07.| Hyung, hibur aku! 🔞

Warning!

Adegan dewasa 🔞!!!!!

Untuk pembaca yang masih belum cukup umur dipersilahkan untuk beralih ke cerita lain.

Sejauh ini, ini adalah serpih terpanjang dengan lebih dari 3500 kata. Jadi ya.. semoga tidak bosan :)

Kalau semisal masih kurang panas, saya mohon maaf, karena ini adalah debut saya membawakan cerita 18 coret🌚

Ingat, dosa ditanggung sendiri... :")

Vote dan komennya ditunggu <3

.

.

.

Ponsel IPhone milik Soobin yang dikhususkan untuk dokumentasi pribadi hilang! Soobin datang mengadu pada Yeonjun dan minta dihibur. Sebagai kakak yang baik, tentu saja Yeonjun tidak menolak. Tapi menghibur yang Soobin inginkan ternyata tidak seperti yang Yeonjun bayangkan.

Mungkin besok dia harus izin tidak ikut latihan.

.

.

.

Setelah seharian sibuk bekerja dan latihan, Yeonjun akhirnya bisa pulang ke dorm dan berguling di atas kasurnya yang sangat ia rindukan. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain rebahan setelah perut kenyang dan kedinginan sehabis mandi. Yeonjun hanya menggunakan kaus oblong di kamarnya, rambutnya masih setengah basah tetapi dia sudah tidak sabar melemparkan diri ke atas kasur yang dengan bisu merayunya untuk datang. Dia buru-buru meraih ponsel di atas meja, melepas sandal selop bulunya dengan sembarang hingga antara satu dan lainnya berpisah sangat jauh, menarik selimut sebatas dada, menyalakan pendingin ruangan, dan mulai tenggelam ke media sosial.

Ya, sebenarnya Yeonjun punya aku sosmed. Tentu saja dia menggunakan nama samaran. Dia menghabiskan banyak waktu untuk berselancar di dunia maya, hingga suara ketukan lemah di pintu kamarnya membuat Yeonjun memutar bola mata jengkel sebelum berseru. "Masuk saja, pintunya tidak dikunci."

Sosok leader jangkung TOMORROW X TOGETHER dengan bibir kelincinya yang menekuk ke bawah muncul dari balik pintu. Dia menutup pintu kamar pelan, tidak lupa untuk menguncinya dari dalam. Langkahnya terseok-seok, meninggalkan jejak suara berdebum di lantai kamar. Yeonjun menatapnya beberapa saat, merasa janggal.

"Ada apa, Bin-ah?"

Soobin mengangkat kepala dan mendesah lesu. "Yeonjun Hyung..." kesedihan terpampang jelas dari sepasang manik matanya. "Ponselku hilang." Dia merengek di akhir.

Bola mata Yeonjun melebar. "Hilang? Kok, bisa?"

Soobin menggeleng lemah. "Aku benar-benar sudah berusaha mencarinya di mana-mana tapi sama sekali tidak ada hasil. Suasana hatiku sangat buruk sekarang."

Melihat Soobin seperti akan menumpahkan air mata kapan saja, Yeonjun tidak bisa hanya terus diam dan melihat. Ia segera memanggil Soobin untuk mendekat ke arahnya. Soobin duduk di tepi ranjang sambil menunduk, suasana hatinya benar-benar kacau. Terlepas dari merek dan harga, sebenarnya isi ponsel itu tidak terlalu penting, juga data-data pribadinya yang berisiko tidak ada di sana, tetapi ada banyak sekali kenangan yang tersimpan di ponsel itu. Ada sekitar lebih dari enam ribu foto selfienya dan nyaris ratusan video pendek. Masa lalu tidak bisa diputar kembali, tetapi dengan semua foto dan video itu, masa-masa bersejarah yang pernah dilalui sebelumnya bisa terus dikenang.

Dan sekarang semua itu hilang.

Yeonjun masih dalam posisi berbaring, mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Soobin."Bin-ah, tidak apa-apa, kita cari lagi besok, ya?" Hibur Yeonjun dengan lembut.

Soobin mengangkat kepalanya. "Itu ponsel IPhone ku, Hyung. Banyak fotomu di sana."

