05

Son Seungwan.

Mendapat posisi ditengah tengah yang mana Ia merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara.

Gadis berusia 23 tahun ini banyak diberkati sekaligus di beri anugerah oleh Tuhan. Otak cerdas dengan segudang bakat, Ia juga memiliki pribadi yang cukup baik meski sering kali Ia terlihat acuh dan sama sekali tidak peduli terhadap sesama.

Banyak orang yang iri padanya walau Ia sendiri bahkan tidak pernah berusaha untuk menunjukan segala hal yang Ia miliki. Seungwan sangat keras pada dirinya sendiri, Ia tidak pernah puas jika dirinya tidak mendapatkan apa yang Ia impikan.

Setelah menyelesaikan studinya dan berhasil lulus lebih cepat dari yang lain beberapa waktu lalu dengan predikat yang baik. Kini Seungwan memilih untuk beristirahat sejenak dari kegiatan produktif yang seperti biasanya Ia lakukan semasa kuliah.

Gadis berambut cokelat sebahu dengan poni tipis itu baru saja keluar dari kamar nya dan mendapati seseorang yang sedang bersantai menikmati waktunya di depan jendela besar dengan secangkir kopi dan buku yang menemani sore harinya.

Meski ragu, Ia melangkahkan kakinya untuk ikut bergabung duduk disana bersama sang kakak yang tidak lain adalah Irene.

"Bagaimana?" Tanya Seungwan, yang memulai pembicaraan tanpa topik yang jelas.

Irene melirik gadis itu dari ujung mata dengan sedikit kerutan di dahi nya. "Apanya?"

"Kakak menemui dokter tadi siang bukan?"

Sebenarnya keduanya tidak terlalu tertarik untuk membicarakan hal ini, bahkan jarang sekali mereka membahas nya didalam obrolan mereka. Hanya saja Seungwan bingung apa yang harus Ia bicarakan dengan gadis yang 3 tahun lebih tua darinya ini.

"Bukan hal besar, hanya menandatangani surat rujukan ke rumah sakit umum." Jawab Irene dengan nada datar nya.

Seungwan memiringkan kepalanya, kenapa mereka diminta persetujuan untuk rujukan ke rumah sakit umum? Bukan kah si tua itu masih harus di tempatkan rumah sakit jiwa untuk rehabilitas?

"Untuk?" Tanya Seungwan.

Irene hanya mengangkat kedua bahunya sebagai pertanda bahwa Ia tidak tahu sekaligus tidak peduli. Dengan fokus yang masih sama, menatap buku sambil membaca nya. "Aku hanya diminta untuk menanda tangani suratnya."

"Itu berati kakak menyetujuinya?" Tanya Seungwan yang kini mulai serius, gadis itu melepas sandarannya, duduk tegap ke arah samping menatap kakak sulungnya.

Irene cukup terkejut dengan respon Seungwan, namun Ia tetap tenang dan tetap menyimpulkan bahwa itu bukan lah hal besar dan serius.

"Mwoya?" Irene melirik Seungwan yang kini benar benar menatap nya serius dengan sedikit rasa kesal.

"Kakak menyetujuinya tanpa mengetahui apapun? Harusnya kakak tidak melakukan itu tanpa alasan." Dengusan diakhir kalimat nya terdengar begitu jelas bahwa Ia marah saat ini.

"Kenapa kamu terlihat begitu peduli?" Tanya Irene. "Seungwan, ada apa dengan mu?"

Sebenarnya ini bukan tentang kepedulian Seungwan pada pria tua gila itu. Bahkan dia tidak sedikit pun memberi simpati padanya, namun yang Seungwan pikirkan saat ini bagaimana jika adik termuda mereka tau tentang hal ini, bukan kah Irene sendiri selalu was was tentang hal itu?

"Yerim, apa kakak tidak memikirkan nya?" Tanya Seungwan.

Irene menghela nafas, Ia jengah pada Seungwan terlalu khawatir akan hal sepele ini.

"Selama ini dia hanya tau bahwa ayahnya sakit parah dan harus dirawat dirumah sakit umum untuk waktu yang lama. Itu artinya ini malah menjadi hal baik, dia tidak perlu tau jika sebelumnya ayahnya dirawat dirumah sakit jiwa." Sahut Irene, yang berharap Seungwan paham dan berhenti mempertanyakan hal ini lebih lanjut.

Namun, kenyataan nya gadis itu kembali bersuara. "Jika Ia bebas dari rumah sakit jiwa, bukan kah itu artinya dia bisa keluar dari rumah sakit umum tanpa memerlukan waktu yang lama?"

