Memori 2 - Ruang Waktu Untuk Farhan (Halimah RU)
Apa yang terpikir olehmu, ketika sebuah kejadian masa lalu bisa berubah? Aku bisa mengubahnya hanya dengan mendatangi lokasi dan menyebut tanggal kejadian. Tapi batas waktu hanya 24 jam, jika tidak akan terjebak di sana selamanya.
Seminggu yang lalu, aku mendapatkan sebuah permintaan dari seorang pemuda. Nama dia Farhan, nama yang sangat berarti bagi dia. Dia datang dengan sangat terburu-buru, sepertinya habis pulang bekerja.
"Kamu bisa mengubah kejadian masa lalu, bukan?" Tanyanya pada saat pertama kita bertemu. Aku belum mengetahui namanya waktu itu.
Aku mengangguk.
"Kalau mengubah masa lalu orang lain, bisa?" Tanyanya lagi.
Biasanya seseorang yang datang kepadaku meminta mengubah masa lalunya atau bertemu dengan orang tuanya, tetapi dia ingin mengubah masa lalu orang lain.
"Bisa," Jawabku singkat.
Aku menjelaskan bagaimana prosedurnya, tentu saja dengan konsekuensi.
"Kalau orang itu sudah meninggal, bagaimana?" Pemuda menundukkan kepala sambil mengucapkan dengan lirih.
Sebenarnya aku belum pernah menemukan kasus seperti ini dan aku juga tidak tahu untuk menjawaban pertanyaannya. Pemuda itu menatapku, berharap mendapatkan jawaban yang dia inginkan.
"Aku tidak tahu, aku belum pernah menemukan kasus seperti itu,"
Dia menghela napas.
"Bagaimana kalau kau mencoba? Bisa jadi keajaiban muncul dan orang itu tidak akan meninggal di masa depan," Pemuda itu terlihat bersemangat kembali dengan mata bersinar menatapku.
"Aku hanya bisa mengubah kejadian, bukan orang yang meninggal. Tetapi, jika kejadian itu bisa diubah dan orang itu tidak meninggal, maka takdir Tuhan yang bisa berkendak. Aku hanya manusia biasa,"
Pemuda itu termenung mendengar jawabanku. Setelah lima menit dia menimbang-nimbang, akhirnya menerima, apapun risikonya.
Dua hari sesuai janjinya, dia datang. Dia berpakaian lebih santai, berbeda dari waktu itu.
"Apakah sudah siap?" Tanyanya kepadaku.
Aku mengangguk. Dia kemudian melihat ke jam tangan dan matahari terbenam. Cukup lama dia menatap.
"Jadi? Siapa yang ingin kamu selamatkan?" Aku bertanya pertanyaan sama lagi.
"Seseorang yang tidak pernah aku lihat. Nama yang sama denganku, kamu akan mengetahuinya," Dia akhirnya menjawab, masih dengan menatap ke matahari terbenam.
"Aku tahu kamu pasti tidak akan membantu seseorang dengan cuma-cuma. Kamu juga memiliki banyak pertanyaan tentang siapa dia. Aku yakin kamu tidak akan menyesal menyelamatkannya,"
Pemuda itu menambahkan dengan sangat yakin, seperti ketika pertemuan awal dengannya. Aku tidak tahu magnet apa yang membuatku ingin membantunya.
"Sekarang waktunya," Pemuda itu segera menggenggam tanganku dengan erat dan aku pun menyebut tempat dan tanggal kejadiannya.
24 September 1999.
Aku membuka mataku dan melihat sekeliling. Pemuda disampingku juga melakukan hal yang sama. Kita melihat sesuatu yang tidak pernah terbayangkan. Foto-foto zaman dahulu terasa seperti berwarna dan berjalan di depan mata. Meskipun aku beberapa kali melakukan perjalanan waktu, tempat ini begitu berbeda dan lebih hidup.
"Ayo, kita harus mencari orang itu," Pemuda itu segera berlari ke dalam kampus.
