25 🏈 Arti Pernikahan

Baca mushafnya dulu baru buka WPnya 👍👍
-- happy fasting, happy reading --

🍒🍒

Berjalan mendekat dalam lindungan syahwat dengan mengerjakan sunnah Rasulullah Saw.

Telah menemukan sosok yang pas dan dianggap mampu untuk membimbing serta melengkapkan hidupnya. Saling melengkapi, seimbang dan sepadan, serta memiliki komitmen yang sama untuk membangun masa depan bersama.

Bertemu sekilas bukan berarti tidak bisa mengenalnya dengan baik. Renata bahkan hanya dua kali bertatap mata dan selebihnya Allah yang mengatur kemudahan segalanya.

Abdullah Azhar, lelaki yang kini telah mempersuntingnya dihadapan kedua orang tua adalah putra seorang pebisnis yang telah lama dikenal oleh Agus Rahman. Itu sebabnya mengapa restu untuk Renata langsung bisa turun tanpa banyak melalui interview yang melelahkan.

"Jangan pernah membantah apa kata suami. Selama suamimu memintamu berjalan di jalan yang benar." Hauzan yang malam ini berada di kamar Renata.

Besok adalah hari pernikahan Renata, jika bukan karena adiknya. Hauzan memilih untuk datang keesokan harinya tepat ketika ijab qabul Renata. Malam ini Hauzan memilih menginap di hotel yang sama dimana Renata akan melangsungkan akad nikah dan juga menghelat pesta pernikahannya.

"Terima kasih Bang, doakan semoga pernikahan Rena adalah yang pertama dan terakhir dalam hidup Rena." Jawab Renata.

Hauzan bukan seorang Kakak yang bisa bersikap manis kepada saudaranya. Tapi Renata tahu jika abangnya itu sangat mencintai dia. Dari kecil mereka dekat memang tidak pernah ada manis-manisnya sama sekali.

"Besok Abang harus datang dengan Kak Nuha."

"Iya, Kak Nuha sudah ada di hotel sekarang. Maaf kalau Abang tidak bisa menginap di rumah ini." Kata Hauzan.

"Sampai kapan Abang harus bersitegang dengan papa?"

"Kamu bisa melihat sendiri bagaimana sikap papa kepada kak Nuha. Meski mama dan kamu selalu membela, tapi abang tidak ikhlas kalau papa harus mengucapkan kata yang melukai hati kak Nuha."

"Kalian memang sudah seharusnya duduk bersama untuk memecahkan masalah ini." Kata Renata.

"Sudahlah Rena, tidak perlu memikirkan kehidupan abang. Yang penting besok kamu dan juga suamimu bisa hidup berbahagia seperti halnya abang dan kak Nuha." Jawab Hauzan kemudian pamit untuk meninggalkan adiknya.

Ya pesta pernikahan yang dibuat begitu mewah. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan pernikahan Hauzan dan Ainuha yang hanya akad nikah tanpa pesta apapun juga.

Hauzan menggeleng perlahan. Tidak sepantasnya dia merasa iri. Toh Allah telah memberikan Ainuha sebagai pelengkap hidupnya yang kini juga telah mengandung buah cinta mereka. Pernikahan yang sebenarnya mungkin berawal dari sebuah paksaan. Ya, paksaan Hauzan supaya Ainuha menerimanya sebagai seorang suami namun pada akhirnya mereka berdua bisa menumbuhkan rasa cinta itu secara bersama.

Jangan pernah berkecil hati hanya karena harta yang kita miliki di dunia tidak seberapa hingga tidak mampu untuk membuat sebuah pesta yang bisa diwahkan banyak orang. Tidak perlu berkecil hati manakala orang lain bisa memiliki kemewahan namun kita hanya bisa menikmatinya dalam sebuah penglihatan. Cukup mensyukuri bahwa Allah masih memberikan kesehatan kepada kita hingga saat ini sehingga kita bisa memperbanyak diri untuk mendekat kepadanya. Meminta dan merayuNya dengan segala kerendahan hati.

Boleh jadi kita tidak seberuntung mereka di dunia namun bukan berarti di akhirat mereka bisa seberuntung kita yang tidak terlalu banyak ditanya, mempertanggungjawabkan atas harta yang telah dipakai selama hidup di dunia.