Irene benar benar dibuat berfikir untuk kali ini oleh pertanyaan adiknya, benar juga dia bahkan tidak tau kondisi ayah mereka sekarang, karena mereka sama sekali tidak pernah ingin tahu bagaimana keadaan nya. Bagaimana jika pria itu sudah banyak membaik? Dia tidak boleh kembali ke kehidupan mereka bagaimana pun caranya.

"Aku akan menelfon dokter dan membicarakan nya."

-

Kakak
Jemput Sooyoung dan Yerim disekolah, aku ada urusan.

Seulgi berdecak sebal saat membaca pesan dari Irene, ayolah Ia berencana pergi berkencan dengan Oh Sehun setelah kelas nya selesai. Tapi kenapa Ia malah diminta untuk menjemput adik adiknya yang bersekolah ditempat yang berbeda nan saling berjauhan itu.

Kang Seulgi
Kenapa tidak Seungwan saja?

Kakak
Dia ikut bersama ku.

"Ck.. merepotkan." Decak sebal Seulgi lalu menghela nafasnya.

Ia melirik gadis berwajah datar nan sedari tadi duduk disampingnya sambil mendengarkan musik menggunakan earphone, sebuah ide baru saja terlintas dalam pikiran Seulgi. Mengingat gadis itu selalu dapat di andalkan sebagai teman sekaligus sahabat karib pasti nya dia akan membantunya.

"Soojung," Seulgi menyenggol lengan Krystal menggunakan sikut nya.

Gadis itu melirik sambil mengangkat satu alisnya. "Apa?"

"Jemput Sooyoung dan Yerim disekolah ya." Tukas Seulgi mengintruksikan Krystal.

"Kenapa aku?" Gadis itu mengerutkan dahinya, "Kau saja sana." Tolak Krystal mentah mentah.

"Aku tidak bisa, hari ini aku akan pergi bersama Sehun." Seulgi tersenyum bodoh hingga matanya menyipit dan Krystal hanya menatapnya malas. "Ayolah, adik ku adik mu juga. Lagi pula kamu tidak memiliki pacar dan tidak mungkin berkencan seperti ku bukan?"

"Minta tolong tapi tidak tau diri." Tukas Krystal.

Seulgi tertawa renyah tanpa merasa bersalah, "Kalau begitu aku pergi duluan ya, ingat jemput mereka jam 3 jangan telat! Nanti merengek kamu susah sendiri! Bye!"

Dengan begitu Seulgi meninggalkan Krystal sendirian ditempat dan pergi untuk menemui kekasih nya Oh Sehun.

"Kurang ajar."

-

Soojung
Aku diparkiran, Seulgi menyuruhku untuk menjemput kalian.

Sooyoung
Sebentar.

Krystal mendengus, Ia sudah hafal sebentar nya Sooyoung itu bisa sampai lebih dari satu jam. Pasti anak itu sedang sibuk memperhatikan siswa laki laki yang baru saja berhamburan keluar kelas.

Krystal menekan tombol untuk menghubungi anak itu agar Ia cepat keluar dan menemuinya di parkiran sekolah.

"Cepatlah, Yerim juga harus dijemput dia pasti menunggu!" Tukas Krystal.

"Jemput dia duluan saja kalau begitu."

"Ya! Aku sudah sampai sekolah mu bagaimana bisa kamu menyuruhku pergi menjemput Yerim. Cepat atau aku tinggal sekarang juga."

"Iya iya! Berisik!"

Telefon dimatikan sepihak oleh gadis remaja labil yang membuat Krystal naik pitam, padahal Krystal sudah banyak direpotkan oleh mereka tapi masih saja bisa bisanya memperlakukan nya seenak jidat.

Tak lama kemudian Ia bisa melihat sosok gadis yang terlihat sangat mencolok dengan gaya nya diantara banyak nya siswa yang ada. Dia berjalan ke arah mobilnya dengan raut wajah sebal sambil menghentak hentakan kakinya di aspal.

Dugh

"Duduk didepan! Kamu pikir aku supir mu? Huh?" Ujar Krystal menatap Sooyoung dari kaca.

"Aish, merepotkan." Decih Sooyoung, yang kini keluar lalu kembali duduk di samping kursi kemudi.

"Aku yang direpotkan! Asal kau tau!" Tukas Krystal, kemudian menyalakan mesin mobil dan pergi ke tujuan berikutnya yaitu sekolah Kim Yerim.

- F -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top