00 🏈 Prolog

🍒🍒

Hadir kembali dengan sebuah cerita baru.

Bukan sepenuhnya baru karena cerita ini memang telah terlebih dulu saya update di laman facebook saya.

Bagi teman-teman yang sudah berteman dengan saya pasti sudah faham ceritanya.

See, awal menulis cerita ini sebenarnya adalah ketika begitu viralnya sebuah cerita yang membuat emak-emak geram dengan pelaku hingga menyerbu akun sosmednya untuk memprotes dan juga meluapkan amarahnya.

Apadaya, ingin juga menuliskan bab perpolian dalam bentuk yang lain. Polibag, poliklinik, polisemi bahkan sampai politik 😆😆

Well, bagi yang sudah membaca silakan untuk inline komentar karena alasan ini pulalah yang membuat saya berbaik hati untuk mengupdatenya disini selain karena saya kirim ke salah satu komonitas tapi tidak diterbitkan. 🤭🤭 Ah, harusnya saya sadar bahwa tulisan saya tidak jauh menarik dari tulisan piliklinik yang banyak beterbaran disana dan tidak layak untuk dibaca daripada kisah polibag. 😢😪

Ok ada beberapa pertanyaan yang terkait dengan tulisan saya baik itu comment WP, DM melalui WP, IG, dan messanger FB atau WA saya secara langsung.

Jawabannya ada di blog pribagi saya silakan berkunjung di marentinniagara.blogspot.com

Selanjutnya,

Inilah kisah mereka.

Tahukah kamu filosofi tentang sepasang sepatu? Mereka selamanya tidak pernah sama namun harus saling melengkapi untuk membuat langkah seseorang menjadi sempurna, tidak timpang dan sedap untuk dipandang oleh mata.

Sepasang sepatu yang sejenis, sewarna dan serupa namun tentu berbeda karena ada sepatu sebelah kanan dan sebelah kirinya.

Sama halnya tentang pasangan hidup. Tidak akan pernah ada kesamaan di dunia ini. Dua orang kembar identik pun mempunyai sifat yang berbeda satu dan lainnya. Mereka memang mirip tapi sesungguhnya mereka itu berbeda. Tidak ada satupun sidik jari orang di dunia ini yang benar-benar sama. Itulah Allah dengan mahadayaNya.

Adakah yang bisa menjamin suatu masa depan kecuali Dia? Atau membalik masa lalu untuk kembali menyempurnakan hidup kita dengan sebuah kebenaran?

Tidak, satu jawaban yang pasti dan tidak perlu lagi dipertanyakan. Karena sampai kapanpun pertanyaan itu pun akan selalu sama jawabannya.

Hidup yang mengalir bak roda yang selalu berputar pada porosnya. Kadang berada di atas, kadang juga berhenti di bawah. Kenyataannya memang tidak semua manusia bisa menerima kondisi dalam keadaan apa pun. Tapi setiap manusia wajib untuk selalu berusaha.

Berusaha untuk bersyukur apa pun keadaannya. Berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Jika ungkapan mengatakan bahwa ketika hari ini kita sama dengan hari kemarin maka kerugian yang kita peroleh, lantas bagaimana ceritanya ketika hari ini lebih jelek dari hati kemarin?

Rasanya tidak perlu dijawab pun semua telah tahu.

Manusia terlaknat.

Lantas bagaimana untuk bisa menjadi manusia yang beruntung? Mencoba dan belajar. Manusia di qodar memiliki akal dan di naas menjadi makhluk paling sempurna diantara lainnya. Lengkap dengan hari yang bisa merasakan sesuatu.

Hidayah memang hanya Allah yang tahu kepada siapa akan diberikan. Dan dengan akal yang dimiliki inilah kita bisa mempertahankan juga menjemputnya.

Kenal Allah lebih dekat, supaya Allah lebih menghafal kita. Rayu Allah lebih banyak, karena dia begitu menyukai keagungan atas namaNya. Minta Allah lebih tulus, sesungguhnya hanya Dia tempat untuk meminta semua hal atas hidup dan mati kita. Bahkan hanya Dia sang penyelamat atas hidup abadi setelah kita mati.

Selalu berbuat kebaikan dalam segala hal meski kita tahu itu tidak akan pernah mudah. Belum tentu semuanya bisa menerima apa yang telah kita lakukan.

