5. Insiden Kecil
Matahari bergulir semakin meninggi di atas langit Kuala Lumpur. Fatamorgana menyelimuti permukaan bumi dibawah guyuran panasnya mentari siang yang menyengat ubun-ubun kepala. Namun panasnya terik mentari bukanlah halangan bagi penduduk kota Kuala Lumpur, apalagi hari itu adalah akhir pekan yang dinanti-nanti. Saat yang tepat untuk beristirahat dengan tenang dalam keteduhan rumah yang nyaman.
Namun ....
"Wuahahahahaha! Jangaaaaan! FrostFireee! Solaaaaar!" jeritan pecah serak membahana diantara tawa Blaze yang terbahak-bahak dari sebuah kamar yang berada dalam sebuah rumah di pinggiran kota Kuala Lumpur.
Blaze berada terlentang di atas lantai kamar milik FrostFire. Dalam sebuah deja vu yang tidak mengenakkan, Blaze tidak bisa berbuat apa-apa terhadap empat orang yang menindih dan menahan tubuhnya. Tangan kanannya ditahan oleh Supra sementara yang sebelah kiri oleh Glacier. Kedua kaki Blaze ditahan sekuat tenaga oleh FrostFire sementara perut Blaze diduduki dan ditahan oleh Solar.
"Sssolaaaarrr! Hahahahahaehehehe! Su-sudaaaah!" Blaze yang ditindih oleh empat orang saudaranya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ditengah rasa geli yang menusuk-nusuk ulu hatinya. Tubuh Blaze yang telanjang dada tidak memberikan perlindungan terhadap serangan jari-jemari Solar.
Alih-alih berhenti, Solar semakin cepat menarikan jari-jari kedua tangannya pada rusuk dan ketiak Blaze yang tidak terlindung sehelai benang pun. Semakin cepat Solar menarikan jari-jemarinya, semakin kuat pula Blaze berontak. "Empat lawan satu, Blaze. Makanya lain kali mikir dulu."
"Ahahahaha! Sudah! Stop!" Garis air mata mengalir dari pojok netra oranye Blaze diiringi dengan wajahnya yang semakin memerah pula. "Ma-mati akuuu!"
"Aku mau lihat Kak Blaze ngompol," ucap FrostFire entengnya dan dengan tampang tanpa dosa. Tanpa peringatan FrostFire menarik-narik jari-jari tangannya melintasi telapak kaki si kakak sepupu.
"WUAAAAAA! STOOOP! SOLAAAAR! FROOOOSTY!" Meronta sejadi-jadinya tidak membuahkan hasil. Alih-alih terlepas dari tindihan tubuh saudara-saudaranya, Blaze malah semakin kelelahan. Bagian tubuhnya yang dikelitiki tanpa ampun oleh Solar dan FrostFire pun terlihat lebih memerah daripada bagian tubuhnya yang lain.
"Tambahin ah ...." Jari telunjuk Supra mendarat mulus persis di belakang daun telinga Blaze yang membuat si empunya daun telinga semakin giat meronta.
"SOLAAARRR! TOLOOOONG!" jerit Blaze ditengah keputusasaannya. Ritme napas Blaze semakin tidak beraturan. Semakin sulit baginya untuk menarik napas ditengah kelitikan tanpa ampun dari ketiga adik sepupunya dan Solar.
Melihat wajah bermandikan keringat Blaze yang semakin memerah Solar menghentikan kelitikan jari-jarinya pada rusuk dan ketiak si kakak. Sebetulnya tidak hanya wajah saja yang berkeringat, hampir seluruh tubuh Blaze dipenuhi bintik-bintik keringat yang mengeucur deras bahkan sampai membasahi permukaan lantai dimana ia ditahan oleh saudara-saudaranya.
"Hah hah hah ... turun .... Hah hah hah. Turun kau, Solar," desis Blaze diantara tarikan napasnya. Tatapan netra oranyenya bagaikan menyala-nyala penuh dendam pada si adik yang menindih tubuhnya. "Turun ... atau kuhajar!" ancam Blaze lagi.
"Hooo, kamu ngancam aku?" Seringai sinis Solar mengembang dan Blaze kontan meneguk ludah. "FrostFire! Ayo lagi!"
"JANGAAAAAN! WUAHAHAHAHAHA!" Kembali tawa geli Blaze meledak ketika kedua telapak kaki dan ketiaknya digarap oleh FrostFire dan Solar secara bersamaan. "Sh-stooooop! Sh-Solaaaarrr! Tegaaaaa!"
"Ternyata Kak Blaze gelian parah ya?" Glacier terkekeh-kekeh kini ikutan mengelitiki tengkuk si kakak sepupu.
