Chapter 9: Quiet
Aku berlari sampai hampir terjatuh di lantai dua kali. Orang-orang memandangiku saat aku melewati mereka. Aku tidak peduli karena harus menghentikan sebuah pertarungan makhluk-makhluk aneh yang seharusnya bukan menjadi urusanku. Namun, menjadi urusanku karena salah satu dari mereka berusaha menghubungkan diriku dengannya. Benar-benar menyusahkan.
Aku membanting pintu ruangan. Yang mendapati Xander dan Icarus sedang bergulat di lantai, saling mengunci satu sama lain. Aku menghampiri mereka dan melerainya, namun benar-benar susah memisahkan mereka.
Akhirnya aku memukul kepala mereka berdua secara bergantian dengan tasku. "Kalian berusaha membunuh satu sama lain! Dasar bodoh! Makhluk bodoh! Hentikan itu!" teriakku.
Xander dan Icarus mengaduh kesakitan dan akhirnya mereka melepaskan kuncian mereka satu sama lain. Icarus berdiri dan membenarkan bajunya. Xander juga berdiri dan kemudian memelototiku dan pergi. Aku tidak peduli jika dia marah, sebentar lagi aku akan terbebas darinya.
"Kau baik-baik saja?" tanyaku pada Icarus.
"Ya," jawabnya. "Dengar, kau harus berhati-hati dengannya. Aku melihat banyak iblis yang mendekatimu saat Xander bersamamu." Icarus berbicara denganku, tapi matanya mengarah ke lain tempat.
"Maksudmu, Xander memicu iblis untuk mendekatiku?" tanyaku.
Icarus mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya. Suara desisan mulai terdengar lagi di telingaku. Dan sekarang aku tahu dari mana asalnya. Itu pasti iblis yang dimaksudkan oleh Icarus, tapi aku akan pastikan iblis-iblis itu tidak bisa menyentuhku. Mungkin sebaiknya aku mencari tahu tentang cara mengusir iblis.
"Aku akan jaga diriku," kataku pada Icarus.
"Kau punya aku. Aku malaikat pelindungmu, kau tidak perlu cemas," kata Icarus sambil tersenyum. "Kau hanya perlu menjauhi Xander agar iblis-iblis itu tidak datang terlalu banyak. Xander itu bagaikan mercusuar untuk memanggil para iblis keluar, jadi kau harus menjauhinya."
Aku menepuk pundak Icarus, sedikit canggung. "Tenang saja, aku tidak akan berurusan dengannya lagi setelah ini."
***
Setelah kelas kedua selesai, aku pergi dengan cepat menuju toko buku tempatku bekerja. Mr Kyle sedang berbicara dengan seseorang di pojok ruangan saat aku masuk dan melirik buku-buku yang baru saja datang. Ada beberapa judul baru yang belum aku baca dan dari sinopsis yang aku lihat, rasanya cukup menarik untuk dibaca.
Aku tidak melihat Xander sejak dia bertengkar dengan Icarus, begitu juga Icarus. Mereka berdua belum menampakkan diri sejak itu. Mungkin mereka butuh waktu berdua dan sekarang sedang jalan bersama. Siapa yang tahu, kan? Seperti dua orang anak laki-laki yang bertengkar karena sebuah mainan dan kemudian berbaikan kembali karena game kesukaan mereka baru saja keluar kemudian memutuskan untuk bermain bersama.
Berhubung belum ada pengunjung, mungkin sebaiknya aku juga mencari buku untuk mengusir iblis-iblis itu untuk tidak mendatangiku. Walaupun Icarus bilang dia adalah malaikat pelindungku, aku tetap saja tidak percaya dengannya. Memangnya dia bisa kapan saja berada di dekatku? Dan apakah dia juga mengikutiku saat di kamar mandi? Seharusnya aku punya malaikat pelindung perempuan. Ya, walaupun aku tidak tahu apakah malaikat memiliki jenis kelamin. Namun, ciri-ciri fisik Icarus terlihat seperti seorang pria dalam wujud manusia.
Aku berputar-putar untuk mencari rak spiritual. Sebenarnya aku pernah menonton salah satu acara serial televisi kesukaanku. Yang tokoh utamanya dua orang kakak-beradik dan seorang pemburu makhluk gaib. Selain karena tokoh utamanya yang benar-benar hot, aku memang menyukai genre itu daripada film bertema drama queen yang membosankan.
