TIGA BELAS
Selamat sore,
Kita ketemu lagi di cerita Manal dan Ava. Tolong dukung mereka dengan memberikan love dan komentar yaaaa....
Oh ya, jangan lupa kamu bisa membaca 4 judul karya Ika Vihara dengan meminjam melalui aplikasi iPusnas ya. Tanpa biaya dan legal :-)
Love, Vihara(IG/TikTok/FB/Karyakarsa ikavihara, WA 083155861228)
***
Manal bisa membaca Ava tidak ingin membicarakan mantan pacarnya. Ini membuat Manal semakin penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada hubungan Ava. "Memang. Aku hanya ingin tahu kenapa dia bisa melepaskan wanita sepertimu."
"Sepertiku? Seperti apa, Manal?" Ava tertawa hambar.
"Smart. Confident. Georgeous. Kurasa aku harus buka kamus untuk membaca semua adjective yang baik-baik, untuk menggambarkan dirimu."
"Aku nggak sebaik itu. Masih banyak wanita yang ... sempurna ... yang lebih menarik perhatiannya." Setelah menjawab, Ava melemparkan pandangan ke jendela di sebelah kiri.
Manal tidak suka melihat Ava murung, karena perbuatan seorang laki-laki yang tidak tahu diri. "Ini masih siang, Va. Apa kamu mau kita mampir dulu untuk nonton film? Atau apa?" Mari sekalian membuat kencan colongan itu menjadi kencan betulan.
"I cannot date you." Ava mengingatkan.
"You mean you don't want to."
"Nggak ada bedanya!" tukas Ava. "Aku tetap nggak akan kencan sama kamu. Dan aku nggak bisa nonton film pakai gaun begini, Manal. Ribet."
Manal baru akan menawarkan untuk mengantar Ava pulang dulu dan ganti baju, lalu mereka pergi ke bioskop atau ke mana, tapi Ava lebih dulu menambahkan, "Kesepakatan kita cuma untuk menghadiri pernikahan Disha. Nonton nggak termasuk di dalamnya."
Baiklah. Lupakan kencan dengan Ava. Manal tidak ingin merusak hubungan baik yang sudah terjalin atau besok dia harsus memulai dari nol lagi. Itu akan lebih sulit.
"Today was fun." Mobil Manal berhenti di lampu merah. "I had fun. So much fun."
Ava menyetujui dalam hati. Too much fun. Sampai Ava takut dia tidak bisa mengontrol diri karena terlalu menikmati kebersamaan dengan Manal. Menikmati akting menjadi pacar atasannya. Oleh karena itu Ava menolak ajakan Manal untuk memperpanjang acara hari ini. Risikonya terlalu tinggi. Bagaimana kalau Ava terbiasa dan nyaman menghabiskan waktu dengan Manal sehingga lupa bahwa semua ini hanya pura-pura? Sehingga Ava lupa bahwa laki-laki hanya akan mengecewakannya?
"Thank you, Ava. Aku berutang padamu hari ini." Mobil Manal sudah bergerak lagi.
"Nggak masalah."
"Terima kasih sudah bersedia menjadi pacarku." Kali ini Manal tidak menambahkan kata pura-pura di dalam hati. Biarlah dia berangan sebentar, menjadi pacar Ava yang sesungguhnya. Selama Ava tidak perlu tahu isi pikirannya, tidak akan menjadi masalah.
***
Malam ini, untuk pertama kalinya setelah Disha mencampakannya, Manal merasa luar biasa lega. Pernikahan Disha dan kencan colongan dua jamnya dengan Ava tadi merupakan penutup yang indah dari panjangnya sakit hati yang dia rasakan selama beberapa bulan terakhir. Semoga setelah ini Manal juga akan mendapatkan kesempatan baik untuk mengawali bab baru hidupnya. Bersama Ava.
Salah satu teman Manal pernah berkata waktu yang diperlukan untuk menyembuhkan patah hati adalah setengah dari umur sebuah hubungan. Kalau menuruti teori itu, seharusnya waktu yang diperlukan Manal untuk menyembuhkan luka di hatinya adalah dua setengah tahun, mengingat hubungan Manal dengan Disha—tanpa menghitung masa selingkuh—berlangsung selama lima tahun.
Tetapi itu hanya teori. Kenyataan bisa berbeda. Untuk apa menunggu dua setengah tahun kalau sekarang Manal sudah berteman dengan wanita berkaki seksi bernama Ava? Thing that can heal a broken heart is time or new person. Kalau waktu terlalu santai menjalankan tugasnya—seperti teori buatan teman Manal—bisa jadi orang baru bisa melakukan dengan lebih cepat. Manal akan memilih opsi tersebut. Tampaknya Manal memang harus mulai menyusun strategi untuk memenangkan hati Ava. Secepatnya, supaya tidak kalah langkah dengan laki-laki lain.
"Mama kira kamu tidak datang ke resepsi Disha." Ibu Manal masuk dapur dan ikut duduk menemani Manal yang sedang makan mi instan. "Jadi dia yang setiap hari kamu bawakan bekal ke kantor? Namanya Ava?" Wajah ibunya semakin berbinar.
Gerakan tangan Manal terhenti di udara. "Dari mana Mama tahu?"
