He Knows
Park Jonggun (Gun Park) / Park Joeng Geon x Ariana Ochikage (OC)
LOOKISM (WEBTOON) fanfiction written by KIA.
LOOKISM character and story belong to Park Taejoon.
***
Bagaimana Ariana harus menjelaskan perasaan ini sekarang? Makin dipikirkan, dia jadi makin tenggelam dengan anggapan tidak seharusnya kau merasa begini. Memang hubungannya dan Jonggun hanyalah sebatas bayaran di muka, kepura-puraan yang dilabeli romansa palsu untuk menipu sejumlah pihak, konsep pasangan semu ini terjadi di atas keuntungan bersama.
Ariana merasa dirinya tak berhak untuk mengetahui hal-hal tentang Jonggun, di luar kepentingan dan keperluannya sebagai seorang rekan kerja dan apa yang bisa gadis itu simpulkan dari berbagi pengalaman selama beberapa tahun saling mengenal sang pemilik julukan Shiro Oni. Meskipun tahu bahwa dia tidak seharusnya kepo mengenai informasi sepele tentang laki-laki tersebut, Ariana pada akhirnya tidak bisa menahan diri.
Dan dia menyesalinya.
Hari itu teman sekolahnya sibuk membicarakan pacarnya; memberitahu hal-hal yang disukai dan tidak disukai sang kekasih seolah-olah seluruh dunia perlu tahu bahwa laki-laki yang telah membuat temannya ini mabuk kepayang aslinya takut dengan serangga berkaki banyak. Lalu Ariana jadi berpikir, apa hal yang diketahuinya soal Jonggun?
Selain hal-hal yang kerap laki-laki itu tunjukkan. Seperti brand ternama yang dia kenakan untuk melapisi tubuh indahnya, rokok yang selama ini mencumbu bibirnya, minuman beralkohol yang meraup kesadarannya, kendaraan pribadi baik mobil ataupun motor yang menjadi aset favoritnya, lalu tentu saja kesenangannya bertarung dengan orang-orang kuat. Selain itu, Ariana tidak mengetahui hal-hal khusus yang disenangi oleh Park Jonggun.
Apa lagu favoritnya? Pertanyaan itu membuat kening Ariana berkerut.
Makanan yang dia sukai? Rasanya kepala Ariana seperti kosong.
Apakah dia punya alergi? Ini sama seperti mengatakan apakah Ariana tahu jumlah wanita yang tidur dengan kekasih palsunya sebelum ini? Jawabannya adalah TIDAK dan dia sebenarnya tidak peduli, tetapi bukankah sebenarnya dia perlu tahu untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa laki-lakinya membawa penyakit menular? (Amit-amit, yah) Ariana merasa perlu tahu apa alergi Jonggun sekarang (untuk jaga-jaga).
Park Jonggun adalah orang yang jelas. Sejelas cairan wine dalam gelas kaca. Dia menarik batasan yang jelas antara hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang saat sedang bersamanya. Dia menetapkan porsi yang jelas antara kehidupan pribadi dan dunia pekerjaannya. Dia menarik garis yang jelas mana hal yang bisa dilakukannya untuk Ariana dan mana yang tidak seharusnya dia lakukan dan masih banyak lagi.
Dan dia juga dengan jelas, memutuskan bahwa memberi too much information pada Ariana masuk ke kategori hal yang tidak seharusnya dia lakukan. Jika gadis itu ingin tahu, maka dia harus berusaha mendapatkannya dan memperoleh sesuatu dari Park Jonggun sama sulitnya dengan menahan napas lebih dari setengah menit di dalam air. Pilihannya hanya; selamat kau berhasil! atau mati.
Ariana meluruskan badannya yang kaku di atas sofa dalam kamar tidurnya. Mau dipikirkan berkali-kali sampai kepalanya perih sekalipun, dia yakin bahwa tindakan hari itu adalah salahnya. Namun, dia tak yakin dengan pasti bagian mana yang salah.
Apakah meluncurkan pertanyaan-pertanyaan seperti; hei, aku penasaran apakah kau punya warna kesukaan? Omong-omong, apa makanan favoritmu? Parfum jenis apa yang kau gunakan? Wanginya enak dan hal-hal bodoh sejenis ketika Jonggun baru pulang kerja bukanlah ide yang bagus. Ariana juga akan marah jika seseorang menyerobot waktu istirahatnya dengan sekumpulan pertanyaan tak berarti.