Mendengar dirinya adalah salah satu alasan penyesalan terbesar Soobin dari kehilangan ponsel, Yeonjun tidak bisa tidak tersenyum. Dia menarik tengkuk Soobin dan mencium tepat di bibirnya yang masih menekuk ke bawah. "Kau bisa memfotoku lagi sebanyak yang kau mau. Tidak masalah, Bin-ah."

Memang benar dia bisa mengambil foto Yeonjun kapanpun dan sebanyak apapun yang dia mau, tapi tetap saja yang di ponselnya itu terlalu berharga untuk dilupakan. Banyak momen yang tidak bisa diulang, dia tidak akan bisa dengan mudah merelakan semuanya begitu saja. Selain itu, bagaimana jika seseorang menemukan ponselnya dan memanfaatkan foto-fotonya untuk hal yang tidak diinginkan? Tidak masalah jika itu fotonya sendiri, tapi bagaimana jika itu foto Yeonjun Hyungnya? Di dunia ini, siapa yang tidak suka melihat keindahan?

Koleksi pribadinya terlalu banyak. Dia tidak rela berbagi wajah bangun tidur Yeonjun Hyungnya yang kesulitan membuka mata, tidak mau seorang pun melihat wajah menggemaskan itu ketika sedang menangis karena dikerjai, tidak rela wajah selesai mandi kekasihnya yang fresh dilihat oleh mata orang lain. Soobin tidak berencana membagi koleksinya.

Satu-satunya hal yang bisa Soobin syukuri sekarang adalah dia tidak pernah memfoto Yeonjun ketika mereka habis melakukan 'itu'.

Soobin tidak tahan memikirkannya lebih jauh. Dia jatuh di atas tubuh Yeonjun, menenggelamkan wajahnya ke dalam ceruk leher kekasihnya yang beraroma sabun. Dia mengendus sebanyak yang dia bisa untuk menenangkan kekacauan di kepalanya, tetapi semakin dia menghirup semakin dia ingin lebih. Tiba-tiba daripada merasa tenang, Soobin merasa haus dan berhasrat.

Yeonjun menepuk-nepuk punggung keras Soobin sambil bersenandung tanpa tahu pikiran jahat apa yang sedang berputar di kepala Soobin. Sebagai kakak yang baik, rekan satu tim, dan kekasih, Yeonjun hanya berharap bayi kelinci besarnya bisa merasa nyaman dan akan lebih baik lagi jika dia tertidur sehingga dia bisa melupakan kesedihannya untuk sesaat. Yeonjun dengan jelas merasakan napas hangat Soobin di lehernya, melahirkan sensasi geli yang membuat perutnya terasa tidak nyaman, tetapi dia tidak tega meminta Soobin untuk berhenti. Jadi Yeonjun hanya mampu bertahan dalam posisi itu sambil diam-diam kembali bermain dengan ponselnya di balik punggung Soobin, berharap bisa mengalihkan perhatian dari sengatan-sengatan yang meresahkan.

Ketenangan itu hanya berlangsung beberapa saat sebelum Yeonjun tiba-tiba memekik kaget.

Yeonjun menepuk bahu Soobin agak keras. "Kenapa kau menggigit?" Protesnya sambil berusaha mendorong wajah Soobin dari lehernya, hanya saja saat ini Soobin seperti seekor lintah yang sedang menghisap darah, sangat sulit dilepaskan sebelum dia kenyang.

Tangan Soobin bergerak menarik selimut yang memisahkan tubuh mereka. Setelah selimut disingkirkan, tangannya dengan leluasa bermain di pinggang ramping Yeonjun, sedangkan satu tangannya yang lain merambat ke belakang tengkuknya, menekan di sana bersamaan dengan bibir Soobin yang semakin gencar menghisap leher Yeonjun.

"Ugh... Bin-ah ja-jangan hisap! Berhenti! Ku bilang hentikan!" Yeonjun yang panik tanpa sadar mengeraskan nada bicaranya.

Tak disangka Soobin menuruti kata-kata Yeonjun tanpa perlawanan. Dia dengan tidak rela berhenti menghisap dan mendesah pelan di perpotongan leher Yeonjun. "Maaf." Ujarnya lirih.

Mereka kembali tenang untuk beberapa saat. Yeonjun memanfaatkan momen itu untuk mengatur napasnya.