"Hiaaaa! Glacieeeeer! Jangaaaan!" Mengedikkan kepala dari kanan ke kiri dan sebaliknya tidak banyak membantu Blaze menghindar dari serangan jari-jari Glacier dan Supra. Tidak mampu lagi Blaze berpikir lurus, otaknya terasa tengah dimasukkan ke dalam blender dan digiling sampai lumat.
Seperti cacing yang terkena garam, Blaze meliuk-liukkan tubuhnya tak tentu arah. Hanya ada satu hal di dalam otaknya, ia harus melepaskan diri dari serangan jari-jari Solar, FrostFire, Glacier, dan Supra yang tidak mengenal belas kasihan.
Napas Blaze semakin sesak dan air matanya mengalir dengan deras diantara tawa yang semakin geli dan tidak kunjung reda. "Huah hahah hah hahah, stop, stoooop" lirih Blaze dengan suara yang benar-benar tercekat seperti tenggorokannya sedang dicekik.
Dengan sebuah senyum sinis mengulas, Solar mendekatkan wajahnya pada wajah Blaze. "Ampun ngga, Blaze?" tanya Solar dengan nada meledek.
"Ngga! Kamu yang mulai mulai!" ketus Blaze sembari menghentakkan tubuhnya. Seluruh tenaga yang tersisa dikerahkan Blaze untuk melemparkan Solar dari atas tubuhnya.
Sayangnya dengan kedua tangan dan kaki yang tertahan, Blaze tidak punya cukup ruang untuk mengungkit tubuhnya sendiri. Usahanya melontarkan Solar berakhir dengan sia-sia.
"Ngga mau ngaku kalah juga?" tanya Solar sembari menyeringai sinis. Mendadak Solar melebarkan kedua tangannya bagaikan seekor merak putih yang mengembangkan sayapnya. "Kalau begitu .... Terimalah jurus Jari-jari Solar Berganda. Hiaaaaa!" Dengan itu Solar mendaratkan ujung jari-jarinya sedalam mungkin ke dalam cekungan ketiak Blaze yang terpampang.
"Huaaaaa! SOLAAAAARRRR!" Blaze menggelepar lebih hebat daripada sebelumnya ketika kedua bagian tubuhnya yang paling sensitif itu diserang habis-habisan oleh Solar. "MWAHAHAHAHAHAH! SO-SOLAAAARRHH! HAHAHAHEHEHEHEH! TOLOOOONG!"
"Ampun ngga? Ngaku kalah ngga?" Tanpa berjeda Solar melanjutkan serangan kelitikan jarinya. Dari posisinya, ia bisa melihat wajah Blaze yang memerah dan tubuh kakaknya yang bermandikan peluh keringat.
"Hehehehehahahaha! Ngga! Ngga akan! Huahahahaha!" jawab Blaze diantara gelak tawa yang tak kunjung mereda. Kedua netra oranyenya terpejam erat-erat selagi ia Blaze berkonsentrasi mengusir ngilu geli yang terasa menusuk-nusuk otaknya. "Hnggaaahh! Solaaaar! Stooop!" Bahkan suara yang keluar dari tenggorokan Blaze terdengar semakin pecah dan parau.
"Mengaku kalah sajalah Blaze," goda Solar tanpa mengurangi intensitas tarian jari-jarinya pada rusuk dan ketiak si kakak.
"I-IYA AKU KALAH!" Bendera putih pun terkibar. Blaze tidak sanggup lagi menahan siksaan tanpa ampun dari keempat saudaranya. Ego dan harga dirinya ditelan bulat-bulat. Lebih baik ia mengaku kalah sebelum pingsan atau lebih parah lagi, ngompol di celananya.
"Nah!" Solar langsung menarik mundur semua jari-jarinya dari tubuh Blaze. Secara bersamaan FrostFire, Glacier, dan Supra melepaskan tindihan tubuh mereka dari Blaze.
"Ke-kejam! Kalian ... sadis!" ketus Blaze yang masih tergeletak di atas lantai dengan napas yang terengah-engah. Begitu lelahnya Blaze setelah disiksa oleh Solar dan ketiga adik sepupunya sampai ia tidak lagi memedulikan tubuhnya yang bermandi peluh keringat. Bahkan jari tangannya pun terasa sangat berat ketika ia menunjuk ke arah Solar yang tersenyum-senyum puas. "Awas kau nanti, Solar."
"Ooh, kamu mau dikelitikin lagi, Blaze?" ledek Solar sembari bersiap naik ke atas tubuh kakaknya yang tergeletak di atas lantai.
"Jangan!" Blaze menggelengkan kepalanya. "Ngga, ngga lagi-lagi!" cicit Blaze yang lengkap dengan mimik muka horor.
