23 🏈 Berita Bahagia

Baca mushafnya dulu baru buka WPnya 👍👍
-- happy fasting, happy reading --

🍒🍒

Momentum kelahiran seorang anak ke dunia memang akan menjadi hal yang sangat membahagiakan bagi setiap pasangan. Bagaimana tidak mereka telah berhasil menyatukan cinta dan berhasil mewujudkan impian setiap pasangan di seluruh dunia yaitu memiliki keturunan. Terlebih disaat vonis sulit memperoleh keturunan itu diberikan kepada kita. Kabar ini adalah satu-satunya kabar yang paling membahagiakan dari apapun juga di dunia ini.

Mendapatkan hasil testpack positif bagi Hauzan adalah anugerah dari Allah yang selalu harus dia syukuri. Dia yang sesungguhnya memiliki masalah dengan fertilitas akhirnya semakin percaya bahwa Allah memberikannya peringatan untuk selalu bersyukur dengan kesehatannya selama ini. Selalu bersyukur dalam segala hal dan selalu akan berbuat kebaikan kepada semuanya.

Penantian Hauzan akan datangnya janin di dalam rahim Ainuha selesai sudah. Namun, perjuangan yang sesungguhnya justru baru saja dimulai. Hamil memang momen yang sangat menyenangkan, hanya saja jangan selalu mengira bahwa menjalaninya bisa dengan mudah. Banyak pantangan yang diberikan oleh Risyad selaku dokter kandungan yang dipercaya oleh Hauzan memeriksa istrinya.

"Jangan paksain kalau kondisi Nuha tidak bisa, Brow. Lu juga musti sabar. Semua juga buat kalian kok nantinya." Kata Risyad saat Hauzan memeriksakan kehamilan Ainuha untuk pertama kalinya. "Apalagi trimester pertama ini akan jauh lebih banyak tantangannya. Janin mulai membentuk jaringan sistem saraf pusat, otak, saraf tulang belakang dan saraf tepi. Bahkan di minggu kelima itu mulai pembentukan jantung. Ada banyak fase yang akan ditemui, mulai dari mual, muntah, dan mungkin ngidam di trimester awal. Meski pada ilmu kedokteran tidak menemukan teori ini namun tidak menutup kemungkinan kalau istri kita akan mengalaminya. Sugesti karena perubahan hormonal di dalam tubuhnya menyebabkan tingkat sensitivitas ibu hamil jauh di atas rata-rata."

"Ok gue paham, lalu__?"

"Penuhi kebutuhan nutrisi bini lu juga, dia butuh folat untuk mencegah kecacatan pada waktu bayi lahir. Protein, vitamin A, Kalsium, Vitamin D dan juga Zat besi untuk meminimalisir risiko kelahiran prematur. Ah gue kek ngomong bukan sama dengan dokter aja. Lu juga dapat kuliah ini kali, kenapa mesti gue kuliahi lagi." Kata Risyad yang akhirnya tertawa bersama Hauzan.

"Sumpah Brow, gue bahagia banget. Dan gue juga pengen menjadi selayaknya calon Ayah seperti suami pasien-pasien lu. Gue malah nggak ngerasa lu sekarang sedang nguliahi gue. Gue bener-bener bahagia." Kata Hauzan yang mendapat jawaban anggukan dari Risyad.

"Intinya begini Nuha, mungkin nanti akan mengalami morning sickness. Tapi jangan lantas tidak mau memakan apapun juga. Mual dan muntah dipagi hari itu bisa jadi rutin terjadi di trimester pertama pada ibu hamil. Namun demikian kita harus tetap memberikan nutrisi untuk janin yang ada di dalam karena dia sangat membutuhkan nutrisi yang aku sebutkan tadi untuk pertumbuhannya." Kata Risyad menjelaskan dengan bahasa yang lebih sederhana kepada Ainuha. "Aku akan berikan, vitamin dan juga obat pereda mual apabila kamu merasakan gejala yang aku sebutkan tadi."

"Berarti minumnya kalau pas mual saja ya Dok?" tanya Nuha.

"Untuk pereda mualnya iya. Untuk vitaminnya diminum satu hari sekali. Dan, untuk kalian berdua aku tekankan sekali lagi. Meski Nuha sudah positif bukan berarti terapi lu udah kelar Brow, lu juga musti konsul sama dr. Aryadi terlebih lagi dengan jadwal kamu nengok calon bayi kalian. Kalau untuk Nuha tidak ada masalah. Bayi kalian sehat, rahim Nuha juga tidak ada masalah. Tapi tetap main aman." Pesan Risyad sebelum akhirnya mereka keluar dari ruang praktek dokter kandungan yang juga merupakan sahabat Hauzan itu.