Biasanya ketika Soobin sudah mulai dengan ciuman kupu-kupu, dia tidak akan mudah berhenti sebelum semuanya mencapai tahap inti, bahkan bisa dibilang dia selalu berubah menjadi menuntut dan memaksa ketika sedang ingin. Sekarang saat Soobin jadi penurut dan baik, tiba-tiba Yeonjun merasa aneh dan tidak biasa. Dia berpikir seharusnya alurnya tidak seperti ini, seharusnya yang Soobin lakukan ketika Yeonjun memperingatinya untuk berhenti menghisap agar tidak meninggalkan jejak, dia pindah ke tempat lain di mana itu tidak akan terlihat. Seharusnya Soobin mencium bibirnya dengan lembut sebelum akhirnya mereka saling membelitkan lidah dan bertukar saliva. Seharusnya Soobin memegangnya, meremukkan tulang dan dagingnya menjadi lumpur di bawah kuasa tangannya yang lihai, mengunyahnya dengan perlahan tapi pasti, menariknya semakin dalam seolah ingin menjadi satu. Seharusnya mereka saling membuka diri dan bertarung sampai lelah di atas ranjang.

Seharusnya begitu. Yeonjun tidak benar-benar mengharapkan Soobin akan menjadi anjing jinak dengan sekali tegur. Ini sangat bukan gayanya sekali.

Mungkin hal ini terjadi karena suasana hatinya sedang kacau. Rasa bersalah menyerbu dada Yeonjun mengingat tadi sempat agak membentak kekasihnya. Soobin pasti semakin sedih sekarang.

"Yeonjun Hyung." Panggilan Soobin datang dengan suara yang teredam di lehernya.

Yeonjun menghela napas. Tangannya bergerak memeluk tubuh besar Soobin dan mengusap kepalanya dengan penuh kasih sayang. "Mm?"

"Hibur aku, ya?" Ujarnya lirih.

Hati Yeonjun terasa ditusuk jarum. Dia tidak tahan dengan kondisi Soobin yang seperti ini.

Satu kecupan ringan mendarat di puncak kepala Soobin. "Hyung akan menghiburmu. Kau ingin aku melakukan apa untuk meng-ahh! Soo..Soobin hati-hati!"

Lidah basah Soobin menjilat penuh goda di atas jakun hyungnya."Hyung, kau cukup turuti permintaanku. Itu saja."

Yeonjun terkesiap karena belum siap. Dia buru-buru mendorong dada Soobin menjauh untuk memandang wajahnya, berniat untuk sedikit mengulur waktu. "O-oke, oke, kau mau aku melakukan apa sekarang?"

Soobin menegakkan tubuhnya di atas Yeonjun. Untuk beberapa saat Yeonjun bisa bernapas dengan lega. Namun itu hanya sebentar karena ia tahu apa yang sedang Soobin pikirkan di kepalanya pasti sesuatu yang benar-benar cabul. Pemuda jangkung itu tampak berpikir sambil menatapnya dari atas. Pemandangan itu membuat darah Yeonjun dipompa cepat dan dia merasakan bahwa pipinya memanas, dia bisa membayangkan betapa merah pipi dan telinganya sekarang. Tampaknya Soobin telah menemukan ide, dia tersenyum tertahan, menundukkan kepala dan mengecup bibir Yeonjun sekali, berhenti sebentar untuk melihat ke mata Yeonjun sebelum kembali beralih ke bibir penuhnya yang merekah, lalu mengecupnya lagi, lagi, dan lagi. Dia tidak pernah merasa puas mengecap rasanya, hingga akhirnya kecupan yang awalnya lembut dan ringan itu menjadi ciuman panjang yang panas dan menuntut. Napas mereka saling bersahutan, suara decapan basah menggema memenuhi ruangan. Soobin menjulurkan lidahnya untuk menjilat saliva mereka yang sudah larut bersama mengalir ke sudut bibir Yeonjun. Pagutan terpisah, menyisakan benang transparan panjang bagai jembatan, mereka tersengal-sengal dan kepanasan.

"Hyung tahu, kan, 34+35?"

Yeonjun membelalak.

"Aku ingin itu. Ayo kita lakukan."

"Se-sebentar, Soobin. A-aku...shh.. bisakah kau sedikit lembut? Aku ahh..."

