Mobile Legends in love
Kisah ini bermula dari sebuah game legendaris, yaitu Mobile Legends. Karena, dari game itu aku menemukan sosok yang tak terduga dibalik hero Claude yang kini telah menjadi kekasih ku.
Dua tahun yang lalu aku baru saja mendownload sebuah game yang teman-teman sekelas ku mainkan. Mobile Legends, ku rasa game ini sudah tak asing lagi. Karena sudah berjuta-juta manusia yang memainkan nya. Pada saat itu aku baru mulai tertarik sama game itu. Karena hasutan dari salah satu teman cowokku, akhirnya aku memainkan game tersebut.
Di dalam kelas hanya tersisa beberapa orang saja, sedangkan yang lain sudah berhamburan mengejar jajanan di kantin. Aku yang duduk bersebelahan dengan Adit—cowok yang menghasut ku dengan Mobile Legends— kini kami mengisi waktu istirahat dengan bermain game.
"Adit, lihat! Rank gue udah naik." Sorak ku kegirangan. Sedangkan Adit hanya melihat sekilas seraya tersenyum lebar.
"Ciee yang udah jago. Selamat ya, abis ini kita mabar, oke?"
"Oke, gue siap!"
Dan dari situlah aku menjadikan Mobile Legends sebagai game favoritku. Berkat Adit juga aku jadi semakin tahu cara bermainnya. Sampai suatu ketika Adit tiba-tiba mengajakku join ke dalam squad nya. Karena aku memang belum memiliki squad yang bisa ku ajak mabar. Karena itu aku menyetujuinya. Tapi, siapa sangka ternyata member dalam squad itu cowok semua?! dan aku satu-satunya cewek disitu.
"Dit, kok lo gak bilang sih kalo squad lo itu isinya cowok semua?" tanyaku dengan nada sedikit kesal.
"Ya, lo sendiri gak nanya." Jawabnya begitu enteng. Membuatku semakin kesal.
"Ihh, tapi, kan—"
"Udah, lo tenang aja. Mereka semua baik-baik, kok. Kalopun ada yang gangguin lo, ya, itu cuma bercandaan. Jangan lo masukin ke hati." Lagi-lagi perkataannya membuatku kesal.
"Cuma kata lo? Dit, disitu cewek cuma gue sendiri. Terus gue juga belum jago-jago amat. Bisa-bisa nanti gue malah di bully mereka." Ucapku yang malah membuat Adit tertawa. Why? It's not funny!
"Lo berlebihan, Ra. Udah ya jangan di bahas lagi, oke? Lo percaya aja mereka semua gak bakal ngebully lo. Gue yang jamin." Tukasnya.
"Ah, terserah lo deh. Btw, mereka semua seumuran sama kita?"
"Enggak, yang seumuran kita ya cuma kita berdua."
"Hah?!"
Setelah mendengarkan penjelasan Adit tentang squadnya, akupun mulai paham. Ya, setidaknya orang-orang dalam squad itu bukan dari kota yang sama denganku, jadi jika ada apa-apa aku tidak akan bertemu dengan mereka secara langsung. Saat aku sudah bergabung dalam grup chat squad itu, tiba-tiba salah satu dari mereka mengirim pesan pribadi. Awalnya hanya chat perkenalan, dan berlanjut menanyakan tentang game. Aku sedikit terganggu dengan chat orang itu, karena dia terlalu banyak bertanya!
Kupikir hanya chatan sama orang itu, ternyata lama-lama dua orang lainnya ikut mengirim pesan pribadi padaku. Seperti chat orang sebelumnya, mereka berkenalan terlebih dahulu dan bertanya ini itu. Aku mulai risih dan memilih mengabaikan pesan-pesan mereka berikutnya.
Saat disekolah aku bercerita ke Adit tentang teman-teman squadnya. Namun, Adit hanya menyuruhku untuk bersabar. What? bagaimana aku bisa sabar kalau tiap jam, tiap menit dering notifikasi terus mengganggu ku. Apalagi saat aku tengah belajar. Mereka seakan tidak mengenal waktu tiap mengirim pesan padaku. Padahal aku sudah memberitahukan kalau aku masih sekolah, sama seperti Adit.
"Ihh ternyata lo sama kayak mereka, ya. Sama-sama ngeselin!" ujarku yang malah diledekin Adit.
"Jelek lo kalo lagi badmood. Ke kantin aja, yuk!"
"Dit! Gue serius, ya. Pokoknya lo harus ngasih tau teman-teman lo itu buat gak usah ngechat gue terus. Chat mereka itu gak penting banget, gangguin tau, gak!"
"Iya deh iya. Nanti gue bilangin mereka, gak usah chat lo lagi kalo gak penting."
"Hm, Good."
Setelah itu kami pergi bersama menuju kantin. Adit memesan bakso, sementara aku memilih tempat duduk. Saat Adit kembali dengan nampan yang berisikan pesanan kami. Aku mulai menyantap makanan tersebut. Seperti biasa, bakso di kantin sekolahku memang yang terenak!
Di sela-sela makan kami, aku membuka obrolan dengan Adit.
"Btw, dari kelima orang dalam squad itu, cuma 2 orang yang gak pernah ngechat gue. Kalo gak salah bang Ryan sama satu lagi itu siapa ya, duh, gue lupa namanya." Ucapku sembari mengingat-ingat nama seseorang yang ada didalam grup squad.
"Ohh, si Rizky."
"Nah itu dia!"
"Wajar aja, soalnya bang Ryan itu udah punya istri. Kan gak mungkin dia chatan sama cewek lain, walau lo sama bang Ryan beda lima tahun, bang Ryan tetap jaga perasaan istrinya." Jelas Adit sembari memasuki baksonya ke mulut.