Kontrol setiap bulan akan menjadi agenda rutin Hauzan dan Ainuha selama delapan bulan kedepan, selain itu juga mempersiapkan perlengkapan si kecil. Benar-benar pengalaman yang membuat Hauzan enggan untuk melewatkannya. Jangan sampai sebagai seorang suami Hauzan hanya cukup tahu dan berperan sebagai 'ATM berjalan' saja tanpa peduli akan apapun, tidak. Hauzan tidak akan pernah melakukan itu. Ainuha membutuhkan dan berhak mendapatkan perhatian lebih dari biasa darinya. Hauzan berjanji untuk menjadi support system nomor wahid bagi istri tercintanya.

"Mas, dari sekeluarnya kita tadi sampai dengan saat ini Mas Hauzan senyum-senyum sendiri. Aku takut__" kata Ainuha yang langsung dipotong oleh Hauzan.

"Terlalu bahagia, Sayang. Kamu tahu?"

"Tidak"

"Isshhh, aku belum ngomong. Kamu tahu, rasanya aku ingin memberitahukan kepada semua orang jika sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah." Kata Hauzan yang kemudian memilih untuk mencium kedua tangan Ainuha dengan raut muka bahagia.

Ainuha jelas tertular virus bahagia dari Hauzan karena sesungguhnya bukan hanya suaminya saja yang berbahagia dengan kehamilannya. Ainuha sendiri masih belum mempercayai bahwa di rahimnya kini telah tumbuh benih dari Hauzan. Buah cinta dari mereka, itu sebabnya Hauzan ingin menjadi bagian terpenting selama perjalanan kehamilan pertama Ainuha. 'Bikinnya saja berdua, jalaninnya juga harus sama-sama, dong!' kata Hauzan dalam hati.

Mungkin mulai sekarang Hauzan akan kembali membuka memorinya tentang kehamilan. Mata kuliah yang pernah dia dapatkan meski bukan secara detail namun secara umum harusnya dia sebagai seorang dokter lebih memahami dibandingkan dengan Ainuha. Tidak akan membiarkan seorang istri saja yang sibuk browsing dan belajar tentang kehamilan. Sebagai calon ayah, Hauzan wajib tahu banyak hal mengenai perkembangan janin di dalam rahim sampai proses pasca melahirkan nanti. Dengan demikian, dia akan lebih sigap dan siap menjadi ayah siaga karena sudah banyak tahu perubahan apa saja yang dialami oleh istrinya selama hamil.

Hauzan kembali tersenyum manakala angannya kembali membawa kepada sebuah pengertian bahwa meskipun belum dilahirkan, anak yang sedang dikandung juga sudah seharusnya dirawat berdua. Kemudian Hauzan mulai berhayal bisa mengikuti kelas parenting atau seminar mengenai kehamilan berdua Membantu Ainuha melakukan gerakan senam hamil yang sulit ataupun kelas yoga bagi ibu hamil. Dia benar-benar ingin ikut serta merasakan kehamilan Ainuha sejak awal.

"Nanti kalau aku ngidam macam-macam bagaimana Mas?" Hauzan mengernyitkan kening kemudian menatap Ainuha sekilas karena dia harus kembali fokus kepada jalan di depannya. "Ada gitu masalah ngidam direncanakan?" tanya Hauzan yang disambut kekehan oleh Ainuha.

"Apapun permintaan kamu, selama aku mampu pasti akan aku berikan." Jawab Hauzan kembali mencium punggung telapak tangan kanan Nuha.

"Pengaruh hormon, ibu hamil kan biasanya sensitif seperti kata dokter Risyad tadi. Pokoknya nanti Mas harus dengerin kataku." Teori pertama para istri ini sebenarnya hanya ingin didengarkan saja, kok. Terlebih ketika kata 'pokoknya' sudah disuarakan Hauzan memang harus menyetujui untuk itu. 

Nuha mengusap perutnya perlahan. Sembilan bulan mengandung anak Hauzan dengan susah payah, lelah sekaligus bahagia dirasakan jadi satu.

"Mengapa kini ganti kamu yang senyum-senyum sendiri?" tanya Hauzan.

"Aku bayangin saja nanti perutnya mulai membesar, kemudian ada pergerakan dari dalam dan ketika lahir semuanya mirip kamu. Jadinya kan aku seperti mesin scanner saja ya, padahal aku yang mengandungnya 9 bulan." Kata Ainuha yang langsung mendapat jawaban dari Hauzan. "Ya sudah apa musti transplantasi kepadaku, aku siap jiwa raga untuk membesarkan anak kita dalam perutku."

Seketika pukulan manja Ainuha mengenai bahu suaminya. "Kodratnya Mas Hauzan itu sebagai donatur buat aku. Mana mungkin mengandung juga, memangnya hermaprodit?"

