6. Proposal

Jeritan dan rintihan memilukan hati sahut menyahut terdengar bahkan dari luar rumah yang dihuni oleh FrostFire, Glacier, dan Supra. Sesekali suara pilu anak manusia itu diselingi dengan suara berdebum kepalan tangan.

"Siap Kak Blaze?" Glacier bertanya sembari memanipulasi kaki kakak sepupunya yang ia tegakkan. Aroma menthol balsem yang kuat menguar dari si kakak sepupu yang sengaja ditegakkan.

"Ngga ...," jawab Blaze dengan suara lirih. Kedua tangannya mengepal semakin erat memegangi bantal sofa.

"Hitungan ketiga kakimu aku hentak ya Kak? Biar uratnya lurus lagi."

Blaze mengangukkan kepalanya dan memejamkam netra oranyenya erat-erat. "Ngggghh ...," rintih Blaze sebagai jawaban.

Glacier mulai melenturkan pergelangan kaki Blaze. Dengan penuh kelembutan Glacier menekuk-nekuk pergelangan kaki si kakak sepupu. "Siap ya Kak?"

"Ngh ngh," rintih Blaze sembari mengangukkan kepalanya.

Glacier menarik napas panjang dan bersiap menarik urat pada kaki Blaze yang keseleo. "Siap ... satu ... DUA!"

Pada hitungan ke dua itulah Glacier meluruskan kaki Blaze.

Kedua netra oranye Blaze mendelik selebar-lebarnya. Pembuluh darah pun bermunculan di sekeliling iris mata Blaze. "HUAAAA! GLACIEEEER!" Jeritan Blaze kali itu lepas begitu saja tanpa tertahan lagi. Titik air mata pun mengalir dari sudut netra oranyenya.

Memang pergelangan kaki Blaze sudah mampu bergerak normal lagi, walaupun harus dibayar dengan rasa ngilu nyeri yang berdenyut-denyut.

"Aduuuh ... hiks .... Sakitnyaaa, hiks," lirih Blaze diantara sesegukan dan isak tangisnya.

Glacier menghela napas panjang selagi ia melihat si kakak sepupu yang terkenal jahil itu menangis tersedu-sedu. "Sudah, Kak Blaze, sudah lewat ...," ucap Glacier sembari menggeser posisi duduknya ke samping Blaze.

"Sakiiit ... hiks ... huhuhuhu ... Hiks." Blaze yang masih berlinang air mata langsung memeluk pinggang Glacier.

"Alamak. Kak Blaaaze?" Glacier yang tidak menduga reaksi si kakak sepupu hanya bisa membiarkan dirinya dijadikan tempat peraduan. Bisa saja Glacier mendorong Blaze jauh-jauh, namun di satu sisi ia tidak tega melihat si kakak sepupu yang kesakitan.

"Sudah, Kak. Sebentar lagi sakitnya hilang ...," ucap Glacier sembari mengupas tangan Blaze yang memeluk pinggangnya. "Aku bantu Supra memasak dulu ya ...," ucapnya lagi sebelum berdiri dan melangkahkan kaki menuju dapur.

Di dalam dapur rumahnya, Glacier mendapati Supra sedang menghadapi meja dapur. Si adik terkecil Sudah menyiapkan berbungkus-bungkus mie instan yang telah digunting terbuka dan siap untuk dimasak. Air mendidih dalam sebuah panci telah menanti kepingan-kepingan mie instan kering untuk dimasak. Enam keping mie instan langsung diterjunkan ke dalam air mendidih untuk dimasak sebagai makan siang.

"Biar kubantu," ucap Glacier. Sementara menunggu mie instan yang tengah dimasak Suoa menjadi empuk, Glacier memasukkan bumbu-bumbu mie instan yang tersedia ke dalam sebuah mangkuk besar. Dengan sengaja Glacier mengganti beberapa bumbu bawaan mie instan itu dengan bumbu lain yang dirasanya akan menambah rasa gurih masakannya.

