..hiks... biarkan aku bebas.., Kumohon..Kumohon. Kumohon .." rintihan Yuuri yang lebih menyayat hati membuat setiap orang merasakan betapa beratnya penderitaan yang selama ini ditanggungnya. Yuuri menangis disana, saat melihat pria dia menjadi histeris. Jadi membayangkan kejadian kejadian menyakitkan itu, Yuuri merasakan kalau tubuhnya tidak tahan lagi. Yuuri hanya ingin bebas, ia hanya ingin ada orang yang memperhatikannya.
"Yuuri..."
"Apa kau akan seperti itu juga?"
"Yuuri...aku.."
"Apa kau akan menyentuh ku sama seperti yang mereka lakukan?!" Marah Yuuri yang seperti gelombang keputusasaan. Yuuri menatapnya ketakutan, penuh dengan kebencian. Victor menelan ludahnya, ada rasa sakit saat melihat Yuuri yang menatapnya seperti itu. Victor tersenyum dan memeluk Yuuri yang membuatnya tidak suka. Dia memberontak lagi, tidak suka dengan perlakuan Victor.
"Lepaskan aku! Kau menyukai ku bukan?!. Jangan sukai aku!, Lepaskan!. Kau menjijikan, pria itu menjijikan!" Kata kata umpatan yang dilancarkan Yuuri dengan penuh kebencian.
"Aku tidak akan menyukai mu!" Teriak Victor, mengigit bibirnya yang terasa berdarah. Rasanya sakit saat ia mengatakan hal itu pada Yuuri. Rasanya sakit.
"Benarkah?", Kata kata Yuuri yang memastikan hal itu rasanya menyakitkan. Seharusnya dia tidak merasakan hal seperti ini. Suka yang dia katakan adalah hal yang berbau romansa, lalu kenapa ia malah merasakan sakit saat Yuuri mengatakan itu? Kenapa dirinya?. Victor menolak dalam hatinya berkali kali. Saat dimana dia merasa kalau akan hancur saat kata kata itu mulai diucapkan oleh nya, kata kata yang diinginkan Yuuri. Yuuri tidak butuh cinta itu, yang dibutuhkannya adalah orang yang mengerti dirinya. Dalam hal ini cinta bukanlah hal yang penting. Merasakan kalau dia tidak akan pernah menjadi orang yang seperti itu membuat Victor entah kenapa merasa terluka. Seperti ada bagian dari dalam dirinya tercabik paksa.
"Aku.. tidak akan seperti mereka Yuuri. Karena itu kumohon jangan seperti ini ya?" Seru Victor melayangkan senyuman manis kepadanya. Memeluknya dengan begitu erat. Yuuri terdiam rasanya sesak, pelukan yang selama ini ia inginkan. Tidak seperti mereka, membawa kedamaian sendiri. Mereka yang selalu memperlakukan Yuuri sebagai barang tanpa belas kasih sedikitpun, Yuuri merasa kalau hatinya begitu sesak. Air mata menetes begitu saja dengan begitu menyedihkan nya, suara nya yang tidak mampu berbicara hanya bisa bergumam lirih.
"Victor...hiks..kau tidak akan pernah seperti mereka kan?" Gumam Yuuri pelan, semua harapan yang seolah menjauh darinya. Para pria yang menatap dirinya sebagai nafsu belaka.
"Tidak akan.."
"Kau tidak akan menyentuhku, mencambuk ku. Menamparku, melukaiku..kan?" Ringis Yuuri meminta membuat Victor merasa kalau dadanya sesak mendengar semua hal yang diinginkan Yuuri padanya, selama ini dia diperlakukan seperti itu. Bukanlah manusia, melainkan sebagai barang.
"Tidak akan..Yuuri, mereka sangatlah jahat..." Seru Victor memeluknya erat, melindungi Yuuri dari segalanya.
"Mereka jahat Victor, kau tidak akan seperti mereka kan?"
"Tidak akan pernah..."