Belajarlah dari plastisin, yang bersedia menerima tekanan dan dibentuk. Dari plastisin kita juga belajar untuk menjadi lentur. Ibaratnya kebencian itu sebagai benda keras, saat kebencian datang kepada kita, kita harus tetap menyambut kebencian itu dengan pelukkan hangat meskipun kebencian itu rasanya panas membara.

Jangan pernah lelah berbuat kebaikan apalagi kebaikan itu adalah sebuah kebenaran. Jangan terpaku dengan perbuatan kita yang ada di masa lalu, meskipun ada yang buruk, tapi itu sudah masa lalu. Sekarang tinggal kita melihat ke depan bersama untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Membiarkan hidup mengalir sesuai kehendak Allah dan tidak membiarkan pikiran negatif merajai adalah salah satu esensi hidup yang wajib diyakini. Berbuat kebaikan di mana pun dan kapan pun juga membuat hidup yang cuma sekali ini akan lebih berarti.

Tak bisa dipungkiri, bahagia itu bukan selalu karena materi. Kadang, hidup jauh terasa lebih layak untuk dijalani jika hari-hari kita diisi kebaikan-kebaikan kecil ini.

Menjadi lebih baik itu bukan soal agar dilihat orang. Namun menjadi lebih baik itu tentang menghargai diri sendiri atas apa yang telah Allah berikan. Wujud kesyukuran kita dan bukti ketaatan kita kepada Allah Azza wa Jalla.

'Aku bukanlah malaikat, aku adalah manusia yang memiliki batas sabar.'

Tahukah jika malaikat pun ingin menjadi manusia? Lantas apa yang tidak kita syukuri? Bukan sabar namanya jika masih berbatas karena kodrati sabar adalah tanpa ada batasan. Bukan pula ikhlas jika masih diperdengarkan kepada yang lain, karena kodrati ikhlas adalah melupakan dan menerima.

Menolak bukan berarti kita tidak bersyukur atas apa yang telah Allah berikan. Karena menolak itu adalah salah satu bentuk pilihan, bukan menolak ketentuanNya hanya ingin untuk lebih menjaga hati dan menghormati sesamanya.

Belajarlah menerima bahkan atas hal-hal yang tidak bisa kita terima. Itulah cara terbaik mendamaikan hati. Sebab kesakitan terasa lebih perih jika selalu dipikirkan.

Haruskah kita meratapi segala kekurangan? Ah, rasanya sayang sekali. Kita berhasil melewatkan kesempatan terbaik. Karena terkadang di balik penolakan Allah, barangkali Dia malah sedang merencanakan kebahagiaan lainnya.

Kehidupan terlalu pendek jika hanya dilewati dengan kesedihan, kecemasan serta kegalauan yang tidak akan ada habisnya. Kita harus tahu, sebagaimana kebahagiaan yang cepat berlalu, kesedihan juga bakalan berlalu.

Belajar untuk kembali berfilosofi tentang makna sebuah kehidupan.

Kehidupan memang selalu sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Yang bisa kita lakukan terhadap kehidupan hanyalah merasakannya dan berusaha menjalaninya. Bahkan ada kalanya kehidupan terasa seperti sebuah keajaiban yang diberikan Allah untuk kita.

Mereka yang menghargai kehidupan sudah pasti juga menghargai diri mereka sendiri, karena jika kita tidak mencintai diri kita, kita juga tidak mencintai hidup. Jika saat ini kita tidak bisa mencintai diri kita sendiri, maka berubahlah. Jadikan diri kita menjadi orang yang bisa kita cintai.

Yang harus kita yakini adalah kita hanya perlu mengokohkan hati kembali. Yang telah hilang lebih memilih mengabdi pada kenang. Relakanlah, tidak perlu kita meminta pertanggungjawaban Allah atas doa-doa yang salah ditempatkan. Sebab nyatanya takdir Allah terlampaui indah untuk kita reka dengan sebuah angan.

🍒🍒

Blitar, 19 November 2019

💋💋
Cukupkan sampai disini prolognya...
Ceritanya apa, bagaimana dan berakhir seperti apa yang sudah baca di facebook silakan berteriak kencang....

"Wes tau moco" 👌👌

Bagi yang belum membaca silakan menikmati tulisan ringan kisah ini.

Akan tayang setiap hari Jum'at dalam setiap minggunya 😘😘

-- happy reading --

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top