Seperangkat Dusta 1
"Saya terima nikahnya Azalea Senja Putri binti Adhitama Gunawan dengan mas kawin perhiasan emas dan berlian seberat 500 gram dibayar tunai."
Senja menghela napas lega, bibirnya mengucap syukur, disusul dengan ucapan doa yang melangit oleh semua undangan yang hadir. Sebuah pesta pernikahan syahdu dan sakral telah mengikat dirinya menjadi Nyonya Byantara Dewandaru.
Senja terlihat sangat cantik mengenakan gaun putih berbahan kain tulle yang sengaja dibuat khusus oleh Sasa, sehingga sangat pas di tubuhnya. Sementara rambut Senja yang curly dibiarkan tergerai dengan hiasan head piece dan selendang panjang menjuntai.
Di sebelahnya berdiri dengan gagah Byantara Dewandaru. Pria bertubuh tinggi atletis itu memakai setelan jas hitam terlihat sesekali menampakkan senyumnya.
Ucapan selamat dan doa mengalir dari semua yang hadir. Tampak mata tua Adhitama berkaca-kaca, sementara Sony -Abang dari Senja- tampak gembira meski barusan Mayla -sang istri -terlihat memberikan tisu padanya.
Konsep pesta pernikahan privat di restoran milik Byan adalah pilihan Senja dan Byantara. Keinginan yang juga diamini oleh keluarga Senja, karena kedua orang tua Byan sudah meninggal dunia.
"Aku tahu siapa kamu, Byan! Papaku sangat percaya kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada adikku, demikian pula dengan Senja. Dia sangat yakin kalau kamu mencintainya, tapi sayangnya aku tidak!"
Byan menyeringai, dia tidak peduli dengan apa yang ada di kepala Sony, kakak Senja. Yang terpenting adalah kepercayaan Adhitama dan tentu saja Senja.
Rasa tidak percaya Sony bermula saat tahu jika Byan adalah putra dari Bimantara, rekan papanya yang hampir membuat keluarga mereka bangkrut dan celaka.
Berangkat dari situlah, Sony mulai mengawasi Byan, meski belum ada hasil, tetapi dia tahu jika ada hal lain yang disembunyikan oleh pria itu pada keluarganya.
Senja, perempuan berambut hitam sepunggung dan memiliki mata indah dengan dinaungi alis serupa semut berjalan di atasnya terasa begitu sempurna. Ramah, lincah, memiliki relasi luas membuatnya begitu dikagumi.
Ditinggal mamanya sejak Sekolah Menengah Atas pun bukan kebetulan, karena Monica sang mama dijebak oleh saingan bisnis Adhitama sehingga perempuan itu harus menanggung malu hingga akhirnya mengakhiri hidup dengan mengonsumsi obat yang mengakibatkan over dosis.
Berbeda dengan Sony yang berprasangka, Senja justru sangat bahagia. Bagaimana tidak, semenjak pertemuan tak sengaja di sebuah workshop pengembangan kreativitas yang kala itu dirinya didapuk sebagai MC di acara tersebut.
Acara yang salah satunya diadakan oleh perusahaan papanya itu mendatangkan banyak peminat. Berkenalan dan banyak bertukar pikiran membuat Senja sering mencari tahu tentang Byan. Sejak itu mereka sering bertemu dan perlahan muncul perasaan indah di hati Senja.
Sementara Byan yang sejak awal sudah tahu siapa Senja, hanya tinggal menjentikkan jari untuk melaksanakan rentetan rencana yang sudah dibuat.
"Kamu jangan sekali-kali melukai adikku, Byan! Karena kalau sampai itu terjadi ... kamu akan berhadapan denganku!" ancam Sony sesaat setelah tahu adiknya akan dinikahi Byantara.
Tak ada jawaban dari Byan, pria itu lagi-lagi hanya menyeringai.
"Ingat itu! Aku akan mengawasimu!"
"Untuk sebuah rasa kecewa, sudah seharusnya mendapatkan imbalan yang setimpal, bukan? Sony Adhitama? Jangan kamu pikir aku tidak tahu siapa yang menabrak papaku waktu itu!"
Seringai Byan muncul, kali ini dengan tatapan menusuk.
"Aku pergi dulu. Adikmu sudah menungguku untuk fitting baju pengantin kami!"
"Sebaiknya kamu tidak terlalu ikut campur dalam urusanku dengan adikmu. Kamu tahu, 'kan? Senja itu sangat mencintaiku?" Byan menjentikkan jari sembari menaikkan kedua alisnya.
Dia kemudian melangkah menjauh meninggalkan suara tawa yang menusuk di hati Sony.
Sony membuang napas kasar. Hal pilu itu hanya dia yang tahu, Sony menahan diri untuk mengatakan hal tersebut kepada papanya, karena kesehatan sang papa akhir-akhir ini semakin memburuk.
Sementara Byan tampil sebagai malaikat penolong yang sanggup dipercaya Adhitama untuk bisa memberikan kasih sayang kepada Senja.
