06

"Sudah di tutup." Ujar Sooyoung kala mobil milik Soojung berhenti tepat dihadapan gerbang besar yang kini sudah tertutup rapat.

Tentu saja, ini sudah pukul 08.00 malam. Dan dengan tidak waras nya mereka baru menjemput Yerim sekarang, setelah mereka sibuk bertengkar dalam perjalan yang seharusnya hanya memakan waktu setengah jam. Jangan tanya apa yang dilakukan dua gadis gila ini sampai sampai mereka melakukan hal bodoh untuk kesekian kalinya.

Setidak nya mereka sedikit merasa bersalah, mengetahui Yerim tidak pernah pulang naik taxi ataupun angkutan umum lainnya, dan selalu menunggu seseorang yang ia kenali datang menjemput.

Tapi hari ini mereka dan semua orang yang dikenalinya, bahkan kakak kakak nya tidak datang untuk menjemput gadis itu. Jadi mereka bertanya tanya apakah dia sudah ada dirumah sekarang? Atau masih menunggu disekoah? Mengingat Yerim menjadi satu satu nya diantara gadis lain yang paling setia menunggu.

Baru saja Sooyoung ingin mengirim pesan pada salah satu saudarinya untuk menanyakan Yerim, namun tiba tiba getaran notifikasi muncul dilayar ponsel nya.

Tertera nama Seulgi disana. Tanpa berfikir lama, Sooyoung langsung menaruh benda pipih tersebut disisi kepala tepat ditelinga.

"Apa Yer-"

"Pulang sekarang."

Dari intonasi yang terdengar dari sebrang sana, menyatakan bahwa sepertinya dirumah mereka terdapat ketegangan akan suatu hal saat ini karena dia bisa merasakan itu. Jadi tanpa berfikir lama, Ia meminta Soojung untuk pergi ke rumah mereka.

Mobilnya melesat dengan cepat ditengah jalanan kota Seoul yang kini sudah tidak terlalu ramai. Setelah mereka sampai keduanya, baik Sooyoung maupun Soojung langsung memasuki rumah dan mendapati ketiga gadis yang kini tengah menatap kearah mereka tepat setelah pintu utama dibuka.

Sooyoung sendiri kebingungan karena sama sekali tidak ada yang berbicara, mereka semua benar benar diam.

"Dimana Yerim?" Satu pertanyaan yang ada di kepalanya langsung terlontar begitu dia menyadari salah satu topik utama mereka tidak ada disana.

"Dikamar nya."

Sooyoung menghela nafas nya sedikit kasar setelah mendengar sebuah jawaban terlontar dari mulut Seungwan. Sedikit heran, kenapa mereka tampak begitu serius saat ini? Bahkan ketika gadis yang menjadi kekhawatiran mereka nyatanya sudah ada diruang tidurnya.

"Sial, dia membuat ku panik." Gadis remaja itu berdecak sebal.

"Lalu apa yang terjadi? Apa dia baik baik saja?" Tidak seperti Sooyoung yang saat ini sepertinya sudah tidak memikirkan Yerim setelah mengetahui gadis itu ada dirumah.

Tapi Soojung yang notabenenya sebagai orang asing diantara mereka, cukup menunjukkan rasa penasaran akan kekhawatiran nya. Dengan fakta dia sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka, meski tanpa ikatan apapun.

Jawaban lagi lagi didapatkan dari Seungwan yang menggelengkan kepalanya. Gadis yang tidak pernah banyak bicara itu membuat Sooyoung maupun Soojung sedikit terkejut.

"Dia mengikuti kami ke rumah sakit, dan hampir mengetahui semuanya."

"Apa? Bagaimana dia bisa mengikuti kalian?" Tanya Soojung.

Yang Soojung ketahui, bahwa mereka pergi ke rumah sakit saat Yerim berada ditengah tengah jam pelajaran. Jadi apa gadis itu membolos dan mengikuti mereka?

"Dia tahu kami pergi ke rumah sakit, sore ini. Entah sebuah kebetulan atau apa, tapi dia benar benar melihat kami disana."

Soojung dengan rasa salahnya, karena tidak menjemput Yerim tepat waktu dan dia juga sama sekali tidak sempat menghubungi Yerim. Tidak seperti yang dilakukan nya pada Sooyoung.

"Lalu?"

Disaat yang lain nya masih fokus dengan pertanyaan Soojung, kini Sooyoung sudah  bergegas meninggalkan tempat dan melangkahkan kakinya menuju kamar Yerim.

Melihat itu, gadis tertua disana memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan mereka, "Semuanya baik baik saja, Soojung. Terimakasih telah menjemput Sooyoung, kamu tidak perlu khawatir." Sahut Irene.
-

Tok' tok' tok'

Tak disangka, pintu besar berwarna putih itu langsung terbuka tak lama setelah Sooyoung mengetuk pintunya.

