Khodam
"Pada jaman dahulu...."
"Ih, apaan banget sih, kek orang tua elo begitu. Skip, skip!" Bay memotong cerita yang baru saja hendak Arnold bawakan. Ia sudah merasa ilfeel duluan dengan pembukaan yang sangat membosankan seperti itu. Sangat kuno sekali.
"Anak bangsat, gue baru mulai woi! Denger dulu napa? Bajingan lo." Arnold balas teriak tak terima, ia bahkan menatap sinis teman sebayanya itu.
"Halah, udahlah, udah tau gue cerita yang mau lo sampein, ujung-ujungnya juga bakal jadi cerita dongeng."
"Ya namanya cerita, fiksi, ya emang jadi dongeng tolil! Eh, lo kalo goblok nggak usah banyak bacot deh."
"Lo gue diemin dari tadi ngelunjak ya, anak setan!" Arnold berdiri dan hendak melayangkan pukulan, tetapi tubuhnya sudah di tahan oleh dua orang cewek lainnya.
"Sabar, Nold, sabar."
"Nggak, Byan, nggak bisa sabar gue ngehadepin manusia satu ini. Pengen gue injak-injak rasanya."
"Oh, injak aja, kalau mau berurusan sama khodam gue."
Arnold mematung, begitu juga Byanka. Keduanya menatap cowok yang baru saja mengatakan hal aneh itu tadi.
"Apa lo bilang? 'khodam'?" Arnold yang tadinya hendak marah-marah tiba-tiba berubah menjadi kalem dan sebisa mungkin menahan tawanya.
"Iya, lo baru tau kan kalo gue punya khodam. Ya iyalah, anak penikmat fiksi kek lo mana bisa dapet khodam kayak gue. Asal lo berdua tau ya, gue tuh anak yang diberkati oleh para leluhur, jadi ---"
Keduanya memasang wajah datar mendengar cerita konyol itu. Khodam? Benda apa lagi itu? Pikir Arnold, dia bahkan hendak melakukan pencarian di mesin google pada gawainya. Begitu juga dengan Byanka. Dia benar-benar geli mendengar cerita tidak masuk di akal seperti itu. Baginya, sefiksi apapun cerita dongeng, Khodam inilah yang paling tidak masuk di akal. Bagaimana mungkin makhluk beda dimensi seperti roh bisa mengobrol dengan manusia.
Apalagi manusia seperti Bayangkara. Bahkan malaikat pun ragu untuk berbicara dengan cowok aneh sepertinya.
"Kenapa lo berdua diem? Pasti kagum ya sama khodam dan kesaktian gue?" Bay tertawa lebar. "Mau tutor, cukup bayar 1 juta ae, bebas pilih khodam."
"Buset!" Arnold menanggapi dengan cepat. "Tuh khodam bisa di costume gitu? Gue mau dong, yang gambar alien kalo bisa."
"Bapak lo gambar Alien. Nggak ada alien, anjing! Bikin sendiri aja sana lo kalo mau khodam alien, jangan lo minta gituan sama gue."
"Lah, gimana sih, katanya bebas pilih. Ah, pembohong kali manusia satu ini. Udah ngehayal tinggi, penipu pula tuh. Cui!" Arnold meludah angin ke samping.
"Lo kalo mau ngajak ribut ngomong, setan! Gue ladenin nih, gak usah khodam gue, cukup gue aja yang jadi lawan lo, udah bonyok tuh badan."
Arnold tertawa ngakak. "Lah, lawak anjing! Jadi yang perannya tuan tuh khodam bukan lo?!" Ia kembali ngakak. "Nggak jadi deh gue, sumpah lawak banget, njir, gue kira gue yang bakal jadi tuannya, ternyata jadi babu jin. Udah gitu bayar lagi sejuta, awowkwok, mending top up game."
"Eh, lo nggak usah segitunya ngehina khodam gue, ntar dia marah kena lo!"
"Keluarin sekalian, pengen liat gue."
"Oke, tunggu, gue baca jurus pemanggil dulu. Semala, semala, semala--" mulut Bay terus berkomat-kamit membaca kalimat yang bahkan tidak bisa diterjemahkan. Kemudian tak lama setelahnya.....
Pruuut!!!
"Anying, KENTUT LO!"
***
Next (KUCING)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top