"Hah? jadi mereka udah ada yang nikah?" tanyaku sedikit shock.
Adit mengangguk, "tapi cuma bang Ryan doang. Abang itu juga baru dua bulan nikah."
"Ohhh, terus yang satunya?"
"Kalo Rizki beda dua tahun sama kita, jadi sekarang dia kelas tiga. Dia orangnya emang cuek, apalagi kalo ke anak baru. Dia juga jarang nimbrung di grup chat, kecuali kalo lagi mabar."
"Kok bisa gitu?"
"Ya bisalah, dia orangnya gak suka ngegosip, di grup juga kalo nimbrung cuma ngebalas pesan yang nge-tag namanya doang. Sama kalo lagi ngebahas ML baru dia ikut nimbrung."
Aku hanya ber-oh saja sambil mengangguk-anggukkan kepala. Ternyata karena itu cowok yang bernama Rizky gak ikut-ikutan ngechat aku saat baru join.
"Oh, ya ngomong-ngomong, Rizky itu yang makai hero Claude bukan, sih?" tanyaku dan Adit pun mengangguk.
_____________
Satu bulan kemudian...
"Ih, apa sih mereka gak jelas banget. Padahal gue udah bilang jangan kirim-kirim stiker gak senonoh." Aku ngedumel saat membaca sederet chat di grup squad.
Karena kesal aku ngechat Adit untuk menyuruh tiga orang yang di grup itu berhenti mengirim stiker jorok. Karena aku merasa risih dengan stiker tersebut. Apalagi pesanku di grup tidak ada yang mereka pedulikan. Namun, Adit malah menyuruhku untuk membiarkan saja dan menyuruhku untuk menghapus saja semua chatan nya. Aku semakin kesal! Saking kesalnya aku langsung keluar dari grup tersebut. Biarin saja semua orang bertanya-tanya, aku tidak peduli. Bahkan, saat Adit ngechat aku lagi tidak ku hiraukan.
Namun, tiba-tiba muncul nomor yang tidak aku ketahui. Langsung saja aku mengeceknya, dan ternyata itu adalah nomor Rizky. Aku sempat terkejut karena cowok itu untuk pertama kalinya mengiriminya pesan.
[Hei, Ira.]
[Ini gue, Rizky. Gue minta maaf kalo udah bikin lo gak nyaman di grup.]
[Maaf, kalo chat gue yg di grup bikin lo takut. Gue benar2 minta maaf, ya? abis ini lo gak perlu keluar grup lagi. Gue gak bakal ngetik itu lagi.]
Begitulah isi pesannya. Membuat aku spontan mengatakan "Hah?!"
Aku terheran-heran membaca chatnya yang panjang itu sembari berpikir kenapa dia yang meminta maaf? padahal bukan karena dia aku keluar dari grup. Lantas aku kembali membuat grup yang belum aku hapus. Aku meng-scroll pelan-pelan pesan di grup sampai akhirnya aku menemukan pesan yang dikirim Rizky.
"What? dia cuma ngetik 'bacot anjing' doang terus dia langsung mikir kalo gue keluar dari grup itu gara-gara ketikan dia? yaampun!"
Dengan segera aku membalas pesannya dan meluruskan kesalahpahaman dirinya. Setelah menjelaskan itu Rizky tidak lagi membalas pesanku, aku pikir dia merasa malu? atau sedang mengomeli teman-temannya yang di grup? Entahlah. Namun, beberapa menit kemudian Rizky membalasnya. Karena balasannya itu akupun mulai mengeluarkan uneg-uneg ku kepadanya, ya semoga saja dia dapat memahaminya, tidak seperti Adit.
Sampai seminggu kemudian barulah gue mau masuk lagi kedalam grup squad itu. Kali ini bukan karena bujukan Adit, tapi karena perkataan Rizky yang janji bakal memperingati teman-temannya yang lain. Akupun merasa senang dan kami kembali mabar ML.
Entah sejak kapan Rizky akhir-akhir ini sering chatan sama aku, begitu juga denganku yang kadang ngechat dia duluan. Berbeda dengan yang lainnya aku ngerasa risih, tapi dengan Rizky tidak. Malah aku lebih nyambung dengan dia. Apalagi kalau membahas soal game. Bahkan, aku pernah suntuk saat mengerjakan tugas matematika, dan Rizky tiba-tiba menyuruhku untuk membuka Discord. Ternyata dia meluangkan waktunya hanya untuk mengajariku matematika. Kami saling berkomunikasi melalui panggilan video di Discord. Semenjak itu kami lebih sering berkomunikasi di Discord dari pada aplikasi lainnya.
Lambat laun hubungan antara kami semakin dekat, dari saling bertukar cerita, ngebahas game, memecahkan soal-soal matematika yang begitu aku benci, sampai akhirnya aku menyukainya Rizky. Perasaan ini datang dengan sendirinya, tapi aku tidak berani mengaku, karena aku takut kami bakal lost contact. Namun, tiba-tiba Rizky mengirimiku playlist Spotify dan saat aku membukanya, entah ini hanya perasaan aku saja atau cowok itu memang sengaja? karena lagu-lagunya seperti memiliki makna tersendiri. Dan saat aku bertanya padanya, tiba-tiba saja dia memulai panggilan video. Aku mengangkatnya dan bertapa terkejutnya aku melihat dia menunjukkan sebuah lukisan diriku yang begitu cantik. Tidak hanya itu, Rizky membalikkan lukisan tersebut dan ada sebuah tulisan yang berisikan 'Will you be my girlfriend?'
___________________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top