Setelah beberapa saat lamanya Blaze berbaring di atas lantai dan beberapa kali menarik napas barulah ia berani untuk mendorong tubuhnya sampai terduduk. Butiran-butiran titik keringat masih saja menitik pada tubuh bagian atas Blaze yang bertelanjang dada.
FrostFire melirik pada si kakak sepupu kedua yang tengah menatap tubuhnya sendiri yang penuh keringat. "Kak Blaze kapan datang kemari?" tanya FrostFire
"Semalam," jawab Blaze. "Solar menelponku jam sepuluh malam. Dia meminta aku kesini untuk mengurus kalian ...."
FrostFire mengerenyitkan dahinya. Ia memanggil kembali ingatannya mengenai apa yang terjadi pada malam kemarin. "Bagaimana bisa? Kak Solar sama Supra 'kan kita ikat."
Solar yang mendengarkan pertanyaan FrostFire itu menggelengkan kepala. "Ckckckck," decak si kakak sepupu sembari menggoyangkan jari telunjuknya. "Kamu meremehkan kemampuanku untuk melepaskan diri, Frost. Apa kamu lupa aku dan Thorn pernah diculik dan lolos?"
Kelopak kedua netra FrostFire mengedip cepat. "Eeh? Betulan? Kak Solar sama Kak Thorn pernah diculik? Kapan?"
"Makanya jangan baca doujinshi melulu, Frost," ucap Supra. "Aku baca beritanya di koran. Kak Solar dan Kak Thorn diculik Rob, Robert, dan Roberto itu 'kan?"
Solar menganggukkan kepalanya sebelum menceritakan pengalaman masa lalunya (Fanfic: Fotosintesis). "Iya. Niatnya aku mau memotret kejahatan mereka malah ketahuan. Jadilah aku diringkus mereka. Thorn kebetulan lewat mau menolong aku, tapi Thorn ngga bisa berkelahi .... Jadilah kita berdua diringkus lalu diculik."
Tanpa disadari olehnya sendiri, FrostFire meneguk ludahnya. Ia tidak bisa membayangkan seperti apa jika dirinya berada di posisi Solar atau Thorn. "Tapi Kak Solar hebat, bisa lolos," puji FrostFire dengan sebuah senyum yang agak dipaksakan.
"Karena ada Thorn juga. Kalau aku disekap sendirian pasti aku sudah mati konyol. Kakak-kakak yang lain juga datang menolong aku dan Thorn."
"Kak Blaze juga?" Gantian kali ini Glacier yang bertanya. Ditatapnya si kakak sepupu yang bernetra oranye itu. Kekaguman jelas terlihat di wajah Glacier yang baru kali itu mendengar kisah petualangan Solar dan aksi Blaze.
"Oiya dong!" ujar Blaze dengan seringai penuh kebanggaan. "Aku, Kak Hali dan Kak Taufan yang menghajar orang-orang yang menculik Solar ini." Blaze menjelaskan sembari merangkul Solar pada pundaknya. Ditariknya lebih dekat si adik yang bernetra kelabu itu dan diusap-usapnya kepala si adik.
"Hoee! Blaze! Badanmu keringatan, bau!" protes Solar sembari mencoba mendorong Blaze menjauh sebelum aroma tubuh si kakak yang bermandikan keringat itu menyerang indera penciuman.
"Wangi aroma alami lelaki, Solar!" ketus Blaze yang merasa tersindir. Spontan ia mengangkat lengannya dan memamerkan ketiaknya pada Solar.
"Iya, iya, ketekmu indah, Blaze!" ketus Solar mengalah sembari bergeser menjauh. "Mandi dulu sana!"
Begitu pula dengan Supra yang secara refleks menutup hidungnya yang mungil. "Ugh! Kak Blaze bau!" kutuk Supra sembari mendekatkan diri kepada Solar.
Glacier malah mengendus-endus udara di dalam kamar milik FrostFire. "Kurasa ini baunya ngga cuma Kak Blaze doang deh ... kita semua yang disini belum mandi pagi tadi ...," keluh Glacier sembari mengibaskan tangannya di depan muka. "Aku mandi dulu deh," ucapnya lagi sembari mendorong tubuhnya berdiri.
"Sama." Supra menyusul berdiri. Tanpa permisi lagi ia langsung melangkahkan kaki keluar dari kamar milik FrostFire.
"Nah aku mandi dimana nih?" tanya Blaze yang nampak kebingungan. Ia melirik pada FrostFire, berharap adik sepupunya itu mau meminjamkan kamar mandinya.
FrostFire melirik balik pada Blaze. Pada saat itu pula melintas cengiran jahil di wajah FrostFire. "Kak Blaze pakai kamar mandi tamu saja."