Dia mencari seorang mahasiswa bernama Muhammad Farhan, seorang aktivis yang sedang kuliah jurusan hukum. Aku baru mengetahui nama pemuda itu saat ini.
"Ah, kamu baru tahu namaku. Maaf," Respon dia ketika memberi tahu namanya. Orang yang aneh.
Dia terlihat sangat hafal dengan letak gedung-gedungnya, sesekali dia bertanya ke mahasiswa. Pemuda itu pasti sudah menelusuri kampus ini sebelumnya.
"Tidak ketemu," Pemuda berjalan gontai dan duduk di sampingku. Aku sudah menyerah dari tadi dan duduk disana.
Kita mencari kembali ke kantin, perpustakaan, hingga gedung-gedung lainnya, hingga sampai di gedung UKM. Aku menghela napas karena lelah. Sudah sekitar satu jam kita berkeliling, matahari sudah terbenam sepuluh menit yang lalu.
Farhan menyuruhku untuk masuk ke dalam. Masih banyak mahasiswa di gedung UKM, ada beberapa yang keluar masuk dan terlihat beberapa mahasiswa sedang duduk melingkar mendiskusikan sesuatu. Farhan menyuruhku untuk duduk di sampingnya, mendengarkan diskusi mereka.
"Kalian disini adalah orang pilihan. Besok kita turun ke jalan, membersamai para teman kita yang sudah menyuarakan di berbagai kota. Pantang menyerah, hidup demokrasi!" Ruangan itu membahana dengan sahutan seluruh mahasiswa.
Pemimpin aksi tersebut kemudian menyuruh diam dan berbicara dengan seseorang di belakangnya.
"Itu dia Muhammad Farhan yang kita cari, di belakang pemimpin aksi," Aku menoleh ke arah pemuda di belakang pemimpin aksi. Farhan di sampingku memberikan sebuah foto hitam putih kepadaku. Aku melihat dan membandingkannya. Memang lelaki itu yang kita cari.
"Apa yang kita lakukan?" Tanyaku.
Farhan hanya diam mematung tanpa menjawab. Dia menatap persis ke pemuda yang bernama Farhan di depannya dengan seksama. Aku tidak ingin mengganggunya.
Pukul delapan malam sekumpulan mahasiswa bubar untuk pulang dan berjanji akan berkumpul kembali disini pukul satu siang.
Masih ada beberapa yang masih tinggal, termasuk Farhan, lelaki masa lalu yang kita cari. Farhan di sampingku mendekatinya, aku mengikuti di belakang.
"Kak Farhan, kan?" Tanya Farhan dari masa depan.
Farhan dari masa lalu menjawab dengan singkat, bahwa dia memang Farhan yang kita cari. Farhan dari masa depan memperkenalkan diri, tapi dengan nama berbeda, Gilang. Dia beralasan kita saudara jauh yang merantau dan ingin menginap di tempat tinggalnya. Farhan dari masa lalu langsung membolehkan, sepertinya Farhan dari masa depan sudah merencanakan semuanya.
Rumah Farhan masa lalu sangat indah. Bercorak betawi tetapi ada sisi rumah belanda dengan taman yang luas. Di rumah, kita di jamu dengan layak oleh orang tua Farhan. Orang tua Farhan dari masa lalu sangat baik, bahkan banyak bercerita, tetapi Farhan dari masa depan tidak terlihat menikmati. Terlihat di matanya ada kesedihan.
Keesokan paginya, Farhan dari masa depan segera menyuruhku bergegas. Aku lirik jam, masih pukul sepuluh pagi.
"Ayo cepat, sebelum terlambat. Farhan sudah ke kampus," Aku pun teringat permintaan Farhan masa depan. Apakah orang yang dia cari Farhan masa lalu? Berarti orang yang meninggal itu dia.
Kita sampai di kampus tetapi tidak menemukan Farhan. Bahkan di Fakultas Hukum tidak ada, akhirnya kita sampai di gedung UKM. Di dalam mahasiswa terlihat gusar dan bolak balik gedung dengan raut muka panik. Aku bertanya, ternyata ada demo di depan kampus. Farhan masa lalu bertanya dimana keberadaan Farhan masa depan.