Mengingat kembali kisah si miskin yang diminta anaknya untuk masuk ke minimarket. Saat dia sama sekali tidak memegang uang sepeserpun, namun demi menggembirakan hati anaknya, masuklah mereka berdua ke minimarket.

"Ibu aku ingin ini." Tunjuk sang anak pada sebuah jajanan yang tertata rapi di atas rak.

"Uang Ibu tidak cukup untuk membeli itu." Sang anak pun mengerti kemudian menunjuk jajanan yang lebih murah daripada yang ditunjuk sebelumnya. Lalu Ibu miskin berkata bahwa uangnya tidak akan cukup. Hingga si anak melihat banyaknya antrian di depan kasir, lalu dia bertanya kepada ibunya.

"Ibu, apakah kalau kita ambil nanti juga akan mengantri seperti itu?"

"Iya," jawab ibunya.

"Kalau kita tidak mengambil?"

"Kita bisa langsung keluar melalui pintu itu tanpa harus mengantri," jawab Ibunya sekali lagi.

"Baiklah Bu, kita tidak perlu mengambil. Antriannya banyak, kasihan Ibu kalau harus mengantri dan berdiri seperti itu padahal aku tahu dari kemarin siang Ibu belum makan karena makanannya telah aku habiskan." Kata si anak kemudian mereka keluar minimarket dengan perasaan ikhlas.

Sama halnya dengan manusia nantinya, mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas harta yang telah diperolehnya di dunia. Lebih baik sedikit merasa cukup daripada diberikan banyak namun masih saja merasa kurang.

Hauzan kembali ke hotel tanpa harus menoleh lagi ke belakang. Bahagia tidak harus dengan memiliki banyak harta. Dia dan Ainuha sudah cukup bahagia dengan apa yang mereka miliki sekarang.

"Mas, kok mukanya seperti itu?" tanya Ainuha sesaat setelah Hauzan sampai di kamar yang mereka sewa.

"Nggak apa-apa ayo tidur. Salamnya Renata tadi dia bertanya mengapa kamu tidak ikut ke rumah." Jawab Hauzan kemudian memilih berbaring di atas bed.

"Kan bener, harusnya tadi aku ikut Mas ke rumah." Kata Nuha. Sedari awal memang Nuha berniat untuk ikut ke rumah mertuanya. Namun Hauzan menolak, dia tidak ingin istrinya bertemu dengan papanya yang pada akhirnya akan menambah sakit hati Nuha dan beban untuk kehamilannya.

"Tidak Sayang, besok kamu juga akan bertemu dengan mereka. Aku tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi." Jawab Hauzan.

"Sudahlah Mas, nanti kalau papa capek akan berhenti dengan sendirinya." Kata Nuha lagi.

"Aku tidak akan mengambil risiko, terlebih dengan kehamilanmu sekarang." Kata Hauzan kemudian mengajak Nuha untuk segera beristirahat.

Sebenarnya di dalam hati Ainuha ingin sekali ikut berpartisipasi untuk membantu kesuksesan acara pernikahan adik iparnya. Namun apalah daya saat izin dari suami dan mama mertuanya tidak lagi didapatkan Nuha harus bisa menerima dengan hati yang lapang.

Dan keesokan harinya, Hauzan telah bersiap dengan pakaian yang beberapa minggu lalu telah dikirim oleh mama Rien untuknya. Begitu pula dengan pakaian yang harus dikenakan Ainuha untuk acara akad nikah dan resepsinya nanti malam.

"Tidak perlu mengenakan make up yang mencolok. Kamu tampil cantik seperti biasanya saja." Hauzan memang lebih menyukai istrinya tampil flawless dengan make up natural.

Menuruti perintah suaminya, Ainuha hanya menyematkan bros yang nampak sedikit lebih besar ukurannya dari yang biasa dia pakai setiap harinya untuk mempercantik jilbab yang dikenakannya.

Bersama Hauzan akhirnya melangkah menuju ruang akad nikah Renata. Mereka memang bukan tamu, namun karena hubungan yang tidak baik antara Hauzan dan Agus Rahman, keduanya terlihat seolah-olah adalah tamu undangan. Meski Ainuha memintanya untuk bersikap wajar, tapi Hauzan tetap memilih membatasi diri untuk berbincang dengan sang Papa. Apalagi saat ujung mata Hauzan menangkap bahwa diantara tamu yang hadir juga ada keluarga Imelda. Semakin membuatnya tidak ingin berjauhan dengan Ainuha.