Gadis berdarah Jerman itu masih diam saja selagi Jonggun mengabaikan pertanyaan-pertanyaan barusan. Dia bahkan buru-buru meminta maaf karena sudah menganggu waktu istirahatnya dan memutuskan untuk bertanya lagi nanti. Lalu waktu makan malam, Ariana sudah berhati-hati untuk bertanya; "Besok bisa beritahukan aku apa makanan kesukaanmu atau apa yang ingin kau makan? Akan kupesan." Soalnya dia tidak bisa masak dan Jonggun—menurut Ariana tindakannya kurang ajar—membalas tawaran murah hati itu dengan kalimat, "Why the hell do you want to know about me so bad?"
Ariana tanpa sadar menepuk meja makan mereka dengan kencang. Kesabarannya memang tidak setebal orang-orang dan dia sudah memberi sejumlah pengecualian di sana-sini sebelumnya. Gadis itu bahkan berdiri dari bangku sampai kursinya terjatuh sementara teman makannya hanya memandangi sosok yang dikuasai emosi tersebut dengan pandangan kalem dan tenang.
Ariana menarik napas dengan mata terpejam. Dia tidak mungkin memulai perdebatan karena hal kecil, juga tidak mungkin melukai egonya dengan bilang; karena aku ingin tahu apa yang disukai pacarku. Mereka bahkan tidak benar-benar berkecan! Detik itu, yang ada dalam dalam pikirannya hanyalah enyah dari hadapan sang Yamazaki dengan cepat.
Dalam perjalanan pulang mengendarai motor yang sengaja ditarik gasnya kencang-kencang, sambil meliuk-liuk di jalanan yang tak lapang, dan mengabaikan peraturan lalu lintas beserta resiko ditahan oleh kantor kepolisian. Ariana meninggalkan restoran tempatnya berkencan dengan perasaan terburuk.
Gadis itu berdecak dan bangkit dari sofa. Dia berjalan mendekati setumpuk paket yang telah disusun sampai lebih tinggi darinya. "Harusnya aku tidak begitu, kan? Semua orang punya privasi."
Kalau saja Ariana lebih sabar hari itu dan lebih mengamati. Dia harusnya melihat bahwa Jonggun melebarkan mata hitamnya begitu melihat gadis itu memukul meja. Sebuah tatapan yang tak sering Jonggun tunjukkan. Tatapan yang berkata*; ah, sial. Aku membuat kesalahan* dan rasa bersalah bukanlah hal yang dimiliki oleh laki-laki berdarah dingin yang melibas seluruh klan dalam sehari tersebut*. D*ia bahkan berusaha meraih tangan Ariana saat gadis itu menjauhi meja makan mereka dengan tergesa-gesa, tetapi meleset.
Jonggun bersumpah dia bisa membaca ekspresi Ariana yang mirip dengannya ketika sesuatu membuatnya kesal bercampur muak. Rasa muak itu membuatnya tak bisa berkata apa pun dan Jonggun membiarkan gadis itu pergi untuk memberinya ruang, lalu tanpa sadar bibirnya menggumamkan permintaan maaf setelah punggung gadisnya tak lagi terlihat di pintu restoran. Lagi-lagi hal yang aneh, Jonggun merasa dirinya aneh.
Park Jonggun tidak mungkin mengatakan kalau dirinya mau menghabiskan lebih banyak waktu bersama Ariana Ochikage agar gadis itu tak perlu melempar pertanyaan dan mengenalinya secara alami. Bukankah begitu cara seseorang melakukan pendekatan? Bukankah itu esensi dari memiliki kekasih? Karena kau bisa mempelajari mereka seiring berjalannya waktu. Jonggun kira Ariana lebih berpengalaman darinya soal romansa, tetapi sekarang dia merasa tidak membaca gadis itu dengan baik karena sudah membuatnya kesal untuk hal kecil.
Kalau Jonggun bisa memaklumi semua tindakan bodoh dan konyol rekan kerjanya yang berambut pirang, kenapa dia tidak bisa memaklumi rasa penasaran pacarnya sendiri?
