Episode 001
Episode 001: Kakak Cantik
age reverse for kazujin: Keenan (32) & Meera (28)
content warning: harsh word.
Serendipity
──────────
"Kemana sih tuh anak? Tadi nyuruh gue tungguin di kantornya, tapi kaga keliatan tuh batang hidungnya."
Wanita pemilik surai hitam legam itu berdiri di luar gedung Prawa Industry sembari menunggu temannya.
Sebenarnya, wanita dengan surai panjang itu sudah berdiri di luar gedung kurang lebih setengah jam, namun, yang ditunggu tak kunjung muncul.
Hingga akhirnya terik matahari membuat ia memilih meraih ponselnya yang ia simpan dalam tasnya. Tangan seputih susu itu menekan nekan layar ponselnya, memilah nama kontak.
Lalu, akhirnya panggilan nya tersambung.
"Shik, lo mana sih? Panas tau!" Kata terakhir diberi penekanan karena memang cuaca pada hari itu terlampau panas.
Orang diseberang yang ia panggil dengan sebutan 'Shik' ialah Yeshika, orang yang ia tunggu sedari tadi.
"Sabar Meera, ini anak nya bos gue ilang."
Yeshika di seberang sana terdengar panik dan tengah mengurusi banyak hal, akhirnya Meera memutuskan untuk mengakhiri panggilan mereka dan tetap menunggu Yeshika selesai dengan urusan nya.
Sembari menunggu, Meera memutuskan untuk masuk ke dalam dan melihat ke sekeliling gedung itu. Daripada ia di usir oleh para petugas kemanan karena berdiri di luar seperti anak hilang.
Di saat itu, secara tidak sengaja netra nya terpaut pada seorang gadis kecil yang tengah celingak-celinguk, memerhatikan keramaian.
"Halo cantik, kenapa di sini?"
Meera menghampiri gadis kecil itu lalu berjongkok di depannya guna menyamakan tinggi mereka. Mata gadis kecil itu benar benar menyihir Meera hingga membuat ia memerhatikan sepasang netra indah itu.
"Lagi cari ayah.."
Gadis kecil itu berbisik sambil menunduk kebawah, tak berani menatap wanita yang ada di hadapannya.
"Ooh, ayah kerja di sini ya? Nama adik siapa?"
Akhirnya gadis kecil itu mau menatap Meera, oh astaga, menurut Meera, anak kecil itu sangat menggemaskan. Matanya merah dan sedikit berair, mungkin menahan tangisnya.
"Loh kok nangis? Anak cantik ga bo─"
Belum usai Meera berbicara, tiba tiba seorang wanita jangkung datang menghampiri Meera dan gadis kecil itu,
"Aruna!"
Oh, jadi nama anak lucu nan cantik itu Aruna.
"Aa Yupi!!" Ia berlari lalu memeluk wanita jangkung itu,
Meera lantas berdiri sambil merapikan pakaiannya.
"Anda ayah dari anak ini? Tolong lain kali dijaga dengan baik, kasian dia sendirian di sini. Saya pergi dulu, permisi." Meera melangkahkan kakinya dari hadapan keduanya sesaat sebelum Yuvi bersuara.
Yuvi berdiri bingung lalu menggendong Aruna, "Aruna kenal itu siapa?"
Aruna menggeleng cepat sebagai jawaban dari pertanyaan Yuvi.
"Dih, cewe aneh, main marah aja padahal kaga kenal." Yuvi tampaknya kesal lalu ditanggapi pukulan kecil dari Aruna tepat pada lengan nya.
"Ih, bukan cewe aneh Aa Yupi! Tapi kakak cantik!"
Yuvi tertegun sejenak, ia lalu tersenyum kecil.
"Kakak cantik?" Aruna mengangguk dengan penuh semangat.
"Iya Aa Yupi, itu kakak cantik!"
Yuvi terkekeh, "yaudah ayo ke atas, kasihan ayah lagi cariin kamu."
Serendipity
──────────
"Ken, nih anak lo,"
Yuvi menghampiri Keenan dengan Aruna di gendongan nya, "tadi sendirian di lobby."