Jika Hauzan menangkap sosok yang membuatnya muak berada di tempat itu. Ainuha justru terpaku dengan sosok yang pernah begitu akrab di matanya dulu.

"Mas, itu bukannya ustad Eshan?" belum menjawab pertanyaan istrinya. Hauzan melihat ustad Eshan berjalan menuju ke arah mereka.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab Hauzan dan Ainuha kompak.

"Jadi yang menikah dengan Ustad Azhar ini adiknya Mas Hauzan? Mashaallah saya baru tahu."

"Iya, Ustad. Alhamdulillah," jawab Hauzan. "Ustad Eshan apa kabarnya?"

"Baik, alhamdulillah. Sebenarnya saya diundang oleh keluarga Ustad Azhar untuk bisa memberikan khotbah nikah. Eh ternyata malah bertemu dengan antum, ya lebih alhamdulillah lagi," katanya ringan.

Akhirnya percakapan mereka mengalir hingga saatnya tiba, mama Rien meminta Ainuha untuk bersedia menemani Renata hingga proses akad nikah selesai dan Azhar menjemputnya.

Hauzan menganggukkan kepalanya untuk memberikan izin kemudian Ainuha memilih meninggalkan suaminya yang masih berbincang dengan ustad Eshan. Dulu, dua orang yang pernah bersitegang karena sebuah keinginan akhirnya kini bertemu dalam keadaan yang lebih baik dalam silaturahim yang inshaallah selalu dibarokahi oleh Allah Swt.

Ainuha selalu berdoa semoga hubungan suami dan papa mertuanya kembali membaik seperti sedia kala.

"Kak Nuha, mengapa baru datang sekarang aku sudah nervous ini." Kata Renata saat mengetahui Ainuha berjalan ke arahnya.

"Abangmu tidak mengizinkan aku menemuimu tadi, karena di sini masih ada papa." Renata memahami.

"Iya sebaiknya memang begitu, demi kebaikan semuanya. Maafkan sikap papa ya Kak." Ainuha mengangguk tanda mengerti.

Acara pembacaan akad nikah berjalan dengan lancar. Kini Renata telah berganti status resmi menjadi Ny. Azhar.

Semua prosesi pernikahan telah dilaksanakan hingga para tamu yang menghadiri akad nikah mereka meninggalkan tempat acara satu-persatu.

Hauzan masih tegak berdiri di samping Ainuha untuk menerima ucapan selamat dari tamu sebagai perwakilan keluarga mempelai yang mohon pamit. Hingga sampai giliran keluarga Imelda yang hendak menyapa mereka namun Hauzan berusaha untuk mengacuhkan. Bersikap biasa bahkan tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

"Selamat untuk kehamilan istrimu. Ternyata dia bisa hamil juga ya?" kata Imelda seolah mengejeknya.

Jika tidak sedang di pernikahan adiknya Hauzan ingin rasanya sekali-sekali membalas dengan umpatan yang lebih mengiris hati. Sayangnya Ainuha lebih memilih memberikan kode untuk mengabaikannya. Masih banyak hal lain yang membutuhkan tenaga mereka daripada harus meladeni orang yang sedang patah hati. Bisa jadi patah tulang nanti jika harus baku hantam.

Laki-laki melawan wanita itu, jika menang tidak punya nama jika kalah akan sangat memalukan. Maka sebaiknya Hauzan lebih baik diam.

Pesta pernikahan yang dilaksanakan pada malam harinya juga berjalan sangat lancar. Namun Ainuha harus kembali ke kamar sebelum pesta usai karena tubuhnya sudah meminta untuk diistirahatkan. Hauzan sendiri yang akhirnya berdiri di ballroom hingga pesta pernikahan Renata selesai dihelat.

"Hauzan__" suara papa Imelda memanggil namanya. "Sebenarnya banyak hal yang ingin om katakan kepadamu tapi rasanya tidak mungkin dalam situasi seperti ini." Ucapnya lagi sambil menyerahkan amplop dokumen tipis berwarna coklat.

