Chapter 4: Stalker

"Bagaimana kau bisa tahu mengenai hal itu?" tanya Kai penasaran.

"Xander, nama pria itu. Aku menciumnya dan seketika aku melihat kilasan itu." Aku berusaha menjelaskan.

Wajah Kai menjadi serius sekarang. "Aku tahu ramalan ini dari seorang warlock. Tidak ada yang tahu pasti mengenai awal mula kejadiannya, namun warlock itu mengatakan bahwa akan ada seorang makhluk yang berasal dari 2 jenis darah yang berbeda dan akan memulai perang ini. Pihak mana yang dipilihnya, maka itu akan menjadi masa depan manusia."

Aku mulai berpikir. Karena aku masih tidak mengerti mengenai 2 jenis darah yang berbeda. "Maksudnya 2 jenis itu apa?" tanyaku.

"Armageddon adalah perang antara iblis melawan malaikat. Di antara keduanya, berarti makhluk itu berasal dari kedua kubu, namun dia akan menjadi salah satunya." Kulirk Tato di leher Kai yang seolah bergerak-gerak mengikuti alunan suara pemiliknya.

Aku mulai ingat, saat aku menyentuh Xander untuk pertama kalinya, aku melihat sebuah sayap di punggungnya dan sekaligus juga sebuah tanduk di kepalanya. "Apakah dia setengah iblis dan setengah malaikat?" tanyaku pada Kai.

"Kemungkinan, ya." Kai berhenti, kemudian dia menatapku. "Dengar Sera, kemunculannya bukanlah sekadar kebetulan. Kau harus membuatnya berpihak pada para malaikat. Karena kalau tidak, aku tidak bisa membantumu menyelamatkan manusia."

"Kenapa tidak?" tanyaku.

"Fairy, manusia serigala, warlock, vampir, apakah salah satu dari kami ada yang terlihat seperti malaikat?"

Sekarang aku mengerti. Mereka adalah anak-anak iblis yang jika suatu saat pencipta mereka terbangun, maka mereka akan berpihak padanya. "Kau terlihat seperti malaikat bagiku," godaku.

Kai tersenyum. Aku selalu tahu bagaimana cara membuat Kai tersenyum dan aku menyukai senyumannya. Aku ikut tersenyum. Namun, mataku tertuju pada seorang pria yang berdiri di belakang Kai. Bulu romaku langsung berdiri seketika. Kedatangan Xander membuatku terkejut. Bukan karena takut pada dirinya, melainkan karena takut dia mendengar perkataan Kai.

"Xander," ujarku sambil menatap ke belakang Kai.

Kai menatapku, kemudian dia mengarahkan pandangannya sama sepertiku. Namun, Kai kembali menatapku, seolah bingung. "Dia di sini?" tanya Kai berbisik.

"Ya, dia di belakangmu. Dan kenapa kau berbisik?" tanyaku.

"Aku tidak bisa melihatnya," bisik Kai.

Aku mengerutkan keningku. "Kenapa bisa begitu?" tanyaku sambil ikut berbisik.

"Aku tidak tahu."

Xander sekarang sudah berdiri di tengah-tengahku dan Kai. Wajahnya masih saja terlihat datar.

"Akan kutemuimu nanti, aku harus bekerja." Kuambil tasku dan pergi meninggalkan Kai, sedangkan Xander mengikutiku berjalan ke luar cafe.

Sambil berjalan, aku pura-pura tidak melihatnya. Mungkin akan lebih mudah jika aku berpura-pura. Saat aku akan menyebrang, Xander menarik lenganku. Membuat tubuhku berputar ke arahnya dan menubruk tubuhnya.

"Hey, gadis aneh! Apa yang kau lakukan? Cepat jalan!" perintah seorang pria yang aku halangi jalannya. Sebenarnya Xander yang menghalangi jalannya, tapi pria itu pasti tidak bisa melihatnya.

Aku berusaha melepaskan lenganku dari Xander, namun pria itu masih terus mencengkramnya. Aku mulai merasakan panas di pergelangan tanganku, saat Xander melepaskannya aku melihat sebuah tato kecil berwarna hitam terukir di bawah telapak tanganku, dan menghilang begitu saja.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku. Orang-orang terus memandangiku.

"Itu agar kau kembali ke rumahku setelah sepuluh hari. Jika tidak tato itu akan membakar pergelangan tanganmu," jelas Xander dan dia menyebrangi jalan.

"Hey, jangan seenaknya melakukan hal semacam itu! Kau kira aku ini barang yang bisa kau tandai seenaknya?" gerutuku.

Aku masih tidak peduli dengan orang-orang yang memandangiku dengan tatapan aneh. Terserah, aku memang sudah aneh sejak lahir, jadi sekalian saja tunjukkan sifat anehku ini.

Seorang pria manusia serigala memandangiku dari pinggir jalan. Matanya yang bersinar bahkan saat siang hari kadang membuatku sedikit ketakutan. Sedikit, karena tidak semua manusia serigala jahat dan berbahaya. Dia menyeringai sambil menatapku. Dan sekarang aku benar-benar ketakutan.

