6 | Elio

| Play and listen to the multimedia for a better experience |

Now I can't stop thinking 'bout you

How your eyes meet mine and how you fill up my mind

Can't you please be mine?

Cause you're my favorite

In a room full of art

My eyes for you, I can't discard

*****

Ada hari-hari di mana kita punya banyak banget kerjaan, tapi malah rebahan di kasur sambil megang ponsel, terus scrolling Instagram sampai berjam-jam. Inilah yang kulakukan sekarang. Aku lagi lihat-lihat unggahan terbaru di akun Délice Cake and Pastry. Enggak ada yang menarik, isinya cuma foto-foto dessert yang diambil oleh amatir. Ini bukan karena aku seorang fotografer, ya. Siapa pun yang melihat pasti setuju kalau foto-foto ini diambil oleh pemula yang masih awam soal fotografi.

Waktu ku-scroll terus ke bawah, ke unggahan beberapa tahun lalu, sampailah aku di era ketika Délice masih berjaya dan memiliki toko offline. Terlihat jelas saat itu akun tersebut diurus oleh tangan yang tepat. Kontennya variatif, pengambilan gambarnya bagus, engagement-nya juga oke. Berbanding terbalik dengan sekarang. Sepertinya tiap minggu mereka hanya mengunggah satu sampai dua konten saja, itu pun terlihat asal. Keputusanku buat ngebantu Luna sudah tepat. Délice Cake and Pastry jadi punya materi konten yang lebih fresh untuk di-upload.

Ah, Luna lagi, Luna lagi.

Semenjak Luna datang ke rumahku, aku enggak bisa berhenti mikirin dia. Makan ingat Luna. Kerja ingat Luna. Mau tidur ingat Luna. Mandi dan ganti baju ingat Luna—oke, ini terdengar salah. Bahkan lagi scrolling Instagram pun aku kepikiran Luna. Aku masih penasaran kenapa orang yang penampilannya persis seperti masa laluku harus muncul di hadapanku. Kayaknya Tuhan lagi ngerjain aku supaya move on-nya makin susah.

Gimana kalau aku mampir ke akunnya? Tapi ... username-nya apa, ya? Ah, tinggal kucari saja nama 'Luna' di kolom pengikut Délice Cake and Pastry, 'kan?

Ada dua nama Luna di sana. Yang pertama adalah akun bodong dengan foto profil kucing hitam peliharaannya Sailor Moon, dan yang kedua sudah pasti adalah akun yang kucari; nama yang tertera adalah Luna Swastamita. Kutekan username-nya, lalu aku melihat wajah Luna di mana-mana. Ketika ia selfie di meja restoran bersama teman-temannya, ketika menjaga toko, ketika berpose di museum seni, ketika duduk di ayunan sebuah taman, dan ketika memanggang kue. Banyak pula foto-foto kutipan dari buku. Selain suka kulineran, jalan-jalan, dan bikin kue, kayaknya Luna juga hobi baca novel.

Foto terakhirnya adalah ketika ia mengenakan toga dan berpose di depan gedung salah satu universitas negeri ternama. Itu pun diunggah setahun yang lalu. Yah, sayang banget, padahal aku mau lihat unggahan terbarunya, tapi Instagram-nya enggak update.

Aku mengecek kolom tag dan menemukan Luna yang sedang berfoto bersama teman-temannya. Ada teman-teman kuliahnya, teman SMA, bahkan tetangganya. Kenapa aku bisa tahu? Itu semua adalah hasil stalking selama hampir setengah jam. Aku juga menemukan beberapa video Reels yang menggambarkan interaksi Luna bersama teman-temannya.

Kalau dilihat-lihat dari media sosialnya, Luna orangnya asyik diajak berteman. Anaknya juga ceria. Pokoknya wajahnya selalu cerah kalau di depan kamera, bahkan yang diambil secara candid sekali pun. Kayaknya dia juga lumayan populer, soalnya followers-nya hampir nyentuh angka seribu.

Namun, kenapa Luna yang kutemui vibe-nya beda jauh dengan yang di Instagram, ya? Anaknya jarang senyum. Ia bahkan cuma mau ngomong kalau kuajak mengobrol. Malahan, aku sempat memergokinya melamun, seolah-olah pikirannya enggak di tempat, padahal aku sedang berbicara dengannya.