Yeonjun berjuang panik di bawah tekanan Soobin. Kaus tipis yang ia kenakan kini diangkat tinggi, kepala Soobin dengan terampil bermain di dadanya, menghisap dan menjilat dengan kehati-hatian yang membakar hasrat secara perlahan. Yeonjun tidak bisa menahan godaan seperti ini, dan Soobin yang telah mengenal tubuhnya lebih dari siapapun hafal betul letak titik-titik kelemahan Yeonjun. Dengan cepat Yeonjun kehilangan sisa-sisa kewarasannya, otot-otonya meleleh di bawah siksaan mulut basah Soobin yang panas, dengan pasrah menerima segala perlakuan kekasihnya.

Malam belum begitu larut, Yeonjun khawatir tiga anggota lainnya masih belum tidur, jadi dia menahan erangannya sendiri dengan menggigit lengannya. Tangannya yang lain merambat di sekitar tengkuk Soobin, meraba-raba kulit lembut di bawah telapak tangannya, itu panas dan berkeringat, lengket dan menyenangkan, membuat debaran jantung Yeonjun kian tak tertahankan. Tangannya kemudian berpindah naik ke atas, dengan gelisah meremas acak rambut kekasihnya, melampiaskan rasa nikmat ketika dadanya dilecehkan.

"Aww.. Soobin, cukup. B-berhenti.. uhh"

Gigi-gigi Soobin menjepit puting Yeonjun yang telah mengeras, menariknya seolah itu adalah mainan karet menggemaskan, menghasilkan pekikan sakit dan nikmat dari mulut Yeonjun. Soobin menyempatkan diri menjilat puting yang merah dan membengkak itu sebagai permintaan maaf sebelum mendongak.

"Ada apa, hm?"

Ada rona merah samar di pipi Soobin, sepasang matanya tampak sayu dan rambutnya menjadi berantakan karena ulah tangan Yeonjun. Suaranya bahkan lebih berat dan dalam dari biasanya, menambah kesan seksi yang membuat Yeonjun dengan senang hati berlutut di bawahnya. Yeonjun menelan ludah sambil menstabilkan deru napasnya yang naik turun.

Penampilan kacau Soobin adalah godaan terbesar bagi Yeonjun. Dia tidak bisa lagi lebih bersabar tetapi juga tidak mau tergesa-gesa. Dia dengan lemah mengangkat kepala dan mencuri ciuman di bibir Soobin. "Aku tidak mau melakukan 34+35."

Sebelah alis Soobin terangkat, dia terkekeh pelan dengan suara super berat. "Kau takut?"

Tidak, Yeonjun tidak takut, tapi setelah mendengar suaranya, Yeonjun tiba-tiba merinding. "I-itu memalukan. Kita lakukan hal lain selain itu."

"Baiklah, tapi mulai sekarang apapun yang aku lakukan, aku tidak perlu persetujuanmu."

"Bagaimana bisa-"

Soobin segera menyela sebelum Yeonjun berhasil menyelesaikan kalimatnya. "Hyung, hibur aku." Dia dengan licik kembali mengandalkan mata anak anjing dan suara anak kecil.

Yeonjun tidak mampu untuk menolak.

Dan rubah cantik itu kembali jatuh ke perangkap kelinci licik.

Jadi ketika Soobin memintanya untuk menanggalkan seluruh pakaian dan berlutut dengan posisi pinggul yang tinggi sedangkan kepalanya menempel rendah di atas kasur, Yeonjun hanya bisa melakukan segala keinginannya tanpa bisa protes, bahkan ketika Soobin menutup kedua matanya dengan kain.

"Kau tunggu sebentar."

Yeonjun merasakan Soobin meninggalkan ranjang, "Apa yang akan kau lakukan?" Ia mendengar suara pintu kamarnya dibuka lalu ditutup. Matanya mengerjap di balik kain. Dia menunggu tanpa berani menurunkan pinggulnya seinci pun, takut Soobin akan marah dan melakukan hal-hal luar biasa lainnya dengan alasan sebagai hukuman.

