01
ⁱ ⁿ ᵗ ʳ ᵒ ᵈ ᵘ ᶜ ᵗ ⁱ ᵒ ⁿ
"Selamat pagi!"
Gadis berseragam sekolah dengan rambut coklat yang diikat kuncir kuda berjalan sambil melompat-lompat kecil ke arah meja makan.
• Kim Yerim gadis yang selalu memiliki senyum cerah dan bersemangat meski harus berhadapan dengan gadis gadis yang kebanyakan bermuka datar hampir di setiap harinya.
"Hey! Kau cantik hari ini."
"Aku tau, semua orang bilang begitu." Gadis itu mengatakannya dengan bangga lalu menyeret kursi meja makan untuk di duduki nya kemudian ia mengeluarkan benda pipih berwana hitam dan mulai berfoto ria.
• Park sooyoung gadis narsis yang memiliki gaya selangit, sedikit angkuh dan terlalu percaya diri.
"Simpan ponsel mu sebelum aku ceburkan ke aquarium."
Sooyoung berdecak sebal namun dia berusaha untuk tidak memperdulikan perkataan kakaknya dengan pura-pura tidak dengar.
"Satu,"
"Dua,"
"Ti-"
"Fine!" Sooyoung segera memasukkan ponselnya dengan kasar ke dalam kantong sebelum sang kakak benar benar melakukan ancamannya.
"Lain kali aku akan melemparkan benda itu jika kamu tidak nurut."
• Bae Irene, gadis tertua yang miliki kebiasaan mengatur dan mengharuskan semua orang untuk mengikuti perintah nya terlepas dari persetujuan orang orang yang terlibat.
"Ya, ya, ya terserah!" Tukas sooyoung.
Padahal makanan mereka juga belum disajikan tapi Irene tidak membiarkan mereka melakukan hal hal yang disukainya selain diam dan menunggu.
Sebenarnya, hal ini Irene lakukan agar tidak ada yang sibuk sendiri saat berkumpul.
Sooyoung kini beralih menatap salah satu kakak kembarnya.
"Kak, aku pinjam mobil mu untuk hari ini ya?"
"Hm."
Mata Sooyoung berbinar kala sang kakak menyetujuinya, tanpa ragu dia mengulurkan tangan nya untuk meminta kunci mobil.
"Aku simpan diruangan itu, didalam nakas laci pertama."
Sooyoung langsung beranjak berdiri bahkan hampir terjatuh kala dia terlalu bersemangat hendak menuju tempat yang ditunjukkan.
"Bolpoin nya juga ada diatas nakas."
"Mwo?" Sooyoung menghentikan langkahnya sesaat, lalu menolehkan kepalanya belakang, "Untuk?"
"Coret nama anak dengan nomor urut 4 yang bermarga Park." Ujarnya.
Senyuman mengejek terbit di wajah gadis gadis lain yang sudah duduk manis disana.
• Kang Seulgi gadis dengan pembawaan santai namun tegas dan memiliki kepekaan tingkat tinggi yang selalu memahami segala sesuatu.
Sooyoung memejamkan matanya sambil mendengus kesal sebelum kembali ke tempat duduknya.
"Kau tau kak, aku sudah 18 sebentar lagi juga 19 dan–"
"Terlepas dari berapa usian mu, Kamu tau betapa memalukan nya saat mendengar kabar ada seorang gadis yang kejar kejaran dengan polisi karna telah melanggar peraturan lalu lintas?"
"Kamu buta warna atau apa? Seharusnya siswa kelas 12 tau jika warna merah itu tandanya harus berhenti." Tambah Irene.
"Jangan lupakan kejadian tahun lalu saat dia hampir membunuh dirinya sendiri dengan menabrakkan mobil ku di jembatan layang."
Sooyoung kembali berdecak sebal, ketiga kakak nya tidak pernah mengerti apa yang dinamakan 'ketidak-sengajaan' yang dilakukan nya beberapa waktu lalu.
"Mungkin dia tidak akan mengulang kesalahan yang sama kali ini." Sahut gadis yang sedari tadi hanya menjadi penonton disana.
