2
HAIII
mohon dukungannya untuk story ini
chanyeol nya nanti ya munculnya
.
.
.
putri memeluk brankas kecil yang diberikan fariz beberapa hari yang lalu padanya, fariz calon suaminya itu telah berangkat untuk bertugas di Palestina
"aku gak bisa sering sering hubungin kamu... disana listrik aja susah apalagi sinyal internet. tolong ngertiin ya"
putri masih mengurung diri di kamarnya, ada sebuah kalender kecil di meja nakas dekat ranjangnya yang di lingkari garis merah. menandakan berapa hari fariz telah pergi untuk menunaikan tugasnya sebagai abdi negara
"dek, sarapan dulu yaa"
putri keluar dari kamarnya dengan kondisi rambut yang acak acakan dan muka yang sembab habis menangis.
"udah sih, jangan gitu. mending kamu doain dia gitu lho... jangan malah nangisin dia, dari awal kamu kan tahu resiko pekerjaan nya begitu. yang tegar donk"
"tapi kita mau nikah mas"
"iya tahu kok... dia kan gak batalin cuma nunda. dia gak mau bebanin kamu mungkin"
putri hanya menghela nafas kasar, kakaknya yang satu ini entah terlalu sabar atau bijak tapi putri gak mungkin bisa menang kalau debat sama dimas.
"udah, makan dulu... jangan banyak pikiran"
putri memakan masakan dimas yang tersaji di meja dengan malas, dia sering mangeduk aduk nasinya sembarangan yang membuat dimas menjadi geram
"mas ada kerjaan di Korea. mau ikut gak?"
"ngapain ikut? kan mas kerja disana"
"ya gak papa, mas juga kerja kan ada waktunya kita bisa sekalian liburan disana"
"gak ah, nanti kalo fariz telpon gimana? kan nomornya bakalan beda kalo disana"
"bisa pakai internet juga kali dek."
"enggak deh, mas aja. lagian aku juga gak tahu mas sampai kapan disana kan?"
dimas hanya diam, jujur dia merasa kecewa juga dengan sikap fariz pada adiknya. namun, dia terus berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini memang yang terbaik untuk saat ini. dan berusaha untuk meyakinkan putri bahwa semuanya akan baik baik saja.
.
.
.
--skiipp--
Putri memandang langit malam itu, dia bertanya pada hatinya apakah Fariz juga tengah memandang langit yang sama sekarang
'aku rindu kamu'
Sudah hampir setahun sejak kepergian Fariz dan hanya satu kali Fariz pernah menghubungi nya dengan mengatakan bahwa dia akan segera pulang. Hanya itu tidak lebih
.
.
.
Di tempat lain, Dimas terdiam memandang ponselnya. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal.
'aku harus bilang apa'
Telepon yang diterima olehnya benar benar akan menjungkirbalikkan balikkan hidup adiknya. Akan menghancurkan seluruh hati adiknya, tanpa tersisa
Dia melajukan mobilnya menuju ke rumah untuk menemui adiknya, setidaknya dia ingin memeluk adiknya terlebih dahulu sebelum memberitahu kan hal ini ke adiknya
.
.
.
"Mas baru pulang? Aku udah masak, mas mandi dulu terus makan ya"
Dimas memandang putri yang masih sibuk menata meja makan, melihat cincin pertunangan yang melingkar di jari manis adiknya itu membuat hatinya remuk
.
.
.
.
"Dek..."
"Hmmm??"
Grepp
Dimas memeluk putri dengan erat, mengusap lembut punggung adiknya seolah memberikan kekuatan untuk adiknya saat ini
"Mas kenapa sih?"
"...."
"Mas, ada masalah?"
"Dek, tadi... Tadi ada telepon yang kasih kabar kalau Fariz... Dia meninggal karena terkena tembakan rudal dek"
Dimas mengatakan dengan terbata dan sedikit terisak
Putri hanya diam belum bereaksi apapun, dia masih berusaha mencerna ucapan kakaknya
"Mas... Bo-hong..."
"Jangan bercanda, ini gak lucu"
"Maaf dek..."
"ENGGAKKK!!! MAS BOHONG!!! "
"FARIZ!!! ENGAAAAKKKK"
.
.
.
LANJUT??
VOMMENT JUSEYO
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top