Hauzan tertawa renyah istrinya sudah mulai bisa bercanda bebas dengannya, atau itu karena faktor bahagia yang disebabkan oleh kehamilannya. Nanti pada saatnya tiba pasti Hauzan akan memanjakan Ainuha lewat pijatan-pijatan kecil di kaki dan punggungnya. Pegal pastinya, membayangkan saja badan istrinya memiliki beban baru yang akan dibawanya ke mana-mana.

"Ya itu tahu, berarti memang tugasmu adalah mengandung dan aku yang bertugas menghamilimu, jadi siap berapa untuk itu?" tentu saja mata Ainuha membulat mendengar ucapan Hauzan itu. Ah, berbicara tentang itu justru membuat Ainuha tersipu malu bukan karena banyak anaknya namun untuk proses untuk membuat Nuha bisa hamil seperti sekarang ini.

Intinya Hauzan ingin membahagiakan Nuha, titik nggak perlu pakai koma.

"Kapan kita akan memberitahukan kepada papa dan mama, Mas?" Hauzan kemudian beralih ke mode serius. Dia memang sangat ingin memberitahu kedua orang tuanya tentang kehamilan Ainuha namun kemudian Hauzan berpikir kembali. Trimester pertama yang masih rentan untuk Ainuha membuatnya harus bersabar tidak mengatakan kepada keduanya. Hauzan masih takut salah-salah nanti Papanya mengeluarkan kata-kata kotor kepada Ainuha dan akan mempengaruhi psikis istrinya. Meski Hauzan tahu bahwa papanya sangat menginginkan keturunan dari dia. Namun Hauzan sudah hafal dengan papanya karena mereka hidup bersama sedari Hauzan kecil.

"Tunggu trimester kedua, kita baru akan memberitahu kepada mereka. Sementara aku juga akan menuntaskan terapiku dengan dr. Aryadi dan mulai sekarang___kamu tidak perlu ikut ketika aku sedang melakukan terapi."

"Mengapa?"

"Aku tidak ingin anak kita kenapa-kenapa terlebih aku tidak ingin kamu kecapekan karena harus melewati perjalanan yang lumayan lama belum lagi menunggu aku terapi dalam kejenuhan." Jawab Hauzan pasti.

Biarlah untuk hal-hal yang berat Hauzan melakukannya seorang diri. Dia harus benar-benar perhatian kepada Nuha. Ini bukan hanya sekadar masalah materi atau jalan-jalan jika dibutuhkan membantu pekerjaan rumah istrinya pun rela dia lakukan untuk bisa membuat ibu hamil yang berada di sisinya itu merasa bahagia. Tidak akan membuatnya terlalu lelah.

"Iyalah, Mas Hauzan itu bukan hanya menyumbangkan sperma saja dalam proses kehamilanku."

"Tapi__?" tanya Hauzan yang sengaja digantungnya.

"Tapi juga suami yang harus siaga, karena aku belum pernah hamil dan nggak tahu banyak tentang bagaiamana seorang ibu hamil itu melakukan aktivitasnya dengan baik sehingga tidak membahayakan diri dan juga janinnya." Jawab Nuha.

"Itu pasti, Sayang. Sini agak mendekat." Meski bertanya-tanya Ainuha memilih untuk menuruti perintah Hauzan. Mendekatkan diri kepada Hauzan dan tanpa disangkanya bahwa Hauzan dengan secepat kilat mencium keningnya dengan hangat. "Aku mencintai kalian, jaga diri kamu dan juga dia yang sebentar lagi akan menyapa kita sebagai orang tua."

Suasana hangat itu terus bergulir dan Hauzan benar-benar membuktikan janjinya untuk menjaga Nuha juga calon anak mereka dengan baik. Bahkan tak segan-segan Hauzan turun tangan ke dapur sendiri kala Ainuha lemah terbaring karena morning sickness yang dia alami. Rahadi sendiri memilih untuk tidak memberatkan keduanya dengan mencoba untuk memberikan solusi supaya mengambil tukang masak yang bisa menyiapkan makanan untuk mereka. Sayangnya Ainuha menolak, selama Ayahnya masih bersedia memakan makanan hasil masakannya meski terkadang dan lebih sering Rahadi dan juga Hauzan yang memasaknya.

"Maafin Nuha ya Ayah. Rasanya tiap pagi memang mual dan selalu pengen muntah sehingga kalian__"

"Sudah jangan terlalu memikirkan kami. Suamimu ternyata pandai mengolah bahan makanan. Ayah tidak menyangka kalau dokter seperti Hauzan juga pintar memasak meski dengan menu yang sangat sederhana." Jawab Rahadi.

"Hauzan pernah menjadi mahasiswa yang jauh dari orang tua Ayah dan harus bisa hidup sehat dengan memakan makanan yang sehat, ya seperti ini. Meski sederhana namun zat yang dibutuhkan tubuh bisa terpenuhi dengan baik."

