21 🏈 Terapi
🍒🍒
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang di laksanakan secara tim. Perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan pengobatan secara medis
Hauzan salah satu yang mulai rajin untuk melakukan ini. Ikhtiar untuk kesembuhannya bukan hanya dengan berdoa tapi juga mendatangi rumah sakit demi terapi medisnya.
Seorang dokter terapi infertilitas?
Mungkin menurut sebagian orang adalah hal yang memalukan atau sebuah aib yang harusnya di tutup rapat-rapat. Mungkin benar, aib yang harus ditutup rapat namun bukan berarti suatu hal yang memalukan.
"Kamu nggak malu antar aku?" tanya Hauzan kepada Ainuha yang bersiap untuk mengantarkan suaminya ke rumah sakit.
"Memangnya Mas ingin diantar siapa? Kita baru berdua ya jelas aku yang akan mengantar Mas." Kata Nuha.
"Maaf."
"Hei, mengapa harus minta maaf. Mas Hauzan nggak salah." Kata Nuha lagi.
"Kondisiku____"
"Eits, kita sudah sepakat untuk mengusahakan ini dan sehat bersama. Yang sehat pun kalau Allah belum berkenan memberikan juga tidak bisa Mas. Yakinlah, bahwa kita hanya perlu bersabar." Kata Nuha yang menyiapkan perbekalan ke dalam tas yang akan mereka bawa.
Berjuang untuk kesembuhan memang tujuan mereka kini. Serangkaian tes yang telah dilakukan Hauzan kemarin akan membawa mereka ke pengerucutan suatu metode. Dan itu telah dibicarakan dengan baik oleh dokter yang akan menangani bersama dengan keduanya.
Sebagai seorang sahabat, Risyad hanya bisa menyarankan.
Bersama dengan seorang urologi yang dipercayakan mereka akan mulai melakukan pengobatan dan berbagai terapi.
"Zan, mungkin sedikit sakit di awal tapi akan terbiasa untuk selanjutnya."
"Ini untuk berapa lama?" tanya Hauzan.
"Kamu pasti sudah banyak membaca referensi dan tidak perlu aku jelaskan secara detail bagaimana prosesnya." Hauzan mengangguk tanda mengerti.
Dikenalkan dengan seorang urolog oleh Risyad membuatnya ingin untuk mengetahui dengan jelas bagaimana prosesnya hingga berkonsultasi terlebih dahulu adalah hal yang paling diutamakan sebelum melakukan terapi.
"Kemarin sudah diberikan resep obat oleh dr. Risyad untuk diminum di bulan pertama ya Pak?" tanya dr. Aryadi
Hauzan memang telah mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh Risyad untuknya. Selama satu bulan ini dia dengan rutin telan menelan puluhan pil itu dengan benar dan rutin.
Tidak ingin mengecewakan Ainuha yang telah mendukungnya. Juga keluarga meski mungkin Papanya memperlihatkan seolah tidak mendukung, padahal Hauzan sangat tahu bahwa Papanya sangat mendukung meski tidak mengatakan itu secara langsung.
"Berapa lama dok untuk terapi pertamanya?"
"Dua hingga tiga jam." Jawab dr. Aryadi dengan senyumnya.
Ainuha yang selalu ada disampingnya membuat berat itu terasa mudah meski tidak ringan. Hauzan paham benar, terlalu banyak pengorbanan yang telah diberikan oleh istri sholehanya ini.
Tanpa sebuah keluhan bahkan dia rela tidak menerima nafkah selama masa terapi dan pemulihan. Atau pun harus rela jika semua jadwal untuk bisa memuaskannya sudah teratur oleh jadwal-jadwal dari dokter yang sepertinya memang sangat tidak mengenakkan untuk keduanya.
"Mohon untuk bersabar ya Bu. Ini tidak akan lama kok." Kata dr. Aryadi setelah Hauzan selesai melakukan terapinya.
"Maksudnya Dok?"
"Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda terkait dengan penjadwalan atau aktivitas berhubungannya." Jawab dr. Aryadi pelan.
"Jadwal?" tanya Nuha yang memang belum mengerti kemana arah pembicaraan mereka.
"Iya, jadi karena masa terapi ini memang untuk memulihkan jumlah, kesempurnaan bentuk dan juga kelincahannya untuk itu mohon dengan sangat berhati-hati."
"Iya Dok."
