Friends
Banyak orang yang bilang kalau aku ini sombong. Sampai-sampai mereka enggan dekat denganku. Berpikir kalau aku tidak cocok berteman dengan mereka. Kenyataannya, aku ingin berteman, aku tidak suka sendiri, aku juga ingin bergabung bersama yang lain. Namun, rasa malu dan gelisah yang menahan ku dan dipandang sombong. Trauma pertemanan di masa lalu masih mengintai ku.
Tidak sedikit juga ada yang bilang kalau aku ini antisosial. Padahal aku bisa saja bergaul dengan siapapun. Hanya saja, setiap aku memulai pertemanan dengan orang baru, aku selalu merasa tersisihkan. Apalagi kalau mereka sudah memiliki circle, sementara aku seorang diri. Aku takut hal yang sama terulang kembali. Pemikiran yang tak pernah sejalan, candaan yang diluar batas. Melihat mereka seakan ada pagar dan jarak yang terbangun dihadapan ku. Seperti tidak ada celah untuk aku masuk.
"Hei, ngapain berdiri disitu?! cepat masuk kelas." Ucap salah seorang guru yang sedang mengawas.
Aku langsung berlari menghindari guru tersebut. Aku buru-buru ke kelas tepat sebelum guru mapel pertama masuk. Namun, saat aku memasuki kelas, semua mata tertuju ke arahku. Aku menunduk malu dan cepat-cepat menuju bangkuku.
Tidak lama kemudian guru bahasa Inggris memasuki kelas. Aku bernapas lega karena tadi tidak berpas-pasan dengan guru itu. Kalau tidak, mungkin sekarang aku sudah berdiri di luar kelas sambil merangkap kosa kata bahasa Inggris.
"Good morning student."
"Morning, Mrs."
"Hari ini kita memasuki New Chapter. Open your book to page one hundred."
"Sudah di buka?"
"Sudah, Mrs."
"Okay, bisa kalian baca disitu ada teks sebuah Information about news. Nah, kalian baca-baca dulu, pahami teks tersebut. Mrs, kasih waktu bacanya 5 menit. Setelah itu akan Mrs Jelaskan. Nanti kalian akan membentuk sebuah kelompok berisikan empat orang. Tugasnya ada di page 104."
Sontak saja aku terkejut setelah mendengar kalau harus membentuk kelompok. Karena aku bingung harus mencari kelompok kemana. Apalagi jumlah dikelas ini ganjil. Ah, rasanya aku ingin cepat-cepat pulang kerumah saja. Tau gini aku sengaja aja masuk telat.
Aku melihat ke sekeliling, semua teman-teman sibuk mencari kelompok. Namun, mereka tetap terlihat santai saja dari pada aku sekarang. Itu karena mereka memang sudah menentukan siapa-siapa kelompoknya, seperti biasa. Sementara aku? entahlah, terkadang kalau ada tugas kelompok begini, aku hanya dapat sisa-sisanya saja.
"Sorry, Mrs."
"Why Adnan?"
"Di kelas siswanya berjumlah ganji, Mrs. Jadi bagaimana dengan yang tidak dapat kelompok?" tanya salah seorang temanku. Sedari tadi aku was-was dan kebingungan tentang kelompok. Dan beruntungnya Adnan si ketua kelas mewakili pertanyaan aku yang hanya ku simpan di kepala saja.
"Oh, ya? berapa jumlah siswa dikelas ini?" tanya Mrs. dan Adnan langsung menyebutkan nya.
"Kalau begitu ada dua kelompok yang lima orang." Ucap Mrs. Membuat aku tersenyum senang.
Akan tetapi aku juga bingung, kelompok mana yang mau menerimaku? karena aku tidak begitu akrab dengan mereka semua. Aku cukup malu dan takut kalau mereka merasa risih dengan adanya aku di kelompok mereka.
Sampai tiba-tiba Adnan memanggil ku.
"Flo? belum dapat kelompok, kan?"
"Eh, iya belum."
"Gabung kelompok aku aja." Aku tertegun mendengarnya, sekaligus senang juga. Dan aku melihat kelompok Adnan yang ada Clara dan Agam juga melambaikan tangannya untuk mengajakku bergabung. Sedangkan Varo terlihat tidak peduli dan sibuk membaca buku.
"Em, boleh?" tanyaku ragu.
"Ya bolehlah, kan tadi aku suruh gabung." Ucap Adnan. Akupun segera berpindah duduk dan bergabung dengan kelompok Adnan.
"Lo kenapa dari tadi diam aja, Flo? padahal yang lain sibuk nyari kelompok." Pertanyaan itu di lontarkan oleh Agam.
"Soalnya aku gak tau mau sekelompok sama siapa. Karena semuanya kan udah punya circle nya masing-masing."
"Gara-gara itu makanya lo gak mau coba gabung ke kelompok yang lain?" pertanyaan Agam langsung aku anggukkan.
"Yaelah, Flo. Ngapain yang kayak begitu dipikirin. Gak semuanya punya circle, kok. Kalo mau gabung ya gabung aja." Ucap Agam, lagi. Dan aku hanya membalasnya dengan senyuman singkat. Dia tidak tahu saja bagaimana aku berusaha untuk percaya diri tiap ada tugas kelompok seperti ini.
"Pikiran orang 'kan beda-beda, Gam. Lo kan blak-blakan, jadi enak bilang tinggal gabung aja." Celetuk Clara, seakan mewakilkan aku mengatakan itu pada Agam.
"Aku setuju perkataan Clara. Makanya, Gam, kalau ada tugas kelompok dan kau diterima begitu gampangnya. Kau harus sadar diri, jangan banyak mainnya. Ikut kerja jugalah." Ucap Adnan.
"Memangnya selama ini Agam banyak main-mainnya, ya?" tanyaku spontan.
"Bener, Flo. Lo liat aja nanti, pasti dia gak ikut mikir." Ucap Clara.
"Eh, sembarangan, gue ikut adil juga tiap kerkom." Ucap Agam tidak terima.
"Cuma nyumbang aja dibilang ikut adil." Sindir Varo.
Mendengar itu Clara dan Adnan sama-sama tertawa. Mereka membenarkan perkataan Varo, sementara aku yang baru tahu hanya tersenyum simpul.
"Kelompok Adnan kenapa berisik sekali? kalian udah selesai bacanya?" tanya Mrs. membuat kami semua langsung terdiam sembari menggeleng.
"Kalau ada yang berisik lagi akan langsung saya keluarkan." Tegas Mrs.Yuli
Diam-diam kami semua saling pandang kemudian tertawa pelan agar tidak ketahuan Mrs.Yuli.
Ternyata seperti ini rasanya jika ketahuan guru ketika mengobrol dikelas bersama teman-teman. Aku melihat teman-teman sekolompok ku yang begitu baik dan humble. Mereka mau menerima keberadaan aku apa adanya, padahal ini kali pertamanya aku tertawa bersama mereka.
Mengenal orang baru dan menjadi teman mereka ternyata tidak begitu buruk.
____________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top