"Mas__"

Hauzan memilih tersenyum menatap Ainuha. Tidak lagi ada yang harus disembunyikan di depan mertuanya. Toh Hauzan juga pernah mengetahui bahwa mertuanya pernah memergokinya sedang bermesraan dengan sang istri kala siang hari di waktu senggang mereka sedang bekerja. Meski awalnya malu namun Rahadi justru memberikan dukungannya. Terlebih setelah mengetahui putrinya sedang mengandung benih dari Hauzan. Rahadi justru meminta Hauzan memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh Nuha tanpa harus merasa sungkan kepadanya.

"Kamu butuh apa?"

"Enggak aku cuma ngerasa saja jadi istri yang nggak berguna. Masa iya sekarang justru Mas Hauzan yang menyediakan sarapan pagi kita." Tiba-tiba air mata Ainuha meleleh. Benar saja emosi ibu hamil memang naik turun dengan cepat.

Namun dengan cepat pula Hauzan mencoba untuk menenangkan istrinya kembali. Hingga trimester pertama bisa mereka lalui dengan baik. Meski sekarang Ainuha masih juga merasakan mual namun sudah tidak sesering dulu lagi. Makanan pun juga sudah mulai bisa tertelan dengan baik. Jika di trimester pertama dulu Hauzan yang lebih aktif untuk memberikan makanan kepada istrinya di trimester kedua ini justru Ainuha lebih aktif untuk meminta.

"Makanan saja nggak minta yang lainnya?"

"Apa itu Mas?"

Nuha tertawa lirih saat melihat Hauzan menaikkan kedua bahunya kemudian berjalan hendak meninggalkannya. "Katanya Adek sekarang lagi kangen sama poppanya, Cuma sayangnya si poppa lagi nggak pengen berkunjung. Jadi momma gigit jari deh."

Mendengar kalimat permintaan itu tentu saja Hauzan memberikan penawarannya ."Bagaimana kalau beli makanannya setelah poppa ketemu sama Adek kan katanya tadi kangen." Hal yang seringkali didengar Nuha ketika suaminya menginginkan dia sebagai seorang istri. Ujungnya pasti dengan alasan yang sama, kangen dengan calon anak mereka. Nuha tidak pernah menolak karena sebenarnya semenjak kehamilannya dia sendiri pun menginginkan yang lebih daripada biasanya. Jika dulu dia bisa menahan sekarang justru Nuha banyak menuntut supaya Hauzan melakukannya. Ah, nikmat dunia mana yang bisa didustakan oleh Hauzan.

Dan keesokan hari adalah hari dimana Hauzan mengajak Nuha yang mulai terlihat perut buncitnya untuk mengunjungi rumah kedua orang tuanya. Memberitahukan kehamilan Ainuha dan juga meminta banyak cerita pengalaman mama Rien tentunya ketika dulu sedang hamil Hauzan atau Renata.

Tiba di rumah Agus Rahman sepertinya sedang ada pertemuan keluarga. Entahlah Hauzan juga tidak mengetahui dengan jelas. Dia dan Nuha memilih untuk masuk ke rumah melalui pintu samping.

"Ada apa Ma?" tanya Hauzan sesaat setelah mengetahui Mama Rien berjalan ke belakang untuk mengambil sesuatu.

"Loh kalian ada di sini. Kapan datang?" melihat bagaimana penampilan Nuha sekarang membuat Rien menatap menantunya lekat-lekat dan segera menutup mulutnya yang tiba-tiba terbuka karena bahagia saat Hauzan menganggukkan kepalanya. Air mata Rien langsung menetes seketika namun dia harus segera kembali ke depan menemui tamunya.

"Kita akan bicara setelah ini. Selamat sayang. Mama bahagia melihatnya, pantesan kalian jarang berkunjung kemari ternyata alasannya karena ini." Rien memeluk Nuha dan Hauzan secara bergantian.

"Mama__siapa?"

"Oh iya, doakan itu keluarga calon suami adik kalian." Kata Mama Rien dengan muka bahagia.

"Renata akan menikah?"

Senyum Hauzan pun terselip tipis. Tidak pernah diketahui olehnya adik perempuannya pacaran dengan seorang laki-laki karena memang Renata tidak menginginkan itu namun mendengar kalimat dari mama Rien membuat Hauzan sedikit lega namun juga khawatir yang sama secara bersamaan, semoga bukan karena hasil paksaan dari papa mereka.

🍒🍒

-- to be continued --

Jadikanlah AlQur'an sebagai bacaan utama

Jazakhumullah khair

🍒🍒

Selamat berhari jum'ah jangan lupakan AlKahf untuk hari ini.

Blitar, 24 April 2020

*Sorry for typo*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top