"Kalau begitu Victor kau tidak akan menyukaiku bukan?" Yuuri menatapnya dengan tatapan polos memohon. Tatapan penuh keputusasaan. Penuh harapan dan penuh dengan segalanya. Yuuri yang hanya ingin percaya akan seseorang, Victor merasa kalau jantungnya terasa diremas kuat kuat. Victor mengigit bibirnya yang tidak bisa menuai senyuman seperti biasanya.
"Tentu saja, makanya jangan menangis Yuuri. Aku tidak suka saat kau menangis.." seru Victor dengan senyuman meksipun di dalam nya dia mengigit hingga berdarah bibirnya. Ia tidak ingin mengatakan itu. Tapi ia tidak ingin Yuuri menatapnya dengan tatapan kebencian yang sama.
"Terimakasih..Victor" gumam pelan Yuuri mengalirkan air mata di kedua pelupuk matanya dan ia memeluk tubuh Victor. Tidak tau kalau Yuuri perlahan mematikan hatinya, merampas seluruh serpihan hatinya. Victor disana hanya memasang sebuah senyuman lembut, air mata yang perlahan mengalir dari kedua pelupuk matanya tanpa disadari saat ia mengatakan itu. Kalau dia memiliki jarak di antaranya.
.
.
Victor membuka pelan pintu kamarnya memperlihatkan Yuuri yang tampak ketakutan disana. Trauma yang dialaminya membuat mimpi buruk yang beberapa kali dan terkadang Yuuri hanya terdiam di satu tempat untuk waktu yang lama. Tidak mau di dekati, berdiam dalam kegelapan tanpa mau adanya cahaya. Ketakutan saat ada yang mendekat seolah dia akan menyiksa Yuuri. Jika ada orang yang menatapnya terlalu lama dia akan histeris dan mulai ketakutan, ia akan meringkuk sendirian disana. Memeluk dirinya sendiri dengan gemetar dan menyembunyikan dirinya, tidak mau memperlihatkan wajahnya kepada siapapun. Dia takut pada orang lain, sentuhan orang lain, tatapan orang lain yang seolah akan mengacaukan dirinya seperti sebelumnya.
Terutama 'Pria'.
"Dia sudah seperti ini sejak pagi Victor, tidak mau makan apapun ataupun di dekati.." seru dokter yang menangani Yuuri. Mereka tampak putus asa dengan pasien mereka satu ini. Yuuri terus berada didalam selimutnya seperti tidak mau melihat siapapun di dekatnya. Yuuri menyembunyikan wajahnya dan seluruh tubuhnya disana.
Rasanya sakit, seperti menelan pecahan kaca yang terasa begitu dingin dan menyiksa.
"Biar saya yang tangani terima kasih dokter atas kerja kerasnya" seru Victor tersenyum lembut, dan dokter itu pun pergi. Victor tersenyum disana, duduk di sebelah kasur Yuuri. Yuuri tampak ketakutan, dia sadar kalau ada seseorang yang duduk di sebelahnya sekarang.
"Ka-kau mau apa?. Pe-pergi" gumamnya ketakutan, melihat Yuuri seperti ini membuat Victor merasakan rasa kasihan. Rasa sakit saat dia mengatakan semua itu. Mengusir semua orang tanpa mau mengetahui nya. Menutupi dirinya, Yuuri yang terlihat benci dengan keberadaan orang lain di sekitarnya. Yuuri yang menolaknya, Yuuri yang sangat ketakutan. Dia gemetaran dan itu membuat Victor merasakan rasa sakit yang sama. Mengingat nya lagi dan lagi tentang trauma yang juga dialami oleh Victor.
Tapi ia harus tetap kuat demi Yuuri. Demi kesehariannya, ia harus menahan semuanya.
"Ada apa Yuuri?, Ini aku Victor. Kau mau mengusir ku?" Tanya Victor santai seperti biasanya, dia tersenyum lembut tanpa ada nya paksaan ataupun seringai yang biasanya menakutkan. Yuuri mengintip dari balik selimut dengan perlahan. Ia tampak ragu, masuk lagi ke dalam selimut hingga dia keluar dengan perlahan. Ia mendekat ke arah Victor disebelahnya.
