107
hai
jangan sider donk
makasih
.
.
.
"awas!!"
"aduh.. "
"pelan pelan aja"
"ya Tuhan kenapa kejam banget sih"
"bee..."
racauan chanyeol terus saja keluar dari bibirnya selama masa terapi putri berlangsung. dari awal hingga hampir 2 jam berlalu, mata chanyeol sama sekali tak lepas dari putri. dia menatap tajam ke arah putri dan terus bergumam merutuki alat alat laknat yang membuat kekasihnya kesulitan, kelelahan, hingga kesakitan itu.
berkali kali juga dia berusaha mendekat ke arah putri, tapi akan selalu di halangi oleh para terapis yang ada disana. jika saja dia tak ingat tempat, mungkin chanyeol sudah memaki terapis itu karena sudah membuat dirinya tak berguna sekarang. lihat saja, putri sedang kelelahan disana... keringat mengalir deras di wajah dan tubuhnya, raut wajahnya terlihat begitu lelah dan tersiksa membuat chanyeol merasa perih melihat itu semua. dan orang orang ini justru membiarkan putri harus berdiri sendiri saat dia terjatuh disana.
hingga, begitu hyemi menyatakan bahwa terapi hari itu selesai. chanyeol dengan segera menghambur ke arah putri, menyingkirkan hyemi yang sedang akan berjongkok untuk memeriksa kondisi kaki putri.
"kamu baik baik aja kan? mana yang sakit?"
tanya chanyeol segera tanpa jeda dengan raut wajah khawatir yang tercetak jelas di sana. putri hanya menggeleng kecil dengan nafas terengah engah. chanyeol segera menggendong putri di punggungnya tanpa menunggu kursi roda yang sedang di ambil oleh perawat. dia membawa putri kembali ke ruang inap milik kekasihnya itu.
.
.
--Skiipp--
chanyeol yang menggendong putri saat itu tak langsung membawa putri segera ke kamarnya. dia membawa putri menuju taman belakang rumah sakit yang sedikit tersembunyi dan tak banyak orang disana.
masih dengan menggendong putri yang tampak begitu lelah, nafas putri masih terasa sedikit tersengal selama di gendong.
"kita duduk di sini dulu ya"
putri hanya mengangguk kecil dan membiarkan chanyeol mendudukkan dirinya ke sebuah kursi taman di sana. chanyeol segera duduk di bawah dan melihat kondisi kaki putri
"sakit?"
"enggak, gak terasa apa apa"
ucapan putri entah kenapa membuat hati chanyeol terasa sakit, bagaimana bisa dia sebodoh ini? menanyakan sesuatu yang seharusnya tak perlu dia tanyakan lagi.
"maaf.. aku gak