Karena Sony sejak menikah tinggal di luar kota dan membangun perusahaan sendiri. Lagipula walau dia menangkap kuat jika Byan menyimpan dendam, Sony tidak cukup bukti untuk menyampaikan kekhawatirannya. Terlebih dia tak ingin memberi luka di hati Senja yang benar-benar jatuh hati pada pria itu.
**
Dengan alasan ingin menghabiskan waktu segera berdua saja, selepas pesta, Byan mengajak Senja untuk menempati rumah pribadinya.
Rumah bernuansa hitam putih, cukup besar dengan konsep minimalis itu terlihat sangat bersih.
"Ini rumah yang kamu pernah cerita ke aku?" Senja mengedarkan pandangan ke setiap sudutnya.
Dinding berwarna off white dan ada lukisan ikan bertengger menghias ruang tamu. Ada sofa besar berwarna hitam sangat kontras dengan bantalan kursi yang berwarna perak.
Byan mengangkat satu sudut bibirnya sembari mengangguk. Rumah hasil kerja kerasnya selama ini tanpa campur tangan siapa pun.
Senja menatap suaminya. Pria yang mandiri dan memiliki taste yang sempurna untuk sebuah pilihan hunian modern.
"Aku boleh minta sesuatu ke kamu?" tanya Byan. "Kamu duduk dulu!"
Senja mengikuti titah sang suami yang lebih dahulu duduk.
"Apa?"
"Selama ini kupikir pencapaianmu di dunia broadcasting sudah cukup, dan kurasa sebaiknya kamu berhenti bekerja."
Senja mengernyit. Ini bukan bagian dari impiannya. Menjadi seorang penyiar adalah impiannya. Bertemu dengan orang-orang populer dan menimba ilmu dari mereka adalah hal yang sangat dia inginkan. Kini di masa puncak karir dan menikah, Byan justru memintanya untuk berhenti.
"Kenapa? Kamu keberatan?" Mata tajamnya menelisik.
"Tapi ...."
"Keberatan?"
"Nggak, tapi kamu tidak pernah membicarakan tentang ini sebelum kita menikah."
"Apa itu salah?"
Senja menyipitkan mata membalas tatapan Byan. Selama kenal dan memutuskan untuk serius, Byan tidak pernah berkata dengan nada tinggi padanya, tetapi hari ini setelah baru saja mereka menikah, Senja merasa Byan berubah.
"Kamu kenapa, Byan?"
"Kenapa? Apa permintaanku itu membuatmu keberatan? Bukankah seorang istri harus patuh pada apa pun perintah suaminya?"
Senja menarik napas dalam-dalam kemudian mengangguk.
"Kamu istriku, 'kan?"
"Ya."
"Kalau begitu, kenapa kamu keberatan dengan permintaanku? Apa yang kamu inginkan? Uang? Perhiasan atau liburan ke mana pun kamu mau? Kamu tinggal minta! Kamu nggak perlu bekerja. Enak, bukan?" Kali ini nada suaranya lebih terdengar seperti ejekan di telinga Senja.
"Oke, sebagai istri, aku akan berhenti bekerja seperti yang kamu inginkan."
"Good!"
Byan tersenyum tipis kemudian bangkit.
"Kamar kamu di sini." Byan menunjuk kamar di sampingnya. "Dan ... aku di sana!" Tangannya beralih ke atas yang Senja sendiri tidak tahu seperti apa detail ruangan di lantai atas itu.
Ekspresi Senja penuh tanya, dia hampir tak percaya dengan apa yang didengar. Byan tertawa kecil melihat mimik muka istrinya.
'Satu per satu kejutan akan kamu terima Senja, dan tentu saja aku akan menikmatinya.' Byan bermonolog.
"Kenapa? Kamu takut tidur sendiri? Nggak, 'kan?"
Senja membasahi tenggorokannya. Bukan! Bukan dia takut tidur sendiri, tetapi bukankah mereka sudah menikah? Lalu kenapa Byan seperti sengaja membuat jarak? Senja mulai merasa ada yang tidak beres.
"Aku nggak takut, tapi ... bukankah ...."
"Aku tahu! Kita sudah menikah, tapi tidak semua tentang pernikahan bisa kita lakukan sekarang. Dan aku ... aku belum mau!"
"Byan! Kamu kenapa sih? Kamu seperti tengah menghukumku. Bukannya pagi sampai sore tadi kamu ...."
"Bersikap manis seperti saat kita pacaran? Itu, 'kan yang kamu mau bilang?"
Byan menyeringai, kini Senja sama sekali kehilangan Byan yang dia kenal. Byan yang sangat sabar, sangat perhatian, dan sayang padanya.
"Sekarang kemasi barangmu di bagasi! Masukkan ke kamar itu!" titahnya melangkah menuju tangga meninggalkan Senja yang mematung dengan mata berkaca-kaca.
**
Done, bab satu.
Sampai sini, hati terasa nyeri nggak nih? He-he 😁
Gimana? Suka, lanjut gak nih?
Doakan semoga dilancarkan prosesnya yaa. He-he
Makasih sudah mampir 🫰💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top