Yang Harus Dikuasai
Buat jadi penulis, yang pasti kita harus menguasai/memiliki kemampuan berikut:
1. Riset
Dalam menulis, kita membutuhkan riset agar tulisan kita setidaknya bisa sesuai dengan realita.
Dengan riset, informasi yang kita tuangkan di tulisan adalah benar, alih-alih salah dan malah membuat tulisan jadi tidak masuk akal, diprotes pembaca, tidak berbobot, dll.
Misal, jika kita menuliskan seseorang dengan pekerjaan dokter, otomatis isi tulisan kita akan ada di ranah kedokteran, dan di situ penulis adalah bukan dokter, otomatis kita perlu riset untuk menggambarkan bagaimana dan apa-apa saja segala tentang kedokteran.
2. Membaca
Sebagai penulis, kita nggak cuma nulis, tetapi kita juga perlu membaca. Ini akan berhubungan dengan isi tulisan kita.
Misal, bacalah karya-karya penulis besar, entah itu buku motivasi, novel, atau lainnya, dari apa yang kita baca pasti akan memengaruhi tulisan kita. Dengan catatan: Membaca bukan untuk dijiplak/copy paste.
Kadang dengan membaca, kita juga bisa menemukan kosakata baru yang belum kita tahu.
3. Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi dengan baik juga penulis harus memilikinya. Entah itu komunikasi secara tertulis maupun lisan.
Dengan komunikasi yang baik, apa yang kita tulis tersebut akan sampai kepada pembaca dengan baik pula. Pembaca dapat memahami apa yang kita tulis.
Kalau secara lisan, ini menyangkut komunikasi sehari-sehari. Bisa jadi saat menulis, ide cerita tiba-tiba buntu/stuck/terkena writer's block. Nah, kita bisa ngobrol dengan seseorang dan boleh jadi dari obrolan tersebut akan menghasilkan lanjutan ide cerita kita.
4. Memperhatikan Detail
Dengan memperhatikan detail, kita akan meningkatkan kemampuan menulis secara keseluruhan.
Maksudnya?
Jadi, kita memperhatikan detail dari awal, kemudian saat proses, sampai kita membaca ulang tulisan kita itu. Pasti dengan begitu tulisan kita akan lebih menarik, lebih rapi, juga bisa membawa perubahan besar dalam tulisan tersebut.
Contoh kecil, aku menulis novel tentang anak broken home. Di situ pasti akan banyak yang aku jabarkan sampai detail terkecil (seperti alasan-alasan kenapa bisa ada kejadian ini, menyebutkan tempat, nama, makna dari sebuah nama misalnya, atau sedang apa si tokoh-tokoh tersebut agar yang baca bisa membayangkan posisi/adegannya, dll).
Begitu selesai menulis, kita baca ulang, tuh, tulisan tersebut. Nah, di situ kita nggak sekadar baca, tetapi memperhatikan detail apakah masih ada typo, kurang tepat dalam penempatan tanda baca, hal-hal yang kurang masuk akal, atau kesalahan-kesalahan lainnya.
Dengan memperhatikan detail seperti itu, merupakan hal yang bisa membuat perbedaan besar dalam tulisanmu.
5. Media Sosial
Penulis perlu skill ini. Apalagi dengan media sosial, kita bisa sekalian promosi tentang tulisan/karya kita.
Dari media sosial, komunikasi dengan readers berjalan dan bisa jadi semakin dekat alih-alih tanpa bermain medsos.
Entah itu kita membuat cuplikan dari isi novel kita, quotes dan kata-kata baper, trailer, juga masih banyak lagi yang dapat diunggah di media sosial. Di situ penulis dapat menemukan pembaca, pembaca akan datang dari jalur media sosial juga.
Namun, selain itu, dari media sosial ternyata bisa membantu pemahaman kita terhadap berita ataupun tren-tren terbaru. Dengan memiliki kemampuan menggunakan media sosial yang baik juga akan membantu pengembangan karier kepenulisan kita.