Yeonjun sudah terlampau hafal kebiasaan lelaki jangkung itu ketika sedang berurusan di atas ranjang. Yeonjun tidak akan menjebloskan diri sendiri ke dalam penderitaan walaupun sebenarnya dia juga pasti akan menikmatinya. Ketika melakukannya, itu membuatnya kecanduan, ingin lebih dan lebih, hanya ada keinginan untuk kenikmatan tertinggi dari berahi, tetapi lain lagi ceritanya ketika dia membuka mata di pagi hari, semua rasa sakit itu akan datang dengan terlambat sebagai efek samping. Yeonjun selalu bermasalah dengan hal itu. Semua orang tahu dia seorang dancer, bagaimana dia bisa menari dengan baik setelah bokongnya dihajar semalaman oleh rekan satu grupnya sendiri? Terakhir kali Soobin menyerangnya dengan ganas, dia dipaksa minum obat sakit pinggang oleh managernya selama berhari-hari.

Soobin akhirnya kembali. Dia duduk di belakang Yeonjun, diam-diam Yeonjun mengantisipasi langkah selanjutnya. Sekilas Yeonjun mendengar suara bungkus plastik dibuka.

"Apa itu yang kau bawa?"

"Es krim." Jawab Soobin kalem

Yeonjun seketika membeku.

"Hyung, maknae line belum tidur dan sedang menonton film di kamarnya, jadi ku harap kau bisa menahan desahanmu walau aku sangat ingin mendengarnya. Lain kali aku akan menyewa hotel supaya kau lebih leluasa mendesah."

Tanpa pemiliknya sadari, kata-kata itu telah membakar Yeonjun sampai wajahnya melepuh di atas bantal.

"Bersiaplah, aku akan melonggarkan mu dengan es krim."

Mereka mulai dengan lembut.

Yeonjun merasa dinginnya es krim membuatnya mati rasa di bawah. Dia sebisa mungkin menahan desahannya di bantal, sedangkan Soobin di belakang sedang bekerja keras melonggarkannya dengan es krim. Suara becek mengisi ruangan dan Yeonjun mulai merasakan es krim itu mengecil di lubangnya. Es krim itu mencair lebih cepat dari dugaannya, mungkin karena suhu di dalam panas, yang tersisa kini hanya stik es krim yang masih bergerak keluar masuk.

"Ugh... S-Soobin cukup. Es krimnya ahn.. sudah.. akh ah... humm."

Stik es krim kecil itu menyentuh titik lembutnya, Yeonjun menggigit bibirnya ketika Soobin menggerakkan stik itu di tempat yang sama berulang kali.

"Apa aku menemukannya? Bukankah itu di sini?"

"Urghhh!"

Soobin tertawa gembira mendengar erangan Yeonjun. Dia semakin gencar menggerakkan tangannya di bawah sana, menekan titik itu berkali-kali, semakin keras dan cepat dari waktu ke waktu. Erangan Yeonjun berubah menjadi rengekan putus asa.

"Ah ahh... S-Soobin... Soobin cukup shh... Aku ingin kau."

Soobin merunduk, menjilat daun telinga Yeonjun penuh damba. "Kau mau apa?"

Yeonjun tahu Soobin hanya ingin menggodanya dan membuatnya malu. Dia menggigit bantal untuk membungkam mulutnya sendiri.

Karena pertanyaannya diabaikan, Soobin menekan kuat ke titik lembut Yeonjun dan berhenti bergerak.

"Anghhh!!!"

"Katakan Yeonjun, apa yang kau mau?" Tanya Soobin sekali lagi, suaranya dalam dan serak, menakuti Yeonjun sekaligus membuatnya semakin bersemangat.

"Ahh... aku ingin kau, Bin-ah. Akhh, masuk... kau masuk ke dalamkuhh.. ugh!"

Dengan begitu, Soobin menarik stik es krim itu keluar dari lubang Yeonjun dan melemparnya sembarang. Kemudian Soobin duduk di atas ranjang dengan tenang.

"Kemari, Yeonjun, gunakan mulutmu untuk membasahiku."

Tulang dan otot Yeonjun sudah menjadi jelly, dengan lemah dia merangkak menuju Soobin sambil meraba-raba sekitar. Soobin membantu menuntun Yeonjun, memosisikan hyungnya lalu membawa tangan Yeonjun untuk meraih penisnya yang sudah berdiri tegak. Jemari lentik Yeonjun menari di sepanjang batangnya, membelai dengan sentuhan ringan yang memabukkan hingga batang itu kian mengeras di tangannya.