"Biasanya iya di ruangan ini dengan di rumah itu akan jauh berbeda Pak Hauzan. Tapi sebagai seorang dokter saya yakin anda cukup tahu aturan dan konsekuensinya." Hauzan terkekeh pelan sementara Nuha masih juga belum paham dengan apa yang mereka bicarakan.
"Saya cukup tahu, itu sebuah kebutuhan namun sekali lagi saya tekankan. Disiplin itu adalah awal untuk sebuah usaha, meski demikian kita juga harus tetap meminta campur tangan Tuhan sebagai penentunya." Ucap dr. Aryadi kembali.
Nuha masih diam.
"Bu Hauzan sudah bisa memahami ya?"
"Maksudnya apa ya dok, saya kurang paham tentang istilah medis seperti itu." Jawab Nuha dengan polosnya yang kemudian tangan kanannya diraih Hauzan. Memintanya untuk tetap diam dan dia yang akan berusaha menjelaskan di rumah. Hauzan takut jika di jelaskan di sini Ainuha akan malu, mengingat istri sholehanya ini terlalu polos untuk urusan plus-plus-plus seperti itu.
Sayangnya dr. Aryadi tidak memahami maksud Hauzan hingga dia menjelaskan dengan rinci kepada Ainuha. Dan benar saja, pipinya kini mulai memerah bahkan hanya untuk memandang Hauzan saja tidak memiliki keberanian.
"Jadi untuk berhubungan dengan suami tidak bisa sewaktu-waktu ya Bu, harus sesuai dengan jadwal meskipun sangat ingin melakukan. Itu karenanya saya meminta kepada Bu Hauzan untuk bisa bersabar. Demikian juga mohon untuk tidak memancing Bapak untuk melakukan itu jika belum jadwalnya." Kata dr. Aryadi. Sebenarnya apa yang disampaikan dokter urologi itu masih dalam bahasa medis tapi entahlah, bagi Ainuha bahasan seperti itu masih saja membuat pipinya merona karena malu.
Untuk menutupinya Hauzan akhirnya menutup dengan kalimatnya. "Kalau itu saya Dok, yang harus bersabar."
Dokter Aryadi tersenyum kemudian mengangguk. Meski nyatanya bukan hanya Hauzan yang selalu menginginkan, ada kalanya Ainuha juga ikut andil memancing gairahnya untuk melakukan itu kapan saja yang mereka mau.
"Nah kalau untuk jadwalnya nanti akan kami kompilasikan dengan kesiapan Bu Hauzan sehingga bisa sama-sama siap. Milik Bapak siap dan ovum telah ovulasi sehingga bisa terjadi pembuahan untuk program hamil selanjutnya. Tapi saran saya ini memang untuk terapi terlebih dulu."
"Lalu untuk kebutuhan itu?" tanya Hauzan.
"Sementara untuk longterm dulu ya Pak. One shot in two weeks."
"What's____?" Hauzan seketika membulatkan matanya. Ini bukan lagi harus bersabar tapi memang harus merana. Terjadwal dengan dua minggu sekali. Apa iya Hauzan memilih tinggal di rumah Papanya untuk sementara waktu supaya keinginannya untuk itu bisa sedikit di tekan. "Tidak ada semacam discount begitu, Dok?"
Tawa renyah dr. Aryadi menggema. Dokter muda yang ada di depannya ini seolah mengajaknya bercanda. Mungkin inilah yang disampaikan oleh sahabatnya beberapa hari yang lalu. Sakit dan berat untuk dilakukan di awal. Menyakitkan memang, dan sungguh terlalu berat dirasa oleh Hauzan.
"Nanti jika sudah membaik di tes pertama dan kedua, akan kami evaluasi kembali untuk frekuensi itu." Tidak, harus berapa lama lagi. Membayangkan saja Hauzan sudah merasakan betapa berat hidupnya kedepan. Dekat dengan istri namun tidak diperbolehkan menyentuhnya.
Setelah semua penjelasan selesai dan mereka menerimanya dengan baik akhirnya keduanya pulang dengan sebuah harapan.
"Mas__harus ya sedetail itu?"
"Memangnya mengapa? itu juga masih dalam kategori medis untuk pengobatanku." Jawab Hauzan.
"Tapi malu-maluin aja. Mas Hauzan ini loh sampai bersikap seperti itu ketika dr. Ary bilang one shot in two weeks. Kita pasti bisa Mas, yakin untuk itu." Kata Nuha berusaha untuk memompakan semangat.
"Allah, Mas mana bisa Sayang. Kamu juga nggak mungkin bisa tahan. Dua minggu itu lama loh, apalagi kita bersama setiap hari."