"Mungkin itu adalah bentuk permohonan maaf dari kami. Semoga kamu tidak berkeberatan untuk bergabung kembali dengan rumah sakit kami." Hauzan tidak mengerti dengan ucapan papa Imelda.

"Ini maksudnya apa ya Om?"

"Itu adalah izin praktekmu. Maaf jika Om yang mengintervensi selama ini karena sesungguhnya Om berharap kamu bersedia menikahi Imel. Nyatanya kini kamu telah berbahagia dengan pilihanmu dan sebentar lagi akan memiliki anak." Hauzan bahkan telah melupakan bahwa dia adalah seorang dokter saking lamanya tidak bisa membuka praktek karena terganjal surat izin yang nyatanya ada di tangan papa Imel.

Ternyata dengan uang orang bisa melakukan apa pun juga. Termasuk untuk menutup jalan rezeki seseorang.

"Semoga istrimu selalu sehat hingga persalinannya nanti bisa lancar." Kata papa Imel kemudian berlalu, bahkan Hauzan belum sempat mengucapkan terimakasih saking shock mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.

Banyak jalan menuju Roma. Kata-kata itu yang dulu selalu Ainuha dengungkan untuk mengembalikan lagi rasa percaya dirinya. Bahkan bisa menerima keadaan Hauzan yang saat itu tidak memiliki apapun juga termasuk akses untuk mempergunakan keahliannya. Nyatanya Allah memang selalu menambah rezeki kepada orang-orang yang selalu bersyukur.

Bahagia, tentu saja Hauzan merasakan itu. Perjuangannya di bangku kuliah hingga dia harus rela berteman dengan buku tebal setiap hari kini bisa kembali lagi. Hauzan jelas akan mempergunakannya kembali, namun untuk kembali bekerja di tempat yang sama dengan Imelda rasanya itu sudah bisa dipastikan bahwa Hauzan akan menolaknya.

"Rezeki nggak boleh di tolak Mas." Kata Nuha saat Hauzan memberikan berkas yang diberikan oleh papa Imel kepadanya. Menceritakan semua percakapan mereka.

"Tapi kita juga harus tetap memilih, Sayang. Kalau di sana nanti justru akan membuat fitnah. Lebih baik tidak perlu diterima, meski dengan gaji 2 kali lipat dari sebelumnya." Jawab Hauzan.

Sebagai seorang istri yang baik Nuha hanya bisa menuruti, toh apa pun itu Hauzan melakukan untuk kebaikan dirinya dan juga keluarga kecilnya.

"Mas, ada kalanya kita tidak perlu membalas apa yang mereka lakukan kepada kita dengan harapan bahwa Allah akan membuka mata hati mereka dengan caranya Allah sendiri yang tidak pernah kita ketahui." Kata Nuha yang membuat Hauzan membalikkan badan menghadapnya.

"Malam ini aku tidak ingin bicara lebih banyak lagi denganmu." Usapan tangan Hauzan yang menyentuh ubun-ubunnya telah menandakan satu acara.

"Boleh kan, kita menjadi pesaing hebat Renata dan Azhar malam ini?"

Rasanya Ainuha harus mulai menulis dalam diary catatannya. Bahwa setiap kali membicarakan sesuatu hal yang terasa lebih berat dari biasanya, maka semua akan berujung seperti ini. Tidak peduli siang atau malam, ujungnya Hauzan akan meminta haknya yang kemudian akan memudahkannya untuk merilekskan seluruh persendian hingga meluruh menjadi desahan halus yang memabukkan.

Jelas sudah mengapa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda. Kedua lobus otak ditakdirkan untuk memikirkan hal dengan cara berbeda, satu secara logika dan satu secara estetika. Jadi sangat wajar kalau perempuan selalu menghubungkan satu hal dengan yang lainnya, sementara laki-laki tidak. Itu sebabnya mereka juga berbeda dalam hal pola pikir logis, persepsi, analisis, emosi dan indera suara serta ruang secara berbeda pula. 

The simple truth is a men want sex and a women need love.

🍒🍒

-- to be continued --

Jadikanlah AlQur'an sebagai bacaan utama

Jazakhumullah khair

🍒🍒

Selamat berhari jum'ah jangan lupakan AlKahf untuk hari ini.

Blitar, 08 Mei 2020

*Sorry for typo*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top