"Victor?" Sahut Yuuri memelan memastikan, dia tampak ragu. Victor hanya tersenyum disana. Jika Yuuri menginginkannya maka ia akan menjadi yang seperti Yuuri inginkan. Yuuri ketakutan maka ia tidak akan membuat Yuuri ketakutan, ia tidak akan memaksanya seperti mereka. Ia tidak akan mendekat dan memaksakannya. Menunggu dengan sabar, Hingga Yuuri pun mengeluarkan salah satu jarinya dan mengenggam ujung bajunya dengan pelan, hanya karena itu membuat Victor merasa bahagia. Yuuri mau menyentuhnya.
"Ini aku Victor, Yuuri" gumam Victor lembut. Yuuri terdiam dalam selimutnya, dalam posisi yang masih sama. Meskipun begitu Victor merasa senang, Yuuri tidak menghindarinya. Sejak ia mengatakan itu, Yuuri mulai berharap dan dia tidak akan membuat harapan Yuuri pupus. Ia akan mewujudkannya, karena Yuuri sudah menolong dirinya. Ia tidak mau melukai Yuuri dengan perasaan aneh yang terasa semakin menyakiti didalamnya, ia mengabaikannya dengan perlahan. Selama Yuuri tidak membencinya, Yuuri tidak memandangnya dengan rasa ketakutan yang sama. Selama itu untuk kehidupan Yuuri. Ia rela kehilangan segalanya, bahkan ia rela terus tersenyum untuknya.
.
.
Yuuri mulai membaik, selama ada Victor. Victor mengetuk pintunya masuk. Tidak ada lagi Yuuri yang meringkuk di selimut. Yuuri yang menunduk dan menghindarinya. Kini Yuuri duduk di atas kasurnya, dengan selimut di tubuhnya. Luka Yuuri masih sangat banyak, belum juga membaik. Akan butuh waktu lama hingga tubuh Yuuri kembali seutuhnya. Victor tersenyum menyapanya, dan Yuuri menatap kearahnya dengan senyuman yang sama. Senyuman hangat yang akhirnya diterimanya. Mengorbankan senyumannya yang terasa akan menyakitinya dari dalam.
Semuanya untuk Yuuri.
Dia duduk di sebelah Yuuri yang tampak semakin bercahaya, harapan hidup dan binar yang semula redup kini terlihat mulai kembali. Dia menunduk, tersenyum kepada Victor. Setiap senyuman yang terasa begitu berharga. Tidak tau kalau Victor terus menahan hatinya agar tidak terluka dengan hal itu, melihat Yuuri yang kesakitan, membayangi kalau Yuuri akan ketakutan dan gemetaran. Memberikan trauma tersendiri bagi Victor, ia tidak mau kalau Yuuri akan seperti itu lagi. Disaat ia sudah mendapatkan senyum manis dari Yuuri, disaat Yuuri yang akhirnya memiliki binar kehidupan, tidak untuk saat ini. Dia masih mau menjaganya, tapi sampai kapan ia seperti ini?.
Disaat Victor sudah menyadari kalau perasaannya lebih ke arah lainnya, dia mencintai Yuuri. Saat semua perasaan yang dia rasakan adalah hal yang tabu, dan Yuuri tidak menyukainya. Dia akan membencinya kalau tau tentang hal ini, dia akan memandangnya dalam tatapan yang sama. Perasaan tabu antara dua jenis kelamin yang sama, bukankah ini menjijikan-?. Yuuri juga berpikir seperti itu kan-?.
Victor hanya diam dengan sebuah senyuman menawan yang masih terukir. Meskipun jauh di dalam hati, dia tidak bisa tersenyum. Pikirannya terasa kalut tentang perasaan yang baru dia sadari beberapa hari yang lalu. Seberapa lama ia Berusaha, perasaan itu akan tetap ada. Semakin kuat tiap harinya, saat ia melihat senyuman Yuuri yang kembali ia ingin mengatakannya. Dari dalam lubuk hatinya, namun setiap saat itu pula ia sadar kalau dia akan sama seperti yang lainnya. Menyukai sesama jenis hanya sebatas nafsu, namun apakah itu benar?. Cinta yang ia rasakan adalah nafsu?. Semakin dipikirkan rasanya senyuman Victor terasa semakin hambar dan menyakitkan.