"Dia sudah disana, membantu yang terluka," Jawab seorang mahasiswa. Farhan langsung berlari ke depan kampus.
Sesampai di depan kampus, terlihat banyak mahasiswa dan aparat sedang adu argumen. Tidak ada yang mau mengalah. Semestinya jam satu siang, tetapi baru jam sepuluh lewat sudah sangat kacau situasinya.
Aku berlarian ke sana kemari, mengikuti langkah Farhan masa depan yang sudah jauh di depan. Barisan mahasiswa ini sangat kacau, aku terseret oleh seseorang untuk tidak memasuki gerombolan mahasiswa di depan. Aku kehilangan Farhan.
Aku berusaha lari ke depan kampus tetapi, suara tembakan terdengar. Aku terkejut langsung berjongkok menutup telingaku. Aku bergidik ngeri Dan takut, situasinya sangat mencengkam, orang-orang mulai lari dan aku juga ikut lari sekencangnya tanpa menoleh ke belakang, ingin menyelamatkan hidupku.
Rentetan senjata terus terulang hingga pukul tiga sore, adzan asyar terdengar. Aku tersadar harus menemukan dua Farhan itu. Waktu tinggal dua jam lagi, kita harus kembali ke masa depan.
Aku berlari ke depan gerbang kampus. Terlihat kondisi sangat memprihatinkan, banyak mahasiswa yang terluka dan ada yang di tandu tertutup kain putih, aku tidak ingin melihatnya. Semoga Farhan di masa lalu dapat diselamatkan oleh Farhan dari masa depan.
Aku berlari melihat satu persatu mahasiswa yang terluka, hingga aku menemukan Farhan dari masa depan duduk dengan tangan bersimpah darah.
"Kamu tertembak?" Aku berlari menghampiri dengan terburu-buru. Dia hanya menyuruhku untuk memapahnya, menyuruhku untuk segera kembali ke masa depan.
"Waktu kita tinggal 30 menit," Ucapnya setelah aku protes untuk dia segera di obati.
Aku memapahnya untuk berdiri. Mungkin ketika kembali ke masa depan, aku bisa menyelamatkannya. Waktu itu, aku tidak terpikirkan bagaimana kondisi Farhan di masa lalu.
"Aku menyimpan buku harian di laci rumahmu, bukalah semoga masih ada. Nirmala, hari ini ulang tahunku, terima kasih sudah memberi hadiah ini," Aku pun menatapnya dengan tulus, pertama kalinya dia mengucap namaku, aku pikir dia tidak mengetahui namaku. Aku garap bisa bertemu dengannya di masa depan.
Aku segera mengucapkan tempat dan waktu kita kembali.
Masa kini.
Aku kembali. Di depan kampus Farhan masa lalu. Aku sendiri disini. Farhan masa depan entah dimana.
Ada satu syarat ketika kamu pergi ke masa lalu. Orang yang meminta tidak akan ingat dia pernah pergi ke sana kecuali satu hal, jika kejadiannya tidak berubah. Jadi, Farhan entah sedang melakukan aktivitasnya sekarang.
Aku segera pulang ke rumah, mencari buku harian Farhan. Aku buka laci dan ada disana.
Muhammad Farhan yang di cari ternyata Omnya, dia meninggal tepat ketika Farhan masa depan lahir. Dia tidak pernah benar-benar merayakan ulang tahun, karena keluarganya pasti menangis ketika mengingat tanggal itu. Farhan masa depan ingin mengubah semua, mengubah supaya Omnya tidak meninggal saat kejadian mengerikan itu. Farhan juga ingin melihat senyum tulus Neneknya ketika memberi hadiah.
Ketukan pintu membuyarkan Nirmala membaca, dia segera membuka pintu.
"Nirmala," Sapa seseorang yang menyebut namaku untuk kedua kalinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top