"Kim Yerim, kakak mu tidak butuh pembelaan dari gadis yang bahkan lebih muda darinya." Timpal gadis dengan warna kulit pucat pasi.
• Son Seungwan gadis dengan kecerdasan otak yang luar biasa, yang memiliki hati sensitif namun keras kepala dan tidak mau mengerti.
Keheningan kembali mengelilingi mereka sampai seorang wanita masuk ke ruang makan sambil membawa makanan yang akan disajikan.
"Nona, makanan nya sudah siap." Sahut salah satu pekerja dirumah mereka yang pergi berlalu setelah membungkuk sopan.
"Terimakasih." Jawab mereka bersahutan.
Mereka makan dengan tenang, awalnya tidak ada suara selain dentingan sendok yang bergesekan dengan alat makan lain. Namun, kini suara Sooyoung kembali terdengar seiring dia mengomentari segala hal dengan mengoceh tidak jelas.
"Sejak kapan mereka menyajikan makanan dengan piring kotak?"
"Mungkin alat makan berwarna silver lebih bagus dari emas, tapi tidak lebih mewah."
"Eum medium rare, Aku suka."
"Memotong daging itu harus sesuai, jangan melawan arus."
"Oh wow, bagaimana rasanya jadi tuan putri yang menghadiri acara makan malam kerajaan?"
"Aku harus mencoba nya."
"Park Sooyoung." Tegur Irene pelan.
Ayolah meski dia tidak mengeluarkan suara yang keras tapi apa yang dilakukan nya sekarang juga sangat menggangu yang lain, bahkan sedari tadi Seungwan juga beberapa kali berdecak sebal.
"Bisa kah kamu makan dengan tenang?"
"Memang nya kenapa? Lagi pula aku bicara sendirian."
Irene memutar matanya malas lalu memutuskan untuk kembali menghabiskan makanannya. Percuma, kalaupun Irene berbicara panjang lebar, anak itu tidak akan mendengar nya.
"Minggu ini dokter ingin bicara dengan salah satu dari kita." Sahut Seungwan disela sela acara makan pagi mereka, "Tapi pastinya bukan aku." Lanjutnya, yang membuat ruang makan kembali hening sesaat.
Irene menaruh sendok dan garpu nya lalu mengambil segelas air untuk diminum setelah itu baru dia menatap satu persatu adiknya.
"Aku sibuk." Sahut Seulgi, yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya pada piring makanan nya.
"Sooyoung?"
"Kakak pikir aku mau?"
Irene menghela nafasnya tidak mungkin juga dia menyuruh Yerim ke rumah sakit. Irene berfikir sebentar, apa dia harus menyuruh orang untuk datang kesana? Tapi jika begitu semua orang akan mengetahui apa yang terjadi.
"Aku saja."
Semua orang yang ada langsung menatap gadis termuda yang baru saja bicara.
"Tidak bisa, Anak kecil tahu apa."
Decakan sebal terdengar dari Kim Yerim ketika Seungwan melarangnya untuk pergi.
"Dokter ingin bicara serius, jadi harus orang dewasa yang pergi ke rumah sakit." Ujar Seulgi berusaha meluruskan kalimat Seungwan yang mungkin sedikit melukai hati Yeri.
"Tapi aku dan kak Sooyoung hanya berselisih dua tahun. Aku bisa mendengarkan lalu menyampaikan kembali apa yang disampaikan oleh dokter pada kalian, apa susahnya? Lagi pula aku belum pernah bertemu ayah." Sahut Yerim dengan lirihan pelan diakhir kalimatnya.
Sejenak semuanya terdiam, diantara mereka, memang Yerim yang belum pernah menemui ayah nya setelah bertahun tahun lamanya.
Mereka mengerti mungkin gadis itu juga bertanya tanya, hanya saja mereka juga belum bisa membiarkannya untuk mengetahui apa yang terjadi.
"Kamu harus pergi ke sekolah, jadi biar kami yang mengurus hal ini." Tukas Irene.
- F -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top