"Victor, lihat hari yang indah bukan?. Aku tidak akan pernah seperti ini. Terimakasih" seru Yuuri dengan tulus, memangku wajahnya menghadap ke arah jendela di sebelahnya, dengan pakaian pasien yang masih ia kenakan. Hari hari yang dijalani sebagai pasien rumah sakit.
"Victor, apa aku suatu hari bisa bebas seperti burung itu ya?, Haha bercanda.. soalnya aku ingin bermain Ice Skating bersama denganmu Victor.." seru Yuuri dengan senyuman hangat di wajah manisnya.
Bermain bersama, keinginan Yuuri yang seharusnya bisa membuatnya begitu bahagia. Namun hanya sebuah kata yang selalu terlintas di pikirannya, ia ingin mendekati Yuuri dan mengatakan perasaan yang selalu dibendungnya hingga terasa begitu sesak tidak tertahankan. Kata kata itu lagi lagi muncul sesaat Yuuri akan mengatakan itu, apakah dia masih punya kesempatan-?. Yuuri tersenyum padanya, ia takut kalau saat ia mengatakan itu semuanya akan berubah.
"Itu pasti bisa Yuuri, kau hanya perlu pengobatan dan jangan depresi oke?" Seru Victor seraya mencubit pipi Yuuri. Dia hanya tersenyum manis disana, dan menyingkirkan tangan Victor. Benar, hanya ini yang dapat ia lakukan. Hanya sebatas ini, lebih dari itu Yuuri akan sadar.
"Baik Victor, kau terlalu mengkhawatirkan ku.. padahal aku sudah baik-baik saja"
"Tentu saja karena aku.."_ucapan itu terasa ter-jeda. Nafas Victor yang terasa tertahan. Senyuman yang seolah seperti perekat yang sebentar lagi akan lepas. Victor merasa kalau dadanya seakan berhenti saat mengingat akan rasa yang berkali-kali diingatnya didalam kepalanya. Berputar putar seolah menunggu untuk di utarakan pada Yuuri.
___"Mencintaimu" kata kata yang berlalu dalam hatinya saat ia melihat wajah manis Yuuri. Yuuri memiringkan kepalanya dengan polos, ingin dia berkata seperti itu pada Yuuri. Di depannya, tentang semua perasaan yang kurasakan pada Yuuri. Ini semua karena Yuuri, karena sosok didepannya yang bahkan tidak tau penyebabnya, Victor menahan degupan yang seolah tidak akan hilang.
Ia memegang kedua pipi Yuuri menghadapnya, menatap wajah yang membuatnya jatuh cinta. Ia ingin mengatakannya, dengan ekspresi nya. Apa yang akan dia ekspresi kan saat itu-?. Dia hanya ingin mengatakan kata cinta yang seperti sihir saat ia melihat sosok Yuuri disini. Yang semakin dalam seiring waktu dan ia ingin melihat senyuman manis di Yuuri saat mengatakan perkataan itu, Yuuri tidak lagi menghindarinya kan-?.
"Yuuri...aku..aku suka padamu" dan kata kata itu terucapkan begitu saja. Dimana perasaan tulus kepada Yuuri. Hingga wajah Yuuri mulai berubah menjadi aneh, ia memegangi tangan Victor dengan enggan. Dan matanya menaut. Ekspresi yang selama ini ditakutkan. Tangan Victor terasa terdiam membeku, ekspresi wajahnya yang sulit diartikan. Ia lupa kalau Yuuri memiliki trauma masa lalu yang kelam, dimana hubungan Sesama jenis dianggap sebagai menjijikan, dia telah melakukan hal itu.
"Apa maksudmu Victor?" Tanyanya. Tidak ada senyuman, sebelum semuanya lebih buruk lagi. Ia harus memperbaikinya, Victor mencubit pipi Yuuri lalu ia tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang begitu tampak menyedihkan. Bersikap seolah dia itu sedang bercanda. Padahal hatinya sedang sakit seolah akan teriris setiap kata yang keluar mengalihkan semua perasaan menyakitkan ini.