"Anggap aku sedang berhalangan." Kata Ainuha lagi.
"Nah itu, belum lagi kalau pas jadwalnya kamu lagi berhalangan. Bisa pusing ini kepala Mas. Bayangin saja, sudah dua minggu nunggu, terus kamu halangan berarti harus nunggu dua minggu lagi. Itu artinya one shot in one month. Bisa gila aku." Kata Hauzan dramatis.
Kebutuhan hidup memang bukan hanya untuk itu. Tapi hidup akan lebih bervariasi dan penuh sensasi apabila kebutuhan untuk itu bisa terpenuhi dengan baik.
"Kita coba dulu. Ini belum mencoba kok sudah menyerah." Kata Ainuha sebelum akhirnya mereka sampai di rumah.
Ya, rangkaian panjang terapi yang dilalui Hauzan bisa berjalan dengan baik. Peran serta Ainuha tentunya. Terlebih saat menyadarkan Hauzan ketika sisi manjanya mulai nampak.
Sangat wajar bukan, sebagai pasangan yang masih tergolong pengantin baru. Bermanja dan bermesraan adalah hal yang lumrah dilakukan. Sayangnya Ainuha berusaha untuk tidak melakukan apapun untuk memancing suaminya. Bahkan sengaja dia selalu berpakaian tertutup meski di rumah hanya berdua dengan suaminya.
"Kamu mau kemana kok rapi bener di rumah saja."
"Nggak ada yang melarang kan Mas, untuk rapi meski di rumah saja. Toh dandan juga buat suami sendiri." Gumam Ainuha. Benar katanya dia memang bukan dandan untuk siapa-siapa, hanya ada Hauzan di rumah dan tidak ada yang salah jika Nuha ingin berdandan untuk suaminya.
Tampilan Ainuha memang biasa. Wajahnya pun tanpa sapuan alat make up mungkin hanya memakai skin care untuk menyegarkan wajahnya. Masalahnya ada pada Hauzan melihat wajah polos istrinya itu seperti harimau yang sedang kelaparan ditambah dengan kebutuhan biologisnya yang memang harus ditekan kini sedang meradang.
Tatapan dahaga itu terlihat jelas hingga Nuha sembat membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Mengetahui sejenis apa tatapan yang dihadiahkan Hauzan kepadanya saat itu.
"Mas___"
"Kamu membangunkan sisi lelakiku yang hampir dua bulan itu telah terbuai di alam mimpinya." Ucap Hauzan mendekati Nuha.
Tatapan beringas itu seolah kini sedang menelanjanginya. Nuha tahu apa yang kini sedang dipikirkan oleh suaminya. Terlebih apa yang diinginkan oleh Hauzan.
Sepertinya Hauzan butuh mandi untuk meredam semua gejolak yang kini sedang naik ke permukaan. Namun seolah abai dengan apa yang diusahakan mereka, Hauzan butuh menuntaskan semuanya hari ini.
"Mas, ingat apa kata dokter Ary." Tolak Ainuha. Dia tidak ingin menjadi istri durhaka namun akan menjadi sebuah kesia-siaan jika sejauh ini mereka sudah meredamnya namun kalah karena hari ini harus menggagalkannya. Padahal besok adalah screening tes lanjutan untuk melihat seberapa baguskah perkembangan Hauzan selama hampir dua bulan ini melakukan terapi dan mengkonsumsi obat.
"Tapi kata dr. Risyad hari ini kamu bisa jadi siap dengan ovulasi."
"Kita belum program hamil Mas, ini masih terapi." Jawab Ainuha.
Hauzan memutar bola matanya jengah. Dia hanya ingin menginginkan Ainuha tanpa adanya embel-embel jadwal dan yang lainnya. Lupakan untuk sesaat.
Bibir Hauzan kini telah mendarat lembut setelah dia berhasil meredakan pukulan tangan Nuha yang tepat mengenai dadanya. Pukulan yang hanya membuat Hauzan semakin terangsang untuk melakukan gerakan yang lebih membuat Nuha bisa memanggil namanya dalam desahan panas yang mereka lakukan bersama. Sekali hentakan Hauzan telah berhasil membawa Ainuha berada di kamar mereka.
Melepaskan ciumannya saat dia dan Ainuha harus memasok udara yang lebih banyak lagi. Tangan Hauzan memang telah dengan lihai membuang semua yang dikenakan Ainuha, kecuali jilbab yang masih menutup kepalanya.