Keenan segera merebut Aruna dari Yuvi,
"Adek gapapa kan? Tadi ada yang gangguin adek ga?" Aruna menggeleng pelan,
Putrinya menunduk sambil memainkan jarinya, sampai akhirnya putri semata wayang pemimpin Prawa Industry itu mau mengangkat kepalanya dan menatap Keenan.
"Ayah, maafin adek.. karena ngga nurut sama kata ayah," Keenan tersenyum, ia mengelus pelan surai Aruna.
"Iya adek, gapapa, tapi janji ya? Next time ga gitu lagi, kasian loh tadi Aa Yuvi sama Teteh Yeshi cariin kamu kemana mana."
Aruna menoleh menatap Yuvi yang berada tak jauh dari kedua nya, Aruna segera berlari lalu memeluk Yuvi untuk kedua kalinya.
"Aa Yupi, Aruna mau say sorry,"
"Kenapa Aruna say sorry? Aruna ada salah apa?"
Sebenarnya, kalau yang dihadapannya ini bukan anak si Prawara, pasti sudah ia karungi dan ia bawa pulang. Mikha nya pasti senang melihat ada anak kecil yang selucu Aruna.
"Aruna udah bikin Aa Yupi cari Aruna kemana mana."
Yuvi lalu mendudukkan Aruna tepat di pangkuan nya, "iya, gapapa kok."
Yuvi lalu menurunkan Aruna, membiarkan dirinya bermain main di sekitar.
"Tadi lo nemu di mana Yup?"
Keenan berjalan mendekati Yuvi,
"Di lobby, gue lihat dia bareng cewe, ga tau siapa."
"Tapi ya, asli tuh cewe ngeselin banget, gue belum ngomong apa apa udah marah dong, boti ga jelas." Sambung Yuvi,
"Mulut, kenal ga lo sama orangnya?"
"Kaga, tapi tadi anak lo sih biasa aja, malahan ngobrol bareng tuh cewe."
Keenan heran, anaknya tidak pernah mau bicara dengan orang asing, bahkan Yuvi dan Yeshika saja harus melakukan pendekatan selama kurang lebih setengah tahun untuk bisa dekat dengan anaknya.
"Adek kenal orang tadi?" tanya Keenan.
Aruna menatap Keenan lalu menggeleng, Keenan tersenyum pada Aruna lalu mengelus rambutnya karena merasa gemas dengan anaknya.
"Yup, cari informasi tentang cewek itu." ucap Keenan.
"Mau ngapain lo?"
"Cari aja elah, banyak nanya lo." balas Keenan sedikit ketus.
Yuvi menghela nafas nya, "yaudah, nanti infonya kalau udah ke kumpul, gue kabarin."
Sebenarnya Yuvi tidak masalah kalau sahabatnya itu mau mencoba membuka hati dengan mencari wanita yang tadi tampak bisa dengan mudah akrab dengan Aruna. Lagi pula, Keenan sendiri memang membutuhkan seseorang yang bisa mengurus dirinya serta Aruna. Tapi, ada hal yang jelas sangat membuat Yuvi khawatir.
"Kalau gitu gue cabut dulu bro," Lalu Yuvi Pun pergi meninggalkan kantor Keenan.
Serendipity
──────────
Meera memilih duduk di kursi yang ada di lobby, sembari memainkan ponsel genggamnya.
"Meer!" Meera yang mendengar itu, segera berdiri.
Yeshika berlari menuju Meera lalu menggenggam tangan wanita itu, "maaf lama,"
"Iya gapapa, ayo, udah mulai sore nih." Meera segera merangkul kan tangan nya pada lengan Yeshika.
Keduanya berjalan menuju parkiran lalu pergi menggunakan mobil Yeshika. Tadi itu, Meera datang menggunakan transportasi online, maklum, orangtuanya tidak mengizinkan ia mengendarai kendaraan.
"Tadi kan Shik, gue ketemu anak kecil di lobby, asli anaknya lucu banget."