"Haha, kau percaya itu Yuuri?" Tawa Victor pecah, dengan sangat natural ia menghapuskan air mata di ujung matanya.
"Ka-kau bercanda Victor?!" Seru Yuuri dengan wajah panik dan tidak percaya, wajahnya yang sebelumnya sangatlah datar tanpa ada senyuman. Kini seperti biasanya lagi, air mata yang menumpuk di pelupuknya bukan karena tawa. Melainkan untuk menertawakan dirinya sendiri. Ia kabur, ia takut kalau Yuuri akan melihatnya seperti itu. Yuuri akan membencinya.
"Tentu saja!, Kau pikir apa. Hubungan sesama jenis itu adalah hal yang tabu bukan?" Victor merasakannya, meksipun ia mengatakan itu. Ia sendiri sadar kalau hal itu sedang dia rasakan sendiri, mengejek hal yang selama ini dia rasakan. Hanya untuk membuat image kalau dia itu baik-baik saja. Melakukan akting seperti yang selama ini dia lakukan. Mengores luka setiap kali ia mengatakan hal itu pada hatinya yang semakin terluka.
"Ah kupikir apa Victor, kau membuatku takut saja" seru Yuuri kembali tersenyum hangat. Dia membuatnya takut, perasaannya membuatnya takut. Baguslah, dia tidak menyadari hal yang sebenarnya terjadi.
"Kalau yang kau maksud suka. Itu artinya sahabat bukan?"
Victor terdiam, Yuuri menatap dengan wajah polosnya sedih.
"Kau tidak mau jadi sahabat?"
Kata kata Yuuri yang kembali menyadarkan nya, semuanya harus tampak normal. Tentu saja suka yang dimaksudkan adalah sahabat, tidak lebih dari itu. Karena kami tidak memiliki hubungan darah, baru saja saling mengenal. Tentu saja itu adalah suka yang di maksud, ia tidak boleh membuat Yuuri sedih. Senyumannya yang kembali harus dia lindungi, ia tidak mau wajah itu kembali suram seperti dahulu. Sahabat adalah seseorang yang berbagi suka dan duka, sahabat adalah orang yang akan selalu ada di sisinya. Bukankah itu sudah lebih dari cukup?. Orang yang baru saja saling mengenal menjadi sahabat adalah sesuatu yang luar biasa. Bersahabat dengan Yuuri membuat dia dan Yuuri terpaut hubungan.
Hubungan -Sahabat-, sekedar sebagai Teman yang akan selalu mendukung dan bersamanya.
"Tentu saja Yuuri..kita akan jadi sahabat yang baik.." kata Victor dengan sebuah senyuman, Yuuri ikut tersenyum hangat disana. Meksipun Victor sekarang tampak tersenyum disana, didalamnya Victor merasakan keretakan. Ada sesuatu yang hilang, dan sakit didadanya saat sadar kalau Yuuri yang hanya menganggap hal itu sebatas sahabat. Dia menolak perasaan sebenarnya dari Yuuri dan membuatnya sangat sakit. Hal yang dia katakan seolah sayatan kecil, senyuman yang terasa sangat dingin dan membeku. Ruangan yang terasa begitu dingin dan menyakitkan, nafas yang terasa semakin tersekat dan kata kata yang seolah seperti sayatan di tenggorokan. Seperti penyakit dan rasanya sangatlah sakit, jika seperti ini.
Pantaskah ia merasakannya-?.
Sahabat, tentu saja. Kami akan menjadi sahabat. Itu sudah sangat dekat, tidak bisa lagi lebih dari itu. Karena kami berdua adalah sesama pria. Tidak ada kata cinta untuk sesama pria. Cinta itu tabu, cinta itu hanya untuk lawan jenis, Dan ia tidak mau membuat Yuuri membuat wajah seperti itu lagi. Terlihat jelas kalau ia menolak nya, dia menatapnya dengan jijik.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top