Alih-alih menggunakan minyak sayur bawaan dari mie instan yang tengah digodok, Glacier memakai mentega. Begitu pula dengan sambal dan kecap bawaan yang langsung dibuang untuk digantikan dengan kecap dan sambal yang lebih terpercaya.

Untuk menambah sedap rasa mie instan yang tengah dimasaknya bersama Glacier, Supra memecahkan dan menambahkan beberapa butir telur ke dalam panci yang sedang digunakan untuk merebus kepingan mie instan.

Setelah mie instan yang dimasaknya bertukar menjadi empuk, Supra langsung meniriskan rebusan mie bercampur telur itu sebelum dicampurkan ke dalam mangkuk yang berisikan bumbu.

Glacierlah yang mengaduk-ngaduk mie instan itu supaya bumbunya merata. Sementara itu Supra menyiapkan beberapa buah piring, sendok, dan garpu yang akan digunakan untuk bersantap siang. Setelah semuanya siap barulah mangkuk berisikan mie goreng instan dan semua peralatan makan yang diperlukan dibawa menuju ruang keluarga.

"Mie instan ...?" FrostFire yang baru saja selesai memijit kaki Solar mengintip ke dalam mangkuk yang dibawa Glacier.  Bibir FrostFire sedikit melengkung ke bawah, menunjukkan ketidaksetujuan akan masakan adiknya. "Ngga ada makanan lain apa?"

Mendengar komentar minim antusiasme dari FrostFire, Supra langsung cemberut. "Makan sajalah, Frost," ketus Supra sambil melirik tajam pada kakaknya. "Atau mau makan angin saja?"

"Ini 'kan ngga sehat!" protes FrostFire tanpa memedulikan lirikan Supra yang semakin tajam. "Nanti kamu kena-"

"Sudahlah." Blazelah yang menengahi debat mengenai mie instan antara kedua adik sepupunya. Dengan susah payah Blaze meraih piring yang dibawa Glacier beserta sebuah garpu. "Masih bagus ada makanan."

"Nanti dulu, Kak." Glacier menarik piring yang hendak diraih Blaze menjauh. "Mandi dulu sana, baru sarapan. Bau Kak Blaze bikin kita ngga napsu makan."

Kedua netra oranye Blaze langsung membelalak. "Hah? Kakiku masih nyeri, Glacy! Bagaimana aku bisa jalan ke kamar mandi?"

Glacier memutar bola matanya ke atas. Piring dan peralatan makan yang dibawanya langsung diletakkan di atas sofa. Dengan tangan terulur, Glacier berjalan mendekati Blaze. "Sini biar kubantu ke kamar mandi," ucap Glacier. "Kak Blaze harus mandi dulu, baunya kamu parah, Kak."

"Astaga ...," keluh Blaze sebelum ia mengamit tangan si adik sepupu. Secara hati-hati Blaze berdiri dengan sebelah kakinya yang tidak terkilir. "Kamu ini sama bawelnya dengan Kak Gempa ...," keluh Blaze sembari meloncat-loncat kecil menggunakan sebelah kaki dan tubuh Glacier sebagai penopang.

Beberapa saat lamanya FrostFire, Supra, dan Solar memperhatikan Glacier yang tengah memapah Blaze menuju kamar tidur tamu dimana kamar mandi terdekat berada. 

"Kak Blaze jarang mandi ya?" tanya Supra dengan berbisik kepada Solar.

Solar tidak langsung menjawab. Dia masih menggerak-gerakkan kakinya yang uratnya sudah dibetulkan oleh FrostFire. "Ngga cuma Blaze," jawab Solar sembari mendesis menahan nyeri pada kakinya. Dengan hati-hati Solar memanipulasi otot-otot kakinya supaya luwes kembali.

"Ngga kebayang seperti apa aroma di dalam rumah kamu, Kak ...," komentar Supra sembari menggelengkan kepala.