Jangan-jangan dia males sama aku? Jangan-jangan dia enggak mau berteman sama aku? Ah, tapi kami baru ketemu dua kali, kok. Enggak mungkin langsung akrab, 'kan? Bisa jadi Luna juga tipe cewek yang enggak gampang dekat sama orang baru.

Ada desakan aneh yang bikin aku pengin nge-chat dia lewat WhatsApp. Mungkin karena kangen. Namun, aku sadar belum menyelesaikan editan foto kue-kue dan pastry milik Délice Cake and Pastry. Nanti aku harus ngomong apa ke Luna? Jadi, langsung saja aku bangun dan membuka laptop, mengulik Adobe Photoshop sampai larut malam. Akhirnya aku punya motivasi kuat untuk menyelesaikan pekerjaanku yang lama tertunda gara-gara keasyikan ngecek media sosial.

Sesuai janji, aku selesai mengedit semua foto dalam waktu tiga hari. Akhirnya, aku punya alasan untuk menghubunginya.

Elio Sandyakala
Malam, Luna
Editan fotonya sudah selesai nih
Foto-fotonya udah ada di hardisk eksternal
Nanti kamu tinggal copy aja
Kapan kita bisa ketemu lagi?

'Kapan kita bisa ketemu lagi?' Astaga, modusmu, El!

Aku mengecek setiap sepuluh menit sekali, tetapi enggak ada balasan. Malamnya selesai menggosok gigi, aku melihat Luna sudah membaca pesanku. Kutunggu ia membalas, tetapi tulisan typing di atas ruang obrolan enggak juga muncul. Akhirnya, aku menyerah dan tidur. Keesokan harinya, barulah Luna membalas.

Bulan🌙
Pagi, Kak. Maaf baru bisa balas
Kalau dikirim lewat Drive aja apa bisa?

Kutepok jidatku. Ah, iya juga. Zaman sudah modern, akses internet mudah. Foto yang kuedit bisa diunggah ke Drive, jadi Luna tinggal mengunduhnya di rumah. Otakku berpikir keras untuk mencari alasan agar aku bisa menemuinya lagi.

Elio Sandyakala
Memori penyimpanan Drive gratisanku penuh
Jadi enggak bisa upload foto lagi
Udah telanjur dipindahin ke hardisk juga sih

Luna butuh waktu beberapa jam untuk membalas.

Bulan🌙
Oke kalau gitu
Besok siang saya bisa, tapi enggak bisa lama

Elio Sandyakala
Kalau besok enggak bisa jangan maksain
Cari hari lain aja
Aku santai kok
Weekend gimana?
Sekalian aku mau ngajarin kamu gimana cara optimasi medsos
Biar foto-foto yang kemarin enggak cuma jadi katalog aja
Tapi bisa diolah jadi konten lain yang bisa ngehasilin engagement dan conversion

Bulan🌙
Ngerepotin enggak, Kak?
Enggak perlu diajarin juga enggak apa-apa kok
Saya bisa belajar sendiri

Elio Sandyakala
Enggak, dong
Kan aku yang nawarin😉

Akhirnya, Luna pun setuju. Setelah menentukan tempat dan waktu temu, obrolan pun berakhir. Sebenarnya, aku sudah memikirkan banyak topik agar obrolan enggak terputus, tetapi aku enggak mau membuatnya risi. Kalau mau mendekati cewek kayak Luna, harus pelan-pelan. Lagi pula, kami akan bertemu lagi, 'kan? Aku hanya perlu bersabar.

Setelah bertemu dengannya lagi, aku tidak menyangka perasaanku padanya jadi makin serius. Namun, semakin mengenalnya, semakin sedikit aku tahu tentangnya.

Luna menyimpan terlalu banyak rahasia.

Dukung Serene Night dengan menekan bintang di pojok kiri bawah 🌟

8 Juni 2024

*****

Aku ... bingung mau ngomong apa😂

Absen dulu deh. Kalian bisa baca Serene Night gara-gara apa?

1. Liat cerita ini dari base Twitter

2. Liat cerita ini dari FB, TikTok, atau IG

3. Pembaca Kapan Lulus atau cerita lain yang nyasar ke sini

4. Dari hashtag atau randomly nemu di Wattpad

5. Direkomendasiin orang lain

6. Lainnya (boleh sebutin)

Udah, sekian aja cuap-cuap aku hari ini (padahal enggak ada cuap-cuap). Sampai ketemu minggu depan!💓

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top