Yeonjun mendekatkan wajahnya ke ujung kemaluan Soobin, mengendusnya sebelum menjulurkan lidahnya untuk menjilat ujung tumpul yang mulai basah itu. "Ah... Bin-ah, ini membesar."

Soobin tersenyum samar lalu menyelipkan jari-jarinya ke rambut hitam Yeonjun. "Apa kau menyukainya?"

Kepala di bawahnya mengangguk cepat. "Sangat suka, milik Soobin adalah yang terbaik." Setelah berkata demikian, Yeonjun segera menelan batang Soobin. Soobin menggeram bak binatang buas, menjambak lembut rambut Yeonjun yang bergerak naik turun di selangkangannya.

Yeonjun Hyungnya selalu melakukannya dengan baik, mulut panasnya itu sudah sangat terlatih. Dia bisa merasakan lidah Yeonjun yang bermain di sepanjang batangnya, menggesek urat-urat dan ototnya dengan penuh tekanan, menyiksanya dengan segala kelembutan yang ia miliki. Soobin mendongak puas dan mendesah nikmat atas pelayanan Yeonjun dan Yeonjun yang mendengar desahan itu dengan bangga menabrakkan tenggorokannya dengan ujung penis Soobin.

"Aku bahkan tidak perlu memintamu untuk melakukan apapun, kau sudah mengerti apa yang aku inginkan. Yeonjun Hyung benar-benar pintar shh... lebih dalam Yeonjun... ya, seperti itu, ohh..."

Soobin terlena akan kerja mulut Yeonjun yang baik dan dengan cepat merasa mencapai titik kritis. Dia segera menghentikan Yeonjun, mencium bibirnya sebagai hadiah dan menuntunnya kembali ke posisi semula.

"Menungging sayang, aku akan masuk sekarang."

Yeonjun dengan patuh mengangkat pinggulnya tinggi. Lelehan es krim masih terus menetes dari lubangnya ketika dia bergerak, itu bercampur dengan cairannya sendiri, mengalir turun dengan sexy ke sepanjang paha dalamnya yang lembut.

"Yeonjun Hyung, kau sangat kotor di bawah sini." Soobin mengulurkan tangannya, menusuk lubang Yeonjun dengan dua jari sekaligus.

"Itu kau, Soobin uhh.. kau yang membuatku kotor uhmm..."

Soobin tidak membuang banyak waktu, setelah merasa lubang Yeonjun siap, dia segera memosisikan miliknya di depan lubang Yeonjun yang berkedut tak sabaran, mengundangnya untuk segera masuk dan memorak-porandakannya dengan kasar.

Yeonjun berjengit ketika merasakan batang Soobin mulai masuk ke dalamnya. Sensasi panas dan perih ketika terbelah membuat matanya basah. Dia dengan keras kepala menekan pekikannya ke bantal. Walaupun telah dilonggarkan, ketika pertama kali masuk, batang Soobin selalu kesulitan, dan itu benar-benar menyiksa Yeonjun.

Di sela usahanya untuk masuk, Soobin merunduk untuk menjilat sepanjang garis tulang belakang Yeonjun, berharap kekasihnya bisa lebih rileks sehingga jalannya masuk bisa lebih mudah.

"Hyung, ini akan sakit di awal tapi aku akan membuatmu nyaman setelahnya. Bersabarlah, ini tidak akan lama ugh..."

"Ahhh/uhmn."

Akhirnya Soobin masuk seutuhnya ke dalam Yeonjun. Mereka mendesah lega bersama. Soobin berhenti sebentar, membiarkan Yeonjun terbiasa pada kehadiran miliknya di lubangnya. Meski Soobin akan berubah menjadi penuntut ketika sedang bercinta, tapi dia tidak pernah langsung menyerang Yeonjun. Dia akan selalu membiarkan kekasihnya beradaptasi, segenting apapun hasrat pelepasannya, dia akan selalu memastikan Yeonjun menerimanya dengan nyaman.

Kedua tangannya bermain di atas bongkahan pantat lembut Yeonjun, mencubitnya dengan gemas, menggosoknya dengan kekuatan hingga sepasang benda kenyal itu berubah warna menjadi merah menyala. Bersama dengan itu, Soobin merasakan kedutan luar biasa di dalam lubang Yeonjun yang menjepitnya.

"Uhmm... bergeraklah, Soobin."