Dia sepertinya tahu bahwa aku bisa melihat mata serigalanya dan sekarang dia terlihat sedang berpikir untuk melakukan apa pada diriku. "Sial," kataku.

Langkah-langkah kakiku mulai cepat. Aku tahu bahwa berlari kecil tidak akan bisa menghindari manusia serigala yang sedang mengejarku. Jadi, saat aku sampai di ujung jalan, aku mulai berlari kencang. Xander yang awalnya berada di depanku sekarang berada di belakangku. Aku tidak menghiraukannya dan terus berlari.

Sambil berlari, sesekali aku menoleh ke belakang untuk melihat apakah manusia serigala itu masih mengerjarku. Dan tentu saja dia masih mengejarku. Aku juga bisa melihat Xander yang berdiri di ujung jalan tadi saat aku berlari pertama kali dan dia melihat manusia serigala itu juga. Saat pria itu hampir dekat dengan Xander, dia membuat sebuah jaring api. Namun, manusia serigala itu terus berlari dan saat dia menembus jaring api itu, dia menghilang.

Aku menyaksikan Xander yang masih dengan wajah datarnya mulai menghampiriku. Napasku terengah-engah. "Apa-yang-kau lakukan padanya?" tanyaku terengah-engah..

"Aku membawanya ke jalan menuju neraka," jawab Xander.

Mungkin aku akan bingung jika itu pertama kalinya dia menyebutkan neraka. Namun, tentu saja aku tahu dia serius mengatakannya.

"Terima kasih," kataku.

Xander tidak mengatakan apa-apa dan menghilang dari jalanan, sedangkan aku masih terengah-engah. Karena kejadian itu, aku putuskan untuk pulang saja. Takut, kalau-kalau ada makhluk lain yang mengincarku. Seharusnya ilmu bela diriku terpakai, tapi lebih baik berlari terlebih dahulu dan menghindar daripada meladeni makhluk immortal.

Jika saja yang mengejarku manusia normal, mungkin aku akan meladeninya. Namun, seorang manusia serigala yang kekuatannya lebih besar sepuluh kali lipat dariku? Tidak terima kasih, aku lebih baik berlari dan bersembunyi.

Saat sampai di rumah, ibu belum pulang. Dia memang selalu pulang malam, terutama saat hari sabtu dan minggu, karena pengunjung lebih banyak di hari itu. Aku menyambar lemari pendingin dan mengeluarkan kotak sereal lengkap dengan susu. Setelah mengambil mangkuk, kutuangkan sereal dan susu bersamaan.

Jam menunjukkan pukul enam. Aku bisa menonton salah satu film serial kesukaanku yang sudah direkam kemarin, sebelum Ibu pulang. Kubawa mangkuk penuh sereal dan susu ke ruang TV saat seseorang mengagetkanku. Secara spontan aku melempar mangkuk sereal ke arahnya dan semua isinya tumpah begitu saja.

"What the hell are you doing here?" tanyaku pada pria yang sedang memandangiku dengan wajah datarnya yang seperti tidak bersalah sama sekali.

"Mengawasimu," jawabnya santai.

"Mengawasiku agar aku tidak bisa bersembunyi darimu? Sedangkan kau saja bisa tahu aku tinggal di mana. Sangat lucu," kataku sinis.

Aku berjalan kembali ke dapur dan mengambil lap untuk membersihkan tumpahan serealku. Xander hanya berdiri di ruang TV sambil mengamatiku berjalan. Dia tidak menyusulku, tapi rasanya seperti dia terus mengikutiku.

Aku mulai membersihkan tumpahan serealku dan setelah bersih, aku menuang kembali sereal di mangkuk yang baru. Xander masih saja mengamatiku, namun aku bersikap seolah-olah dia tidak ada. Jadi, aku mulai menyalakan televisi dan menonton acara televisi kesukaanku.

"Kau menonton film manusia serigala?" tanya Xander yang akhirnya dia bicara juga. Aku kira dia tidak akan bicara.

"Kenapa?" tanyaku balik dengan sinis.

"Dasar fana, kalian menganggap mereka mitologi dan kalian sendiri justru membuat tontonan yang meyakinkan bahwa mereka ada." Xander kemudian duduk di sebelahku.

"Kau tidak suka? Kalau begitu jangan menonton ini," kataku. "Apa, sih, maumu sebenarnya? Aku kan sudah bilang akan membawakan orang lain untuk belajar mencintaimu."

Xander menyeringai. "Kenapa? Kau takut jatuh cinta denganku?" tanyanya.

"Hah? Kau bercanda? Mana mungkin aku mencintai seorang pria setengah malaikat dan setengah iblis sepertimu," kataku tiba-tiba. Saat itu juga aku sadar baru saja memberitahukannya bahwa aku mengenali makhluk macam apa Xander itu.

Xander menoleh padaku. Wajahnya terlihat serius sekarang. "Bagus kalau kau sudah tahu aku ini apa," katanya. "Akan memudahkanku untuk bekerja sama denganmu," tambahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top