"Oh ya? Perawakan nya gimana?" tanya Yeshika
"Pendek Shik, rambutnya diikat dua, pokoknya lucu banget deh anaknya." Meera senyum senyum sendiri sambil kembali membayangkan wajah anak itu,
sungguh, gadis kecil itu sangatlah manis menurut Meera.
"Lo kayak orang gila deh Meer, senyum senyum sendiri. Hayooo, mikirin apaan tuh," Yeshika mendekatkan tubuhnya pada Meera sambil memainkan alisnya.
Meera yang di ledeki lantas mendorong bahu Yeshika hingga sekretaris dari CEO Prawa Industry itu memekik karena merasa sakit.
"Jaci cewe yang lembut dikit dong," ujar Yeshika sambil mengelus bahunya yang terasa sakit.
"NGACA SHIK!"
Setelah itu, Meera mendiami Yeshika. Yeshika sendiri tak terlalu peduli, sebab ia tau bahwa Meera hanya akan mendiami nya sementara waktu. Ia memang sedikit mudah ngambek. Tapi, tebakan Yeshika justru salah. Selama di dalam restoran pun Meera memilih untuk tak menggubris Yeshika.
Entah akan sampai kapan Nona Muda Hartono itu mendiami diri nya.
Serendipity
──────────
Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya Yuvi mengirimi file berisikan beberapa informasi soal wanita yang bersama Aruna di lobby tempo hari.
"Dineshcara Meera Hartono,"
Keenan membaca satu persatu informasi tentang wanita bernama Meera itu dengan telaten, tak ingin melewatkan satu pun. Tunggu dulu, ini bukan acara seleksi calon bunda baru untuk Aruna, hanya saja Keenan ingin mencari tau apa yang membuat Aruna bisa begitu nyaman saat di dekat wanita itu.
"Oh, guru ya? Pekerjaan yang mulia,"
Pantas saja Aruna dapat ia dekati dengan mudah, mungkin karena pekerjaan nya sebagai guru lah yang membuat dia bisa membuat Aruna merasa aman di dekat nya dengan sifat lembut nya. Hanya mungkin.
Keenan lalu melihat gambar wajah dari wanita itu, lalu tersenyum tipis, "mirip sama Jani."
Ia jadi membayangkan, bagaimana jika Janitra sampai saat ini masih ada di sisi mereka. Pastinya, kejadian Aruna menghilang itu tidak akan terjadi, dan Aruna tidak akan kesepian. Seringkali anak semata wayang nya itu mengeluh kesepian, merindukan bunda nya dan sebagainya.
Saat ia tengah bersedih, tiba tiba ponselnya yang ia simpan di saku celana nya berbunyi.
"Siapa sih, ganggu." Keenan meraih ponselnya yang ada di saku celananya lalu menjawab panggilan yang ternyata datang dari Yuvi.
"Apaan?" ketus Keenan
"Santai dong broo, ini gue cuma mau infoin, anak lo udah keterima di HYBE Kindergarten," ujar Yuvi dengan suara kegirangan.
"Oh, oke." Keenan sedang malas berbicara dengan Yuvi, terlebih lagi tadinya ia sedang membaca informasi tentang si Meera itu.
"Gitu doang? Minimal bilang makasih anjir."
Keenan memutar bola matanya malas lalu bersuara, "Makasih, udah."
Pimpinan Prawa Industry itu langsung menutup sambungan teleponnya.
"Ganggu waktu gue aja,"
Serendipity
──────────
Meera dan Yeshika tengah berkumpul dengan teman teman mereka yang lain, Anne dan Sekar. Mereka berbincang bincang sambil menikmati kopi.
"Eh, di antara kita berempat, cuma Meera ga sih yang belum punya pacar?" Ujaran dari Sekar itu membuat Yeshika segera membuka suara.
"Eitsss! Jangan salah loh kalian, Meera itu lagi pdkt-an tau sama orang."
Sekar dan Anne terlihat terkejut mendengar itu, dan juga sedikit merasa terkhianati karena tidak diberi tahu oleh Meera.