"Facebook. Ada temanmu menandai foto kalian berenam. David, Aji dan istri mereka. Satunya pasti pacarmu, kan?" Ibunya menunjukkan sebuah foto di ponsel. "Tidak mungkin kalian foto semesra itu kalau tidak ada hubungan apa-apa."
Wow. Oliv dan Nina benar-benar bergerak cepat. Kurang dari sehari mereka sudah berteman menemukan profil Ava di Facebook. Meskipun setahu Manal—yang rajin stalking—Ava tidak pernah aktif di sana. Manal tersenyum lebar melihat foto tersebut; Ava berdiri di samping Manal, diapit pasangan Nina-David dan Oliv-Aji. Sebelah lengan Manal memeluk pinggang Ava, sedangkan Ava menempelkan telapak tangan kirinya di perut Manal. Senyum Ava ... wow ... tidak akan ada yang percaya bahwa Ava sedang pura-pura menjadi pacar Manal. Dari raut wajah Ava, semua orang pasti mengira Ava mau berada di sisi Manal karena Ava mencintai Manal.
Perasaan bangga mendadak menyeruak di dada Manal. Semua orang yang berteman dengan Manal atau Ava di media sosial pasti bisa melihat Manal tersenyum bahagia, sudah kembali bahagia, bersama Ava. Manal bukan lagi orang yang perlu dikasihani karena diselingkuhi dan ditinggal kawin pacarnya. Pasti mereka semua kagum karena Manal langsung bisa mendapatkan kekasih baru hanya berselang sebentar dari kandasnya hubungan Manal dan Disha. Kekasih barunya juga jauh lebih baik daripada Disha. Walaupun orang tidak tahu kepribadian Ava yang tidak tercela, mereka tetap akan kagum dengan penampilan Ava.
Sayangnya, Manal lupa kalau ibunya termasuk pengguna media sosial dan berteman dengan Manal. Nama lengkap Ava terlihat jelas di caption yang ditulis Nina.
"Kamu lebih cocok bersama Ava daripada dengan Disha. Kalian berdua serasi. Dia teman kerjamu? Aduh, cantik betul anak ini. Benar kata Mama, kan, jodoh itu tidak perlu dicari jauh-jauh. Pasti adanya dekat dengan kamu."
"Coba Mama pakai kacamata dulu." Manal mengembalikan ponsel ibunya. "Ava bukan cantik, dia sempurna, Mama. Sem. Pur. Na." Bagiku, Manal menambahkan dalam hati.
Ibunya tertawa. "Ya kacamata Mama beda sama punyamu. Punyamu kacamata orang jatuh cinta. Tahi juga kelihatan seperti roti dari kacamatamu. Tapi Mama akan lebih senang kalau kamu mau mengenalkan kami. Supaya Mama tahu sesempurna apa pacarmu."
"Dia bukan pacarku. Kami berteman." Manal tidak ingin ibunya berharap banyak. Setelah keluar dari JW Marriot, Ava sudah bukan lagi pacar dalam tanda kutipnya. Ibu Manal ingin kenalan dengan Ava? Manal ingin tertawa. Karena Manal tidak akan bisa membawa Ava ke sini. Diajak nonton saja tidak mau, apalagi dikenalkan kepada orangtua?
"Kebanyakan pasangan suami istri awalnya berteman dulu. Tapi pasti ada peluang, kan, supaya dia mau menjadi menantu Mama?" Ibunya menatapnya penuh harap. "Kelihatannya dia anak yang baik."
Kali ini Manal benar-benar tertawa sebelum menjawab, "Apa Mama pikir, cuma Mama satu-satunya orang yang ingin menjadikan Ava sebagai menantunya? Banyak ibu lain juga."
"Manal! Mama dan Papa tidak pernah mengajari kamu untuk pesimis seperti itu. Apa yang dimiliki anak laki-laki orang lain, tapi tidak dimiliki anak Mama? Tidak ada. Kamu lebih baik dari mereka semua. Kalau kamu mau berusaha, mau menunjukkan kesungguhan, kamu bisa mendapatkan wanita yang terbaik di dunia. Yang kamu inginkan." Wajah ibunya berubah serius. "Kalau kamu menginginkan Ava, kamu harus benar-benar menunjukkan kepada Ava bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan laki-laki lain yang lebih baik darimu."
Manal menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Baiklah. Aku akan berusaha sebaik-baiknya. Tapi hasilnya bukan aku atau Mama yang menentukan. Oh, setiap hari Mama harus mau menyiapkan bekal untuk Ava juga. Dia penggemar masakan Mama."
"Tentu saja Mama akan melakukan apa saja untuk membantumu mendapatkan Ava. Setiap hari Mama akan bikinkan bekal paling enak khusus untuknya."
"Oh, Ava pernah berpesan ... untuk disampaikan kepada Mama ... katanya masakan Mama adalah masakan yang terenak di dunia." Senyum ibu Manal melebar saat Manal menyampaikan pujian dari Ava. "Lebih enak dari buatan ibunya."
"Belum bertemu saja, Mama sudah suka padanya. Bagaimana kalau Mama sudah kenal?"
"Aku akan berusaha, Mama. Tapi aku tidak bisa berjanji."
"Ingat, Manal, Mama tidak ingin kamu menyerahsebelum kamu berusaha. Mama tidak ingin mendengar kamu mengeluarkankalimat-kalimat pesimis seperti itu."
###
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top