6. Perlahan Menghilang
®®®Puluhan tahun, ratusan tahun, maupun ribuan tahun. Kehidupan yang kujalani, tak meninggalkan jejak dalam, diri orang orang yang kutemui. Itu, tidak masalah. Aku, hanya perlu satu orang yang tetap mengingatku. Bahwa aku ada, dan pernah menjadi sesosok yang istimewa dalam kehidupan itu®®®
☺
Musim berganti dengan cepat. Masa masa sibuk bagi, anak sekolahan telah tiba. Apa lagi kalau bukan sebuah ujian. Dan, yang lebih membuat semua ini parah adalah sistem sekolah didesa sunagakure yang mengharuskan anak kelas pertama mengikuti tes pra ujian. Dan, itu berlangsung selama 1 bulan lebih.
Angin, yang berhembus masuk kedalam celah celah ventilasi. Angin yang membawa kesegaran pada penghuni dalam ruang kelas itu. [Name], mengotak atik pensil mekaniknya. Disaat, kertas terakhir dan beberapa soal terakhir berhasil ia selesaikan, asalkan pensil sialan itu tidak macet ditengah jalan.
[Name] berdecak kesal. Padahal, ini soal ujian yang ia suka. Soal hitung menghitung, merupakan andalannya. Mana bisa ia, melewatkan satu soal untuk tidak mengisinya.
"Sut sut, Temari. Hey, kau bawa pensil lagi tidak?" [Name] menendang kursi didepannya. Membuat Temari menoleh, sebentar. Lalu menggeleng.
[Name] menghela nafasnya. Ia, melirik jam didepan kelas. Pukul 13.50, berarti tinggal 10 menit lagi, sebelum ujian selesai. Lalu, matanya teralih, kemeja pengawas. Yang tengah menatap tajam dirinya.
[Name] melayangkan senyuman, canggung. Membalas tatapan tajam itu. [Name] menutup soal dan lembar jawabannya. Ia, menyerah. Dan menyudahi menjawab ujian itu. Toh, 3 soal tak ia isi tak akan berpengaruh banyak. Ia, yakin akan kemampuannya. Semua yang ia jawab pasti benar. Jadi, kehilangan tiga point bukan masalah besar baginya.
*****
"Argh, sial. Susah banget!" Temari, mengacak acak rambutnya frustasi.
"Menurutku, itu lumayan mudah." ujar [Name] enteng.
Temari, berlari ketempat duduk [Name], setelah berlari lari frustasi mengelili kelas.
"Hah, mudah? Kau gila? Itu, soal tersusah sepanjang sejarah. Apa apaan dengan hitung hitungan itu. Aku sudah mencari carinya. Menghitung, sana sini tapi tak menemukan jawabannya. Dan, apa dengan semua rumus itu. Soal matematika ini, sungguh gila."
Kesal Temari, menggebu gebu. [Name] terkekeh, melihat amarah mengempul dari sahabatnya itu.
"Oh ya, [Name]. Sebentar lagi, kita akan liburan musim dingin. Bagaimana, kalau kita pergi ke desa konoha? Aku, ingin merasakan hujan salju. Yang tak pernah terjadi didesa."
Ah [Name] hampir saja lupa dengan waktu. Ini sudah memasuki musim dingin. Berarti, sudah 3 bulan berlalu semenjak musim panas dan festival itu.
Karena terlalu, sibuk mempersiapkan ujian. Ia juga sampai lupa, dengan aktifitas klubnya. Ini sudah 2 setengah bulan ia, tak mengikuti aktifitasnya itu. Saking, sibuknya ia sampai lupa. Menyapa atau sekedar berkujung untuk bertemu Sasori.
"[Name] karena hari ini, pra ujian sudah selesai. Bagaimana kita pergi karaoke? Gara dan teman temannya mengajak kita. Apa kau mau ikut?" ajak Temari.
"Heum, maaf. Aku tidak ikut. Hari ini, mau pergi klub. Kalian, saja." tolak [Name].
Temari menyeritkan alisnya. "Sejak kapan, kau ikut aktifitas klub? Bukannya, selama ini. Kau menolak ikut, aktifitas seperti itu?" bingung Temari.
[Name] pun dibuat bingung dengan ucapan Temari. "Bukannya, aku sudah bilang ya? Aku ikut kugutsu klub. Apa kau sudah lupa Temari?"
Temari, tertawa. "Hey, kugutsu klub? Jangan mengarang [Name] disekolah ini mana ada, klub seperti itu. Kalau ada pun, itu sudah lenyap ratusan tahun. Kau, sudah gila gara gara semua ujian ini." Temari, merangkul sahabatnya itu.
"Ayo, kita hilangkan semua kesetresan ini dengan bernyanyi." ajak Temari lagi.
Hah, tunggu. Lenyap? Makasudnya? [Name] semakin dibuat bingung.
"Aku, tidak gila Temari. Kugutsu klub itu ada. Sasori-senpai yang menjadi, ketuanya. Sasori." [Name], menekankan kata terakhirnya.
"Ah, tunggu. Baiklah, Sasori? Siapa dia? Apa ada, senpai dengan nama itu? Tenanglah, [Name] mungkin kau terkena halusinasi ujian ini. Makanya, kau yang semakin melantur. "
"Justru kaulah yang melantur Temari. Jelas jelas, Sasori-senpai itu ada. Kau, ingat saat Tanabata matsuri 3 bulan lalu? Sasori, ikut bersama kita. Gara-kun, Sasuke-kun, Naruto-kun, Deidara-senpai pun. Berbicara dengan Sasori-senpai. Kau, pun Temari. Sasori-senpai membantu mu dekat dengan Shikamaru-kun. Apa kau, tidak ingat itu semua?"
Temari, menepuk pundak [Name] pelan. Menenangkan kekesalan yang tergambar jelas diwajahnya.
"Baiklah, kau tidak berbohong padaku. Tapi, [Name] aku pun tak punya alasan berbohong padamu. Disekolah ini, tidak ada yang bernama Sasori ataupun kugutsu klub. Jika, kau tidak percaya buktikan saja sendiri. Aku, akan pulang dulu. Semua ini, jadi membuat kepalaku pusing."
[Name] menggisik gisik matanya. Ia menampar dua kali wajahnya dengan kedua tangannya. Menenangkan dirinya kembali. Benar, ini tak akan selesai jika ia tak memastikkannya sendiri.
*****
Entah kalimat apa? Entah reaksi seperti apa?Yang harus [Name] berikan, untuk apa yang ia lihat dihadapannya.
Kakinya, lemas. Matanya, yang semula penuh dengan keyakinan kini hancur. Hanya bisa diisi, oleh air mata ketidaktahuan dan kebingungan atas apa yang selama ini terjadi padanya.
Apa ini semua hanya mimpinya? Atau halusinasinya? Tentu saja bukan, kan? Ia, bisa memastikannya dengan jelas bahwa 2 setengah bulan lalu, ruangan itu masih disini. Orang, itu masih tertidur ditumpukan boneka kayunya. Dan, kopi hangat itu masih tak pernah disetuhnya sampai benar benar dingin.
Semua itu, masih tergambar jelas dikepalanya. Semua ini, bukan mimpi atau halusinasi. Tapi, kenapa? Apa yang salah?
"Sudah kuduga, kau akan kesini. Bisa, kau ikut denganku. Dan, simpan sebentar tatapan seribu pertanyaan itu."
*****
Hoho minna-san, gomen baru up. Tapi, yaudahlah, semoga kalian enjoy sama cerita ini.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Terima kasih, pada kalian. Yang masih, nunggu cerita ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top