Melihat Nuha hanya memakai penutup kepala namun dengan tanpa mengenakan busana semakin membuat Hauzan membabi buta untuk menyerangnya.
"Mas Hauz___mmmptttthhhh." Tak lagi berkutik dengan penolakannya. Nuha juga akhirnya menggeram menahan gejolak yang sama dengan Hauzan.
Memainkan jemari dan bibir dalam setiap inchi tubuh mereka. Jangan lupakan bahwa hujan pertama setelah kemarau panjang itu jauh lebih membuat suasana menjadi semakin gerah.
Tangan kekar Hauzan semakin membuat tubuh Ainuha menggelinjang.
Sengaja untuk menarik ulur waktu supaya Ainuha bisa menginginkan yang lebih daripada itu. Sebab Hauzan tahu, saat Ainuha menginginkan yang lebih daripadanya dia akan melakukan sesuatu diatas ekspektasinya. Ah, perempuan selalu begitu. Bilangnya tidak, giliran sudah masuk ke dalam permainan dia enggan untuk melepaskan bahkan cenderung meminta untuk melakukannya lebih.
Hauzan melihat istrinya sedang menutup mata dan menikmati semua stimulus yang dia berikan. Dengan perlahan Hauzan membuka lapisan terakhir kain sebagai penutup kepala istrinya.
Menyempurnakan apa yang telah mereka mulai hingga Ainuha meneriakkan namanya dengan sangat panas. Sampai pada tujuan yang sama ketika keduanya telah menyecap apa yang sejauh ini cukup untuk di pendam tanpa dikeluarkan.
Ah, jika mengingat apa yang telah mereka lakukan. Ainuha hanya bisa menghela nafas pasrah. Jika memang harus memulai lagi dari awal dia akan lakukan. Memangnya apa yang telah mereka lakukan?
Ainuha menikmati setiap menit bahkan setiap detik yang telah diberikan Hauzan kepadanya.
"Mas___" bisik Ainuha setelah kini mereka terkapar dibalik bedcover.
"Sssstttttt, jangan bergerak dulu. Biarkan seperti ini aku masih ingin membaumu hingga terlelap sebentar lagi." Jawab Hauzan.
"Aku tidak bergerak hanya ingin mengatakan besok jika kita harus mengulang semua terapinya dari awal Mas Hauzan jangan seperti ini lagi ya?" kata Nuha pelan.
Hauzan yang sudah berada diantara sadar dan tidak karena olahraga bersama Ainuha hari ini membuat bibirnya tidak bisa terkoneksi dengan otak secara baik.
"Iya, besok kita akan mengulangi lagi sebanyak yang kamu minta. Aku akan memberikan semuanya." Setelah itu terdengar nafas Hauzan telah teratur yang menandakan bahwa dia telah terlelap setelah melakukan hot sesion yang memang telah lama tidak mereka lakukan terkait dengan terapi yang dilakukan.
Ainuha menggeleng perlahan kemudian memilih untuk menutup matanya juga.
Dalam hatinya berkata bahwa dia sangat mencintai suaminya. Bagaimana mungkin dia menolak jika suaminya menginginkannya untuk melaksanakan tugas sebagai seorang istri.
"Aku tidak bisa dan tidak mungkin menolakmu, Mas." Kata Ainuha yang kini memutar tubuhnya untuk menghadap Hauzan.
Sementara keduanya telah terlelap. Rahadi hanya bisa menebah dadanya dengan perasaan yang bercampur baur menjadi satu.
Kepulangannya ke rumah untuk memberitahu Hauzan tentang pekerjaan mereka dan juga perpanjangan kontrak kerja dengan pabrik susu telah membuat telinga Rahadi mendengar beberapa erangan erotis dari putrinya yang menandakan mereka berdua memang sedang dalam keadaan yang tidak bisa diganggu dan di interupsi.
Bahagia, tentu saja. Melihat putrinya menerima semu yang terjadi kepadanya dan juga keadaan suaminya.
Cukup melihat putrinya bahagia bersama Hauzan. Rahadi tidak ingin berharap yang lebih hingga memberatkan mereka berdua untuk mewujudkan harapannya. Meski dalam hati selalu berdoa semoga impian mereka untuk menimang adanya anak segera terwujudkan.
🍒🍒
-- to be continued --
Jadikanlah AlQur'an sebagai bacaan utama
Jazakhumullah khair
🍒🍒
Selamat berhari jum'ah jangan lupakan AlKahf untuk hari ini.
Blitar, 17 April 2020
*Sorry for typo*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top