"Ngga parah-parah amat kok," jawab Solar sembari mengambil dua buah piring beserta garpu. Kemudian dari dalam mangkuk yang berada di atas sofa, Solar mengambil seporsi mi instan goreng untuknya. Tidak lupa ia mengambil satu porsi mie instan goreng lagi untuk Blaze yang sedang mandi. Kedua piring yang sudah berisikan mie instan goreng itu disisihkan tanpa disentuh lagi di atas sofa yang sedang diduduki oleh Solar. "Kita makannya tunggu Blaze selesai mandi ya? Lebih baik kalau kita makan bersama-sama."

"Ya, tunggu Glacier juga," ucap FrostFire yang setuju dengan saran kakak sepupunya.

"Bagaimana kakimu, Kak?" tanya Supra yang memperhatikan Solar. Dilihatnya si kakak sepupu yang meringis-ringis ketika ia mencoba menjejakkan kakinya di atas lantai.

Solar sedang berusaha berdiri. Ia berusaha untuk tidak terlalu menumpukan bobot tubuhnya pada kakinya yang telah diurut oleh FrostFire. "Masih nyeri, tapi lebih baik daripada tadi," jawab Solar yang kini mencoba berjalan memutari ruang keluarga.

Desisan demi desisan terdengar menyertai langkah Solar yang tertatih-tatih, apalagi ketika ia mencoba menjejakkan kakinya yang diobati FrostFire.

"Duduklah, Sol, nanti kakimu patah." Terdengarlah suara Blaze yang baru saja selesai mandi.

Solar menolehkan kepalanya. Dilihatnya Blaze yang baru saja selesai mandi. Tidak lagi bertelanjang dada, si kakak sudah berganti pakaian dan memakai kaus lengan pendek. Nampak Blaze tengah berusaha berjalan sendiri tanpa dipapah oleh Glacier.

Walaupun masih sedikit terpincang-pincang, keadaan Blaze jauh lebih baik daripada Solar. Si kakak yang memang biasa cidera karena suka bermain futsal dengan lebih  mudah mengacuhkan rasa nyeri di kakinya.

Menuruti saran Blaze, Solar langsung berjinjit menuju sofa terdekat.

"Nah ayo makan." FrostFire langsung menyambil seporsi mie goreng instan untuknya sendiri. Supra dan Glacier menyusul kakaknya mengambil porsi makan siang mereka masing-masing.

"Terima kasih Sol." Blaze menerima sepiring mie goreng instan yang sudah disisihkan oleh Solar. Walau tipis, sebuah senyuman penuh terima kasih melintas di wajah si kakak.

"S, O, L, A, R. SOLAR. Namaku jangan disingkat gitu bisa 'kan, LEZ," ketus Solar dengan bibirnya yang cemberut monyong.

"Monyongkan lagi, LAR-on. Mulutmu persis brutu (pantat) ayam," ledek Blaze sebelum menggarpu seonggok mie goreng instan ke dalam mulutnya.

FrostFire yang mendengar debat kedua kakak sepupunya itu langsung menelan bulat-bulat mie goreng instan yang belum selesai dikunyahnya. Ia langsung terbatuk-batuk tersedak mie yang ditelan asal-asalan itu. "Ohok! Uhuk uhuk! Lar-on?"

"Panggilan dia di rumah," jawab Blaze sembari mengedikkan kepala ke arah Solar.

"Rumah kakak pasti ngga pernah sepi ya .... Tujuh orang, ngga ada orang tua ...," ucap FrostFire. Ia menghela napas panjang, membayangkan betapa menyenangkannya hidup bebas.

Kali ini Solarlah yang menjawab, "Ya, ayah 'kan kerjanya jauh. Lagipula sayang rumah Atuk kalau ngga ditinggali."

"Tapi ngga bebas sepenuhnya juga sih. Ada Kak Hali, Kak Taufan, dan Kak Gempa yang menjaga kita semua." Blaze menyambung penjelasan Solar.

"Tetap lebih menyenangkan daripada cuma bertiga saja ...," keluh FrostFire sembari melirik pada kedua adik-adiknya.

Lirikan FrostFire dibalas dengan lirikan lagi oleh Supra. "Jadi kamu bosan dengan aku? atau dengan Glacier? Bertuah punya kakak," ketus Supra dengan wajah cemberut.