Gerakan Soobin di mulai dengan lembut. Dia menarik miliknya sampai hanya menyisakan ujungnya saja di dalam, lalu kembali mendorongnya dengan gerakan menyiksa ke dalam. Desahan Yeonjun mewarnai tiap tindakannya. Suara napas keduanya begitu candu di telinga masing-masing, membuat keduanya semakin ingin merenggut napas masing-masing, mengosongkan paru-paru mereka dan mengisinya dengan cinta, menempel tanpa menyisakan ruang, kulit dengan kulit, saling menekan berusaha membuat tubuh mereka menjadi satu.

Temponya meningkat dari waktu ke waktu dan nyala api keinginan yang membara dalam tubuh keduanya dibakar ke titik terpanas. Setiap kali Soobin mendorong ke depan, bokong Yeonjun akan mendorong ke belakang, mereka saling menabrak dengan kasar, kelimpungan mencari kenikmatan fana.

Pada dasarnya mereka sama ketika sudah di atas ranjang. Mereka menyukai seks yang panas, kelembutan hanya sebagai salam selamat datang, selebihnya itu adalah hasrat binatang di musim kawin. Mereka berlomba saling memuaskan satu sama lain. Mengeringkan hasrat basah mereka ke titik ekstrem. Semuanya untuk keinginan yang terbakar tetapi tidak pernah habis.

"Ah ahh... ahh uhm. S-Soobin lebih dalam. Ohh! D-di sanah akhh.. la-lagih... lagi! Anghh.."

Kain penutup mata Yeonjun sudah lama melonggar, mengungkap mata rubah yang berkabut basah dan linglung karena kenikmatan. Soobin menjatuhkan kain yang masih melilit itu ke leher Yeonjun, lalu menariknya dari belakang.

"Apakah enak, Hyung?" Tanyanya sambil terus menyodorkan miliknya ke titik yang paling dalam.

Tubuh Yeonjun berguncang hebat di bawah siksaan Soobin. Dia dipaksa mendongak oleh kain di lehernya yang tertarik. Sambil tersengal dan tercekat-cekat, dia menjawab. "Yah, kau melakukannya dengan benarhh ohh... percepat Soobin, akuh.. tidak ahh... tidak tahan lagi ahh."

Soobin tahu kekasihnya akan segera mencapai puncak. Dia mempercepat gerakan mendorongnya, menumbuk titik kelemahan Yeonjun di dalam dengan ganas, menggosok dinding rektumnya yang panas dengan urat-uratnya yang menonjol. Erangan Yeonjun segera mendominasi ruangan.

Mereka sepenuhnya mengabaikan keberadaan tiga member lainnya yang entah masih terjaga atau telah tidur di ranjang masing-masing. Yang mereka butuhkan saat ini hanya kepuasan seks.

Air mata Yeonjun jatuh ke atas bantal, suaranya serak. Soobin mencium pipi kekasihnya dari samping, lalu semakin gencar memompa kejantanannya yang berkedut.

Yeonjun sampai ke titik kritis, dia tidak tahan untuk keluar, tangannya berusaha menggapai penisnya sendiri yang sudah sangat berat, tetapi tangan Soobin segera meraihnya dan menahannya di atas kepala.

"Kau dilarang menyentuh dirimu sendiri, Hyung. Kau hanya boleh keluar karena penetrasi."

Yeonjun mengerang sedih di bawah siksaan Soobin. Titik nikmatnya terus dihajar tanpa ampun oleh Soobin dan dia dengan segera mencapai klimaks.

"Ah ahh.. akhh Soobinh ughh.. Soobinhh.. aku.. aku sampai urghhh..."

"Keluarkan sayang... umhh.."

"Akhhh Bin-ah!!!"

Yeonjun mengejang hebat ketika dia sampai. Ia melihat putih dan desahannya mengalun panjang bagai lolongan serigala. Namun di belakangnya Soobin masih terus menggempur lubangnya tanpa jeda, tak memberikannya waktu untuk beristirahat. Sisa-sisa klimaks membuat Yeonjun dengan cepat mengeras lagi.

"Ohh.. Bin-ah.. tunggu sebentar. Aku...aku baru saja ahh.. Aku baru saja keluar."