6. Bisa Merangkum Kata
Agar tulisan kita bisa mudah dipahami pembaca, kemampuan merangkum kata ini kuncinya.
Nah, selain kemampuan komunikasi, skill merangkum kata juga penting dikusai penulis.
Jangan sampai pembaca bingung, jenuh, dan tidak paham pada apa yang kita sampaikan dalam tulisan tersebut.
Ada, kan, tuh, kalimat yang terlalu bertele-tele, kalimat yang tidak sampai pada pemahaman pembaca, kalimat yang membuat pusing kepala. Di situlah skill ini diperlukan agar dapat terhindar dari kengerian tersebut.
Contoh rangkuman kata yang bikin pembaca mikir keras:
Reza tidak paham kenapa Azkia bilang begitu, dia terdiam karena kata-kata dirinya sulit untuknya cerna, sungguh membuat pusing kepalanya hingga dia pergi meninggalkannya merenungi apa hal yang tadi dia sebutkan itu.
Beda lagi kalau dirangkum begini:
Reza tidak paham kenapa Azkia bilang begitu, hal yang sulit dia cerna, membuat Reza terdiam pusing memikirkan maksud Azkia sampai akhirnya Reza ditinggalkan dalam renungan.
Rasakan perbedaannya, ya.
7. Mengedit (KBBI/PUEBI)
Kemampuan mengedit itu penting, Pemirsa!
Mungkin tidak semua, tetapi kebanyakan pembaca akan meninggalkan tulisan yang penempatan titik-komanya tidak tepat, yang tidak sesuai PUEBI, kalau soal KBBI mungkin bisa dimaklumi (tetapi jangan sepelekan ini, ya) tetap harus dikuasai.
Coba baca ini:
Aku tuh bingung haruz gimana , tp yah udahla yah toh cuma ngetik aja kan ? Haruznya gapapa kan cuma ngetik aja iya ga guys ? Iya dong he he
Jadi, skill mengeditnya mulai dikuasai, ya. Tingkatkan!
8. Orisinal
Jangan pernah coba-coba atau sekali-kali kita sebagai penulis, menulis atau bahkan mengakui tulisan orang lain sebagai karya kita. Itu nggak ORI!
Dalam dunia literasi, yang nggak orisinal itu bisa langsung didiskualifikasi misal kita mengajukan naskah ke penerbit, bahkan saat menulis di platform pun kalau hasil plagiasi, pasti nanti berbondong-bondong orang melaporkan karya tersebut sampai hilang!
Sejatinya, sebagai penulis itu penting menjadi diri sendiri (orisinal) hingga kita akan memiliki keunikan tersendiri dalam gaya tulisan kita, biasa disebut ciri khas.
9. Penyampaian Cerita
Tahu nggak, sih? Bisanya poin ini menjadi salah satu titik penilaian pembaca terhadap tulisan kita. Bahkan dalam kompetisi, juri juga menilai hal ini.
Pastikan apa yang kita tulis bisa dimengerti oleh pembaca.
Berkaitan dengan skill komunikasi tertulis dan merangkum kata, kemampuan penulis dalam penyampaian cerita ini haruslah bisa membuat pembaca paham atas apa yang kita sampaikan dalam tulisan.
Coba lakukan beberapa hal ini untuk memastikan cerita kita dipahami pembaca:
a. Penyampaian secara langsung/jelas
Kan, suka ada tuh penulis yang terlalu banyak menggunakan istilah "wanita itu/gadis itu/pria itu" dan lain-lain, ini baiknya dikurangi.
Langsung saja sebut nama agar lebih enak pas dibaca. Lebih bisa dipahami nantinya.