Solarlah yang terbelalak mendengar jawaban FrostFire. "Lah? Lalu aku? Mandi dimana?"
FrostFire tidak langsung menjawab. Ia lebih dulu masuk ke dalam kamar mandinya. "Kak Solar mandi di halaman belakang saja!" ucap FrostFire dengan cepat sebelum menutup dan mengunci pintu kamar mandinya.
Pada saat yang hampir bersamaan, Blaze meloncat berdiri dan langsung berlari keluar dari kamar FrostFire. "Aku duluan, Sol!"
"HOI! Aku duluaaan!" Solar yang masih duduk di lantai langsung melompat berdiri. Secepat kakinya mampu, Solar langsung berlari, berusaha mengejar dan mendahului kakaknya ke kamar mandi.
Suara langkah Blaze dan Solar yang kejar-kejaran menuju kamar mandi terdengar berdebum-debum ketika kedua kakak beradik itu berlari menuruni tangga. Di tengah panasnya adegan kejar-mengejar kedua kakak beradik itu, mereka melupakan sesuatu hal ....
"WUAAAA!" Jeritan Blaze dan Solar sahut menyahut membahana. Tidak ada dari Solar atau Blaze yang ingat akan berbutir-butir kelereng di atas lantai anak tangga rumah itu. Jebakan yang memakan korban FrostFire di pagi hari kini memakan penciptanya sebagai korban.
.
Sejam kemudian ....
.
"Aduh! Glacier! Pelan-pelan!" teriak Blaze dengan suara terbekap bantal. Ia berbaring tengkurap di atas sofa sembari memeluk sebuah bantal yang ia gunakan untuk meredam suaranya.
Glacier menggelengkan kepalanya. "Ini sudah pelan, Kak," ucap Glacier dengan suara lembut.
Aroma menthol balsem tercium dengan jelas ketika Glacier membalurkan obat tradisional itu pada pergelangan kaki Blaze. Perlahan tapi pasti, Glacier mengurut otot-otot pada pergelangan kaki dan betis kakak sepupunya yang terkilir karena terjun bebas dari tangga.
Pada sebuah sofa yang berdekatan, FrostFire juga melakukkan hal yang sama kepada Solar. "Rasain, senjata makan tuan!" FrostFire meledek sembari tangannya yang cekatan memijat betis si kakak sepupu.
"Ngh! Aduuuh! Aaaah! Pelan-pelan!" rengek Solar sembari memukuli permukaan sofa yang ditidurinya. Dengan sengaja Solar menenggelamkan wajahnya dalam busa sofa yang ia tiduri untuk meredam suara jeritannya sendiri.
"Lagian sih jahil, pakai acara pasang-pasang jebakan segala." Bibir FrostFire berkedut-kedut menahan tawa. Apalagi ketika FrostFire mendengar suara sesegukan napas Solar yang terdengar ditahan-tahan.
Tidak terima dituduh jahil, Solar langsung mengangkat dan menolehkan kepalanya. Dilirknya si adik sepupu yang cekikikan menahan tawa. "Ka-kamu 'kan yang ngiket aku dan Supra semalam! Kamu yang jahil duluan!"
"Daripada bosan!" seru FrostFire sembari menekuk pergelangan kaki Solar secara cepat dan tanpa peringatan.
"Hngh?!" Kedua netra kelabu Solar mendelik seiiring dengus napasnya yang mendadak tertahan. Kepalanya pun terangkat tegang, lepas dari permukaan sofa peraduannya. "Huaaaa! FrostFireeee! Aaaahhh!" Solar hanya bisa menjerit sembari memukuli sofa yang ia tiduri. Titik air mata pun mengalir dari pojok netra kelabu Solar yang berkaca-kaca. Kedua rahangnya mengatup dan mengunci erat-erat guna menahan nyeri pada kakinya.
Supra yang sedang berada di dapur menyempatkan diri untuk mengintip ke arah ruang keluarga. Ditengoknya Solar yang sesegukan menahan sakit dan Blaze yang mengaduh-aduh karena pijitan FrostFire dan Glacier. "Kenapa jadi kita yang jagain mereka .... Harusnya 'kan Kak Solar yang menjaga kita ...," gumam Supra pada dirinya sendiri seraya menggelengkan kepalanya.
.
.
.
Bersambung.
Terima kasih kepada para pembaca yang sudah bersedia singgah. Bila berkenan bolehlah saya meminta saran, kritik atau tanggapan pembaca pada bagian review untuk peningkatan kualitas fanfic atau chapter yang akan datang. Sebisa mungkin akan saya jawab satu-persatu secara pribadi.
Sampai jumpa lagi pada kesempatan berikutnya.
"Unleash your imagination"
Salam hangat, LightDP.
Author fanfic sejak 2003
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top