Namun ketika sampai di titik kritis, Soobin tidak akan mendengarkan apapun, dia seutuhnya menjadi binatang buas.

Soobin membalik tubuh Yeonjun, mengangkat kedua kaki putihnya yang panjang ke bahu miliknya sendiri, lalu kembali menerobos lubang bengkak di bawahnya dengan sekali dorongan. Yeonjun mendesah tak tertahankan.

"Hyung emrhh... tahan sebentar lagi. Aku akan sampai..."

Di bawah kuasa Soobin, Yeonjun hanya mampu mendesahkan namanya berulang kali. Suara kulit menabrak kulit terdengar nyaring bersama dengan suara becek di bawah sana, membuat pipi Yeonjun semakin panas dan panas.

Setelah dorongan kasar berulang kali, akhirnya Yeonjun merasakan batang Soobin membesar dan berkedut di dalamnya.

Soobin berbisik dengan suara serak di telinga Yeonjun. "Hyung, biarkan aku keluar di dalam."

Napas Yeonjun kacau balau. "Lakukanhh ahh.. keluarkan semuanya di dalamku, Soobinhh..shh..."

Dengan begitu, Soobin menumbuknya nyaris kesetanan. Yeonjun melenguh keras, dadanya membusung indah, dan bola matanya berputar linglung karena kenikmatan.

"Ah... ah ahh!"

Soobin merasa suara Yeonjun terlalu keras. Dia segera menunduk, mencium bibir Yeonjun dan menelan desahan mereka bersama.

Tiga kali tusukan dalam, Yeonjun mengejang dan Soobin membenamkan batangnya mencapai titik terdalam dan keluar dengan sangat banyak. Mereka ejakulasi di saat yang bersamaan.

Air mata Yeonjun meluncur di sudut matanya yang terpejam. Soobin dengan lembut melepaskan ciuman mereka, lalu menempelkan dahi basah keduanya.

"Hyung... terima kasih.. terima kasih sudah menghiburku."

Energi Yeonjun terkuras habis, dia bahkan tidak punya cukup kekuatan untuk sekadar membuka mata, hanya mampu mendengung sebagai respons dan langsung jatuh tertidur.

Keesokan harinya, Yeonjun terbangun dengan perasaan ringan. Dia duduk sebentar di atas ranjang dan menyadari bahwa tubuhnya sudah bersih dan tidak lengket. Soobin pasti membersihkan tubuhnya semalam ketika dia tidur lelap.

Yeonjun bangkit dari ranjang, dengan takjub menggerakkan pinggangnya ke kiri dan kanan.

"Oh! Ini tidak terlalu sakit. Apa aku sudah mulai terbiasa sekarang?"

Yeonjun hanya tidak tahu bahwa selain Soobin memandikannya semalam, mengganti seprai dan menyemprotkan pengharum ruangan, diam-diam dia memijat pinggang Yeonjun dengan minyak, berharap kekasihnya tidak memusuhinya sepanjang hari karena sakit pinggang.

Ketika Yeonjun membuka pintu kamar, dia melihat Beomgyu, Taehyun dan Hueningkai sedang sarapan. Ada kantung mata hitam di bawah mata mereka. Yeonjun dengan segera menyadari apa yang salah.

Beomgyu menguap sebelum menggigit roti selai cokelatnya. "Soobin Hyung menggertakmu lagi semalam?"

Yeonjun mengusap tengkuknya dengan perasaan bersalah.

"Yeonjun Hyung, kita ada latihan vokal untuk hari ini. Ku harap suaramu baik-baik saja." Taehyun mengucek matanya sesaat, lalu kembali melanjutkan sarapan.

Well, Soobin salah memperkirakan. Dia pikir dia akan selamat karena mengamankan kondisi pinggang Yeonjun, tapi dia lupa bahwa hari ini adalah jadwal untuk melatih vokal. Itu sebabnya sebelum rubah kesayangannya mencabiknya, dia pergi dengan tergesa ke kantor untuk bernegosiasi dengan pelatih vokal agar hari ini tidak terlalu keras pada Yeonjun. Setidaknya itu adalah usaha terakhir yang bisa dia lakukan sebelum Yeonjun mengamuk.

.

Selesai--uhuk!

...

Serpih ~7~
10 Oktober 2021


Mandi mandi mandiii!!! Aku harus membersihkan diri... :"D

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top