Hindari yang bertele-tele, ibarat mau menggambarkan orang sedang makan saja sampai ditulis berulang-ulang penjelasan menyangkut adegan itunya. Kan, cukup sebut bahwa si tokoh A sedang makan di ruang B bersama si C. Misalnya begitu.
b. Menggunakan kalimat aktif
Bisa dicoba dengan menggunakan kalimat aktif, tetapi disesuaikan juga, ya.
Maksud dari kalimat aktif ini, kan, nanti kalimatnya jadi tidak berbelit. Lebih to the point. Makanya akan lebih mudah dipahami.
c. Fokus pada satu ide
Iya, jadi satu ide saja dulu, selesaikan, jangan langsung jeblug seabrek. Nanti bisa-bisa bukannya menarik, malah membuat pembaca kurang bisa memahami alurnya.
d. Lakukan proofread
Dibaca ulang tulisannya agar meminimalisir kesalahan. Ketika menemukan hal yang kurang tepat, bisa langsung dibenarkan dulu sebelum dipublikasikan.
10. Adaptasi
Biasanya ini menyangkut genre. Misal, aku ini penulis cerita romantis. Namun, seiring waktu berjalan genre horor ini yang laris di pasaran. Seketika cerita romantis jadi kurang diminati. Nah, di situlah peran skill adaptasi diperlukan.
Atau, bisa juga karena tuntutan lain yang mengharuskan kita keluar dari zona nyaman, terus nemplok di zona peradaptasian.
11. Berpikir Kreatif dan Kritis
Jelas, sebagai penulis harus menguasai ini. Kalau tidak kreatif, apa kabar isi ceritamu? Kalau tidak kritis, apa kabar isi naskahmu?
Berpikir kreatif agar cerita dan tulisan tidak monoton, kaku, bahkan membosankan. Dengan berpikir kreatif kita akan mencari kata apa yang digunakan agar tulisan lebih beragam, bervariasi, dan unik. Berpikir kreatif itu juga sangat diperlukan untuk mencari ide.
Kemampuan ini bisa diasah dengan perbanyak membaca dari berbagai macam jenis tulisan dan berlatih menulis sebanyak mungkin.
Sedangkan, berpikir kritis ini diperlukan saat kita menemukan topik/pembahasan/masalah yang asing bagi kita. Bagaimana cara kita memecahkan masalah itu, menjabarkan pembahasan itu, juga menyampaikan topik itu, adalah dengan berpikir kritis. Mencari tahu secara mendalam supaya bisa menuliskannya dengan jelas tanpa bertele-tele.
12. Disiplin dan Bisa Mengelola Waktu
Ini, nih! Hal yang suka terlewatkan oleh penulis sampai-sampai saking asyiknya menulis, kita sampai lupa makan, sampai jatuh sakit juga. Itu akibat dari tidak bisa mengelola waktu.
Kemampuan mengelola waktu itu penting. Bukan cuma kasus lupa waktu untuk makan, tetapi bisa jadi keteteran sampai merasa dikejar deadline update tulisan.
Disiplin, seiringan dengan kita bisa mengelola waktu dengan baik, disiplin juga perlu kita kuasai. Ibaratnya, jangan sampai kita kehilangan bonus update harian karena kita tidak disiplin. Atau, jangan sampai kita telat update-nya hingga pembaca kabur sebagian.
13. Menguasai Grammar B. Inggris
Setidaknya, kalau kamu paham itu lebih baik. Kalau kamu menguasai kemampuan yang satu ini, itu sungguh baik.
Agar saat kamu menuliskan kalimat B. Inggris di karyamu, susunannya tidak membuat makna baru yang berbeda dari apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan di kalimat tersebut.
***
Oke, sip.
Sekian.
Semoga bermanfaat!
Sumber
Humaira Aliya, 15 Skill yang Harus Dimiliki Penulis untuk Capai Sukses, dalam: (https://glints.com/id/lowongan/skill-yang-harus-dimiliki-penulis/#.Y01PAaSyRzA) 14 Juli 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top