"Kok ga kasih tau sih Meer." keluh Sekar,
Meera melepaskan atensi pada laptop, "itu kan udah dikasih tau Shika barusan."
"Tapi tetap aja kan, kenapa ga dari awal kamu kasih tau ke kita."
Meera paham kalau Sekar pasti merasa kesal. Tapi, kalau ia memberi tahu Sekar tentang orang yang sedang mendekati nya dan juga sebaliknya, ia justru akan lebih emosi lagi.
Melihat api yang memanas, segera Yeshika menengahi keduanya. Takut malah menjadi perdebatan besar, terlebih lagi mereka masih di tempat umum. Meskipun itu cafe milik Anne.
"Udah Kar, dengerin dulu. Gue tau bukan karena di ceritain sama si bontot." Sebelum Yeshika kembali menyambung penjelasan nya, ia sudah terlebih dahulu menerima tatapan tajam dari Meera. Yang lebih muda kesal karena di panggil 'Bontot' hanya karena dirinya lebih muda dari yang lain.
Yeshika tertawa kecil, "Kemarin tuh waktu gue mau jemput Meera di tempat kerja nya, gue ga sengaja ngeliat Meera sama cowo, lagi ngobrol gitu deh. Terus gue nguping dah tuh, jadi nya gue tau, lalu gue minta penjelasan ke dia."
Anne menggeleng pelan, "gila, itu kapan Shik?"
"Sekitar dua minggu yang lalu deh, kayaknya." ujar Yeshika sambil mencoba mengingat kapan kejadian itu.
Tiba tiba, Sekar menggebrak meja, "siapa sih tuh cowo, kok dia bisa buat Nona Muda kita ini tepikat?"
Pertanyaan dari Sekar sempat membuat Yeshika dan Meera menghela nafas, bingung harus menjelaskan dari mana. Pasalnya, ini menyangkut hal sensitif, bagi Meera. Sedikit informasi saja buat kalian, Meera itu hanya pernah sekali berpacaran, itupun saat masih di bangku SMA.
Saat itu, hubungan nya dan Mas Pacar kandas karena dirinya dianggap terlalu fokus belajar dan mengabaikan sang Pacar, Meera saat itu galau brutal, bahkan ketiga kawan nya masih ingat bagaimana galau nya Meera saat di putusi.
Karena melihat Meera belum menjawab, akhirnya Yeshika berniat menjawab pertanyaan Sekar. Namun di tahan oleh si Nona Muda sambil menggelengkan kepalanya.
"Biar gue aja, Shik." Yeshika lalu meggangguk.
Meera masih diam, menarik lalu membuang nafasnya beberapa kali.
"Buruan dong Meer.." ucap Sekar tidak sabaran.
"Sebelum itu, janji dulu."
Sekar menaikkan alisnya sebelah, "kenapa harus pakai janji janji gitu?"
"Kalau ga mau, ya ga akan gue kasih tau." Mendengar itu, Sekar berdecak kesal.
"Yaudah, gue janji."
Meera tampak tersenyum kecil, "nah gitu dong."
Namun, dalam sekejap senyumnya sirna mengingat bahwa ia harus memberi penjelasan pada Sekar dan Anne.
"Jadi cowo itu.."
"..."
"..Mantan gue waktu SMA."
Sekar speechless, sama hal nya Anne yang terkejut.
"Mantan lo, Juandhira?" Meera menggangguk pelan,
"GILA LO MEER!" Sekar berdiri dari tempat duduknya sembari melontarkan kata kata itu. Tapi dengan cepat Yeshika menarik nya untuk kembali duduk sembari meminta maaf pada orang orang di sekitar meja mereka.
"Yang bener aja lah Meer.." Sekar menggeleng tak percaya, di selingi helaan nafas kasar. Pasalnya, saat Meera diputusi dulu, yang pertama tau dan menemani Meera di saat saat galau nya adalah Sekar.
"Udahlah Kar, lagian Meera kan bisa memutuskan dia mau menjalani hubungan sama siapa." ujar Yeshika.
