Serendipity 4: That Lunch
Lisa memandangi Jennie yang sedang duduk berceloteh dihadapannya, bercanda, bercerita, bercerita, dan bercerita sampai keduanya saling mengetahui latar belakang dan profil masing-masing. Sudah hampir satu jam mereka menghabiskan waktu makan siang. Makanan di meja mereka bahkan sudah tandas, tersisa masing-masing segelas milkshake di hadapan mereka.
"Jadi, kenapa kalian putus?"
Sampai satu pertanyaan Lisa membuat raut wajah Jennie berubah menjadi sedikit sedih.
"Ada satu hal." Jennie tersenyum.
Senyum yang Lisa tahu hanya untuk menutupi luka masa lalunya saja agar terlihat tegar dihadapan Lisa.
"Dia..." Jennie mengumpulkan tenaganya, ia menghela napas panjang.
Lisa menyentuh punggung tangan Jennie yang nganggur diatas meja.
"Sudah. Lain kali aja ya, jangan dipaksa. Mending kita bahas yang lain aja kayak harga BBM."
Lisa tersenyum menenangkan.
"Tapi aku udah move on, kok." Jennie buru-buru menambahkan kalimatnya.
"Karena pacarmu yang sekarang?" Lisa tertawa kecil.
"Bukan sih. Eh tau darimana aku punya pacar? Kan belum bilang."
"Muka kayak kamu single? Haha! Ups."
"Emang muka saya kenapa ya?" Jennie melempar tanda tanya dari tatapannya pada Lisa.
"Muka anda itu menawan kaum adam tau. Hahaha. Eh ini ngapa jadi formal dah." Lisa tertawa.
"Jadiannya juga baru kok. Jadi kamu punya pacar juga?"
Jennie menatap Lisa penuh harap. Mudah-mudahan jawabannya TIDAK. Jennie tidak tahu mengapa ia mengharapkan jawaban tidak, tapi, mungkin karena dia lebih nyaman berteman dengan Lisa yang single?
"Enggak."
"Ah masa sih? Kukira pasti banyak pria kan yang mau dekat denganmu?"
"Gak juga." Lisa senyum-senyum.
"Aku ke toilet dulu sebentar."
Jennie berjalan menuju toilet. Lisa memainkan ponselnya, sesekali mengedarkan pandangannya menikmati suasana restoran minimalis yang ia kunjungi sekarang.
"Aduh!"
Seseorang menyenggol kepala Lisa dari belakang.
"Ups. Maaf." Seorang pria berkemeja biru, berkulit tidak putih, tersenyum pada Lisa. Pria tampan yang manis.
"Kai, hati-hati donk!" Gadis cantik disampingnya menarik lengan pria bernama Kai itu erat-erat, kembali menggandengnya.
"Iya my honey Krystal. Sana pesan kopinya. Aku mau duduk disini dulu, malas ngantri." Kai duduk pada kursi di belakang Lisa. Gadis bernama Krystal itu menurut saja, padahal antrian tidak panjang.
"Hei. Maaf yang tadi. Kamu gapapa?"
Kai menolehkan kepalanya kearah Lisa.
"Anjing. Kaget." Ucap Lisa dalam hati. Dia hampir tersedak milkshake mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari belakangnya.
"Gapapa." Jawab Lisa, singkat, padat, dan jelas.
"Namanya siapa?" Kai tersenyum, padahal Lisa tidak sedang menoleh kearahnya.
"Lisa."
"Namanya cantik, kayak orangnya."
"Praise goes to my parents."
"Saya Kai, dan, sepertinya saya harus pergi sekarang."
Lisa tidak menjawabnya lagi. Dia ingin menjawab 'bukan urusan gue' tapi takut memancing baku hantam jadi dia diam saja.
"Sayang udah nih. Ayo."
Gadis bernama Krystal tadi yang Lisa duga adalah kekasih Kai, kembali lagi sambil membawa dua cup kopi. Setelahnya mereka pergi keluar darisana.
"Hei maaf ya lama. Tadi wc nya penuh masa, jadi aja ngantri." Jennie merengut.
"Iya gapapa Jennie." Lisa tersenyum.
"Sebaiknya kita balik aja sekarang, gimana?"
"Ayo deh." Lisa menurut saja.
~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top