Aku juga pernah membaca beberapa buku yang tokoh utamanya juga memburu iblis, tapi dia keturunan malaikat atau kata lain nephilim. Apa nephilim benar-benar ada? Dan aku Demigod. Mungkin orang lain juga akan bertanya-tanya. Apa Demigod benar-benar ada? Semua itu menjadi sebuah pertanyaan yang bahkan aku sendiri tidak yakin bagaimana menjawabnya.
Namun, jika dilihat-lihat, para Demigod kebanyakan memiliki kekuatan luar biasa yang tidak seperti manusia kebanyakan. Misalnya saja Hercules, dia memiliki kekuatan luar biasa. Lalu Perseus yang memiliki kekuatan yang sama. Achilles juga begitu. Dan aku, manusia biasa yang bekerja di toko buku. Aku mulai meragukan darah Demigod-ku.
Aku mulai mencari-cari buku tentang cara mengusir iblis, atau membunuh iblis. Kebanyakan hanya menceritakan bagaimana iblis diusir dari neraka dan turun ke Bumi untuk menggoda keturunan Adam. Semuanya jelas, aku sudah tahu tentang itu. Akan tetapi, bagaimana mengusir atau setidaknya menghalau mereka agar tidak mendekatiku.
Aku mendengar suara berisik dari tempat Mr. Kyle tadi berbicara dengan seseorang di pojok ruangan. Kemudian suara itu menghilang. "Mr. Kyle?" panggilku. Aku berjalan mencarinya.
Di pojok ruangan, aku melihat darah mengalir di lantai kayu toko. Aku membeku, jantungku mau copot, dan udara di paru-paruku di paksa berhenti seketika. Aku menahan napas saat melirik ke pojok ruangan yang di halangi oleh beberapa rak buku. Dari sana aku melihat Mr Kyle yang terbaring dengan wajah ketakutannya serta dengan mulut terbuka lebar. Darah keluar dari tubuhnya yang terpisah dengan jantungnya, entah bagaimana hal itu terjadi.
Orang yang berbicara dengan Mr Kyle tadi tidak ada dan besar kemungkinan dialah pelakunya. Makhluk macam apa yang melakukan hal seperti itu? Sekarang aku benar-benar panik. Pelakunya pasti masih ada di dalam toko dan aku harus segera menelepon polisi.
Jarak dari pintu dengan tempatku berdiri sekitar sepuluh meter. Aku cukup jauh jika berlari, bahkan jika aku berlari dengan cepat. Aku bahkan belum tahu makhluk macam apa atau manusia macam apa yang membunuh Mr Kyle. Aku kemudian merogoh sakuku untuk menelepon nomor darurat. Jari-jariku benar-benar gemetaran.
Aku teringat kata-kata Icarus, dia bilang aku akan baik-baik saja jika ada dia. Namun, sekarang dia di mana? Aku sedang dalam bahaya dan dia tidak ada sekarang. Suara langkah kaki terdengar dari sebelah kananku, tubuhku mulai tegang.
"911, apa keadaan daruratmu?" tanya suara operator laki-laki.
"Bosku, dibunuh seseorang. Aku tidak tahu siapa, aku masih di dalam toko. Tolong, aku mulai panik," aku berusaha mengatakan sebisaku.
"Baiklah, tenang. Siapa namamu?" tanya operator itu.
"Seraphina Chase," jawabku gugup. "Tolong, cepatlah." Dan tiba-tiba, telepon genggamku terbakar. Seperti saat Xander membakar telepon genggamku, tapi kali ini benar-benar terbakar.
Aku mulai panik, sambil berjalan mundur perlahan-lahan tanpa bersuara sedikit pun. Mana malaikat pelindungku? Batinku. Rasanya aku mau berteriak untuk meminta tolong, tapi berteriak berarti memberi tahu letakku dan aku tidak ingin terbunuh. Ya Tuhan, tolong aku.
Aku masih berjalan mundur saat tiba-tiba saja aku menubruk seseorang. "Aaaaaa," teriakku. "Tolong—" Mulutku tertutup tiba-tiba sebelum aku sempat berteriak dengan keras lagi.
Aku menggigit tangan yang menutupi mulutku. Namun, tangan itu tidak melepaskan mulutku dan justru malah menarik tubuhku ke sudut ruangan. Tiba-tiba saja aku berada di tempat lain. Namun, rasanya aku cukup mengenali tempat itu. Secara refleks aku menyiku wajah seseorang yang masih menutup mulutku dan akhirnya dia melepaskan tangannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya kesal.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top