"Gue khawatir aja, lo sendiri masih inget kan gimana dia dulu memerlakukan Meera."
Meera tersenyum, ia tersentuh atas sikap Sekar yang khawatir pada dirinya.
"Gausah khawatir Kar, itu kan waktu masih SMA, kali ini aku melihat ada keseriusan kok pada dirinya." jelas Meera.
Lalu, sesaat kemudian, ponselnya berbunyi.
"Aku izin bentar yaa." Meera segera berlalu meninggalkan meja mereka.
Panggilan itu datang dari Juandhira.
Perlahan, jemari Meera bergerak menggeser tombol di layar ponselnya.
"Halo, Juan."
"Halo, kamu ada dimana?" tanya Juandhira.
Meera terdiam, bingung harus menjawab apa. Jika tiba tiba Juan datang dan bertemu teman nya, bisa saja emosi Sekar langsung meledak.
Ia enggan membuat keributan di cafe milik Anne, enggan juga membuat keributan yang menjadi tontonan publik.
"Meer?"
Meera yang dipanggil kembali dari lamunannya.
''Oh, ah iya aku ada di dekan Cafe Ann." Mudah mudahan Juan tidak dimarahi Sekar nanti.
"Aku kebetulan ada di dekat sana, boleh aku jemput kamu?"
"Mmm.. Boleh, aku tunggu. Hati hati ya." ujar Meera dengan senyuman yang terukir di wajah ayu nya.
"Iya, aku tutup dulu ya." Lalu Juan memutuskan panggilan mereka.
Entah mengapa, jantung Meera berdetak cepat. Rasanya seperti sangat deg degan, bukan nya dia akan dilamar juga oleh Juan. Oh ya, kalian mungkin bertanya tanya kenapa keduanya bisa kembali bertemu.
Hari itu, Juan berniat menjemput keponakan nya yang kebetulan di sekolahkan disana. Tau tau, ia malah bertemu dengan Meera yang dahulunya adalah mantan kekasihnya. Awalnya canggung sih bagi keduanya, tapi Juan sangat hebat dalam mencairkan suasana. Bahkan Juan lah yang pertama kali meminta untuk bertukar nomor.
Sejak saat itu ia dan Juan jadi sering berkomunikasi lewat pesan singkat.
Meera hanya berharap kalau keputusan nya kali ini tepat.
Serendipity
──────────
Si Prawara yang baru selesai dengan pekerjaan nya, segera bergegas pergi karena ingin membelikan hadiah untuk Aruna.
Setelah berjalan sekitar kurang lebih setengah jam, Keenan memutuskan untuk membelikan sepasang sepatu baru untuk putrinya. Setelahnya, ia bergegas kembali ke rumah──mansion nya.
"Mbak Narsih, Aruna nya udah tidur?" Keenan masuk kedalam mansion nya lalu mendapati sang suster yang baru keluar dari kamar putrinya.
"Udah pak, barusan saja Aruna nya tidur,"
Setelah itu, orang yang dipanggil 'Mbak Narsih' oleh Keenan pun meninggalkan lantai dua.
Keenan memasuki kamar Aruna lalu mendekati putrinya yang tertidur dengan lelap di atas kasur.
Ia tersenyum, lalu duduk di pinggir kasur sembari merapikan selimut dan anak rambut Aruna.
"Runa, maafin ayah ya? Ayah belum bisa jadi orang tua yang sempurna buat kamu. Maaf ya, kamu harus besar tanpa Ibun di sisi kamu, andai waktu itu ayah bisa lindungin Ibun kamu."
Tanpa si Prawara sadari, air matanya menetes, membasahi pipi nya.
Keenan mengecup kening Aruna lalu mengucapkan selamat malam sebelum ia meninggalkan kamar Aruna.
Serendipity
──────────
Introducing
Yuvi Batara Wiryono
Yeshika Niolla Myel
To Be Continued
HAYOOOO, panik ga pas Aruna ngilang?
Segini dulu, kalau ada typo maaf kan.
With love, Lina
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top