FrostFire meneguk ludahnya ketika ia melihat kerutan-kerutan yang mendadak muncul di wajah Supra. "Eh! Ngga! Aku ngga bosan dengan kalian! Jangan salah paham!" ucapnya dengan cepat sebelum merangkul si adik yang cemberut. "Aku sayang kamu dan Glacier kok. Kalian 'kan adik-adikku."

Solar dan Blaze saling bertatapan setelah melihat interaksi kecil adik-adik sepupu mereka. Terjadilah pertukaran bahasa tanpa terucap diantara Blaze dan Solar seakan keduanya saling mengerti isi pikiran lawannya.

"Hey Frost," panggil Blaze dengan cengiran khasnya terpampang di wajah. "Aku ide."

"Semacam penawaran untuk kamu, Glacier, dan Supra." Solar menyambung kata-kata Blaze.

"Hah?" serempak FrostFire, Glacier, dan Supra menengok ke arah kedua kakak sepupu mereka. "Tawaran apa, Kak?" tanya FrostFire mewakili adik-adiknya.

"Bagaimana kalau kalian gantian menginap di rumah kita?" ucap Solar mengajukan penawarannya. "Libur sekolah nanti pasti panjang. Kenapa ngga coba main-main ke Pulau Rintis?"

"Ya memang ngga ramai seperti Kuala Lumpur, tapi suasananya damai, tenang. Mau jalan-jalan pun bisa, dari bukit yang sejuk sampai pantai yang cerah ada semua," tambah Blaze yang melanjutkan penawaran Solar.

Kini FrostFire, Glacier, dan Supralah yang saling melempar pandangan. Penawaran yang diajukan Solar itu terdengar cukup menarik bagi Supra. "Betul juga ... disini hiburan kita hanya mall, mall, mall, dan mall saja .... Bagaimana, Glacier?" tanya Supra pada kakaknya.

"Rumah Tok Aba .... Sudah lama juga sih kita ngga main kesana," gumam Glacier sembari mengangguk-anggukkan kepalanya. "Boleh juga, Kak Sol. Aku mau-"

"S, O, L, A, R. SOLAR. Nama indahku jangan disingkat sembarangan," desis Solar keberatan karena namanya disingkat-singkat seenaknya oleh adik sepupunya. "Bagaimana kalau namamu kusulap jadi Laci?"

Sebuah sweatdrop menitik di kepala Glacier. "Ah, iya, iya. Kak Solar ada benarnya, maaf."

Supra mendadak terkekeh mendengar singkatan baru untuk nama kakaknya itu. "Laci ... pfftt."

Glacier kontan menghadiahi kakaknya dengan sebuah lirikan tajam. "Hssh. Supra, jangan rusak namaku!" ketus Glacier sembari mendaratkan jepitan jari telunjuk dan jempolnya pada paha Supra

"Aduh! Sakit!" Supra nyaris melompat kaget karena sengatan cubitan jari Glacier yang dalam namun kecil menitik. "Cubitanmu mengalahkan cubitan emak-emak, tahu ngga?!"

Glacier mendengkuskan napas sebagai jawaban atas komentar adiknya.

Supra yang masih mengusapi pahanya menolehkan kepala ke arah FrostFire. "Kamu sendiri gimana, Frost? Mau jalan-jalan ke Pulau Rintis liburan nanti?"

"Mau dong," FrostFire menjawab tanpa keraguan sedikit pun. "Sudah lama aku ngga ketemu Abang Taufan dan Kak Thorn!" lanjut FrostFire dengan antusias.

"Hauhan han Hhorn hashi henang-"

"Telan dulu makananmu, Blaze," tegur Solar yang melihat Blaze berbicara dengan mulut yang penuh makanan.

Bahkan FrostFire, Glacier, dan Supra terlihat tidak senang akan cara Blaze berbicara dengan mulut yang penuh makanan.