Dalam bayangan nya, mungkin Yerim enggan membuka pintu untuk mereka dan mengurung diri didalam sana.

Namun nyatanya tidak.

Yerim berdiri dihadapannya sekarang, dan dengan santainya membalas tatapan penuh tanya dari Sooyoung yang secara tidak langsung meminta penjelasan darinya.

"Gwencana, itu bukan hal besar."

Sooyoung mematung ditempat kala mendengar penuturan dari adik nya. Bagaimana dia bisa mengatakan bahwa ini bukan hal besar? Padahal gadis itu sendiri sudah dibohongi selama bertahun-tahun lamanya dan sampai saat ini dia belum mengetahui rahasia besar yang masih disembunyikan oleh yang lain.

"Kim Yerim–"

"Aku mengerti, kalian hanya ingin menjaga perasaan ku." Ucap gadis yang kini melepaskan tatapannya dari mata Sooyoung. "Tapi bisakah mulai sekarang, kalian membiarkan ku pergi ke rumah sakit untuk menemui ayah?" Tanya gadis itu.

"A-ani, tapi kondisinya saat ini–"

"Dia dirujuk ke rumah sakit umum, bukannya begitu?" Tanya Yerim. "Aku tidak tahu, itu kabar baik atau buruk. Aku belum sempat memastikan nya."

Sekarang Sooyoung benar benar bingung, dia sama sekali tidak mengetahui tentang rujukan rumah sakit itu. Tapi dia juga tidak bisa mengatakan kebenaran bahwa ayah mereka sengaja dikirim ke tempat rehabilitas.

Namun entah sebuah keberuntungan datang diwaktu yang tepat, ketika Irene bersama dua gadis lain yang memiliki usia yang sama, datang menghampiri mereka.

"Rujukan rumah sakit umum itu hanya untuk menjalani operasi, dia akan kembali ke rumah sakit jiwa setelah semuanya selesai." Sahut Irene.

Yerim melirik ke arah kakak tertuanya, sedikit kecewa karena gadis itu sama sekali tidak memberi alasan mengapa mereka harus menutupi semua ini darinya. Bahkan sejak mereka bertemu dirumah sakit, mereka berdua tidak saling bicara.

Karena itu, mungkin kali ini keduanya membuat suasana menjadi sedikit canggung.

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin kalian membiarkan ku untuk menemui nya, bukankah aku juga punya hak untuk itu?"

Keempat gadis yang lebih tua terdiam setelah mendengar penuturan dari yang termuda.

"Tapi kita tidak bisa melakukannya, aku harap kamu mengerti."

Yerim menatap kakak nya dalam dalam dengan kedua tangan yang dikepalkan dan rahangnya yang sedikit mengeras. Mungkin tadinya dia hanya sedikit kecewa, namun sekarang dia benar benar marah dengan sikap Irene saat ini.

"Bagaimana kakak bisa mengatakan hal seperti itu? Bahkan kakak tidak pernah mencoba untuk membuat ku mengerti! Kakak hanya bisa melarang ku tanpa mengatakan alasan apapun dan terus menutupi kebohongan!"

Jujur saja, setiap kata yang keluar dari mulut Yerim kini berhasil melukai hati mereka terutama Irene. Irene tau melakukan semua ini pada Yerim adalah sebuah kesalahan. Namun dirinya juga tidak tau harus bagaimana.

"Kamu boleh membenci ku Yerm." Kalimat itu keluar dari mulut gadis tertua disana.

"Aku membencimu kak, selalu."

"Kim Yerim." Lirih Sooyoung sedikit tersentak, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Yerim akan mengatakan kebenciannya pada orang yang selalu berusaha keras untuk menjaganya selama ini.

"Kalau begitu lakukan itu untuk seterusnya."

Mereka semua menatap kepergian Irene setelah gadis itu mengucapkan kalimat terakhir nya sebelum meninggalkan tempat.

Beralih pada empat orang gadis yang tersisa nan kini mematung diposisi nya masing masing, Sooyoung kembali menatap Yerim dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ada kilat kekecewaan.

Dan tentunya itu terlihat dari kedua insan termuda yang tengah menatap satu sama lain.

Sooyoung memang mencemaskan Yerim yang mungkin terluka dengan semua kenyataan yang baru saja gadis itu ketahui. Tapi fakta bahwa Sooyoung sendiri sama sekali tidak membelanya, justru membuat Yerim merasa tak ada satupun yang mengambil sisinya saat ini.

"Aku harap kamu tidak bersungguh-sungguh dengan perkataanmu." Dengan begitu Sooyoung melangkahkan kakinya untuk menyusul gadis tertua.

- F -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top