Pacarnya? Kami bahkan tidak berkencan sungguhan.
Hubungan palsu ini di luar dugaan lebih menyakiti kepala dan menguras isi otak Park Jonggun dibanding mengurus uang setoran yang harus diambil dari 400 tempat.
Perasaan itu rumit, sesuatu terjadi dan terkadang hal tersebut tidak dapat dijelaskan dengan logika ataupun dijabarkan menggunakan akal sehat secara sistematis. Itulah kenapa Ariana ataupun Jonggun berakhir saling diam selama tiga hari terakhir dan sekalipun tidak mau mengakui, orang lain dapat melihat betapa hilangnya mereka tanpa satu sama lain. Keduanya keras kepala dan bergengsi tinggi. Ariana tidak akan menelfon apabila Jonggun tidak melakukannya lebih dulu dan Jonggun tidak akan mengirim pesan, apabila Ariana tidak melakukannya lebih dulu.
Tiga hari ini dihabiskan keduanya untuk mengoreksi kesalahan masing-masing dan Park Jonggun mengambil langkah berdamai lebih dulu dengan mengirimkan hadiah-hadiah ke rumah Ariana dan semua hadiah yang sekarang baru dibukanya itu membuat sang gadis kebingungan setengah mampus.
Putri konglomerat itu tak sangka kalau kekasih bayarannya akan mengirim buket bunga yang dia sukai, bersama berkaleng-kaleng makanan setengah jadi yang dia gemari. Dia juga mengirim banyak sekali perlengkapan dandan dan perawatan kulit yang semuanya, semua adalah produk yang Ariana kenakan. Bahkan Ariana sendiri terkadang lupa dengan merk *skincare-*nya, tapi laki-laki dingin ini ingat? Ariana juga menemukan sebuah gelang emas putih yang pas di pergelangan tangannya dalam tumpukan kado tersebut. Gelang yang waktu itu iseng dia tunjukkan dari majalah dan dikomentarinya di sebelah Jonggun hanya karena Ariana mengenal desainernya.
Di luar itu semua, dia paling terkejut karena Jonggun tahu ukuran kakinya. Sepatu ini, warna, dan bahkan modelnya adalah favorit Ariana Ochikage.
"Apa ini sogokan?" Ariana bermonolog sembari meraih ponselnya dan mengetik nama Jonggun di layanan kontak. Sejak kapan CEO ARIA inc. ini menjadi luluh di hadapan lautan hadiah? Otaknya berkata bahwa dia bisa membeli semua ini dengan uang sendiri dan tak perlu seseorang untuk menghadiahkannya dengan embel-embel meminta maaf, otaknya berkata bahwa jika Park Jonggun ingin dimaafkan maka dia harus datang kemari, menunjukkan batang hidungnya dan bicara langsung di muka. Namun, hatinya berbeda.
Bukankah itu artinya dia sangat memperhatikanmu? Kapan terakhir kali seseorang benar-benar mengenali selera Ariana tanpa perlu dia jabarkan. Kini gadis itu sadar bahwa mungkin saja Jonggun akan lebih tersentuh jika dia mengamati dan mengetahui hal-hal yang disenangi lelaki itu dengan sendirinya tanpa perlu bertanya.
"Ya, pasti begitu."
Sang gadis telah menyusun kalimat permohonan maaf dan ucapan terima kasihnya dengan sangat baik selagi nada sambung terdengar dalam ponsel.
Namun, begitu suara berat dan sedikit kasar milik sang kekasih terdengar di seberang sana. Semua rencana ucapannya lenyap seperti lilin ulang tahun yang tertiup dan kalimat yang keluar adalah, "Hei, terima kasih untuk hadiah-hadiahnya. Kurasa aku merindukanmu."
Gadis itu merutuki kebodohannya dan bersusah-susah memikirkan kalimat untuk mengelak. Jonggun membalas, "Aku juga. Ayo bertemu. Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan menuju ke tempatmu sekarang. Ada yang perlu kita bicarakan, bukan?"
Terlambat tiga hari lamanya.
Andai saja mereka bicara seperti ini sejak tiga hari yang lalu adalah satu-satunya penyesalan di penghujung perkelahian konyol mereka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top