"Haafh." Blaze langsung menelan bulat-bulat mie goreng instan yang ada di dalam mulutnya. Batang leher Blaze pun bergerak-gerak ketika suapan mie goreng instan yang cukup banyak itu bergerak menuruni kerongkongannya. "Aku bilang, Kak Taufan dan Thorn pasti senang bertemu kalian," ucap Blaze sembari menatap ketiga adik sepupunya.

FrostFire, Glacier, dan Supra saling berpandangan. Sebuah senyuman pun merambat perlahan pada wajah mereka yang berseri-seri. "Nanti aku coba minta ijin ke ayah atau ibu. Seharusnya sih boleh saja kita menginap di Pulau Rintis," ucap FrostFire.

"Kecuali kalau nilai ulangan dia jeblok lagi," celetuk Supra dengan memasang tampang tanpa dosa sementara jari telunjuknya mengarah pada FrostFire. "Kalau nilainya ulangannya jeblok lagi, dia bakal dikurung di rumah, gak boleh kemana-mana."

Tuduhan Supra membuat FrostFire merengut kesal. "Hey, nilai ulanganku sudah mendingan ya!" Lirikan tajam netra oranye aquamarine FrostFire menitik pada Supra yang kini terkekeh-kekeh menahan tawa.

"Pfft. Bahasa Inggris dari C minus jadi C plus. Matematika dari D ke C. Pendidikan jasmani dari B ke A. Memang mendingan sih kecuali Fisikamu, dari C ke E," ujar Supra diantara bibirnya yang berkedut gemetaran.

"Wah minta ini bocah satu," desis FrostFire yang terlalu lembut untuk didengar siapa pun kecuali dirinya sendiri. Diperhatikannya Supra yang hampir menghabiskan porsi mie goreng instannya sebelum ia meletakkan piringnya sendiri yang hampir kosong.

Tanpa peringatan, FrostFire menerjang maju dari posisi duduknya. Secepat kilat FrostFire memeluk Supra dari belakang. Jari-jari FrostFire kemudian menari dengan mantapnya pada rusuk Supra.

"Hoeee! F-FrostFireee! Ja-Jangan! Bwahahahaheheheh! Huahahaha! Stop! Mu-muntah nanti aku!" Menjeritlah Supra ketika rusuknya dikelitiki dalam-dalam oleh FrostFire. "Glacier! Tolooong! Kh-Kak Blaaaaze! Aaahhh! Hihihihahahaha!"

Blaze dan Solar saling berpandangan melihat kelakuan kedua adik sepupu mereka.

"Biarkan saja, aku masih lapar." Blaze mengedikkan bahu dan meneruskan santap siangnya.

Solar memyambut gagasan Blaze dengan anggukkan kepala. "Yap, aku setuju. Tugasku memastikan kalian ngga merubuhkan rumah, bukan mencegah pertandingan gulat diantara kalian."

"Jauh sedikit gulatnya sana, nanti makanannya ketendang kaki kalian," dengkus Glacier sembari menjauhkan piring-piring berisikan mie goreng instan yang berada di atas lantai dari jangkauan kaki FrostFire dan Supra.

"Stooop! Le-lepaskan aku Frost!" Usaha Supra melepas belitan tangan FrostFire belum membuahkan hasil, apalagi secara fisik memang FrostFire lebih berotot dan kuat dibandingkan Supra.

"Enak saja! Kamu milikku siang ini, Sup! Bersiaplah!" ketus FrostFire yang semakin dalam memijit-mijit rusuk adiknya.

"MAMAAA TOLOOOONG!"
.

.

.

Bersambung.

Thanks to RainyMaiden untuk ide nama "Leci" nya Glacier.

Terima kasih kepada para pembaca yang sudah bersedia singgah. Bila berkenan bolehlah saya meminta saran, kritik atau tanggapan pembaca pada bagian review untuk peningkatan kualitas fanfic atau chapter yang akan datang. Sebisa mungkin akan saya jawab satu-persatu secara pribadi.

Sampai jumpa lagi pada kesempatan berikutnya.

"Unleash your imagination"

Salam hangat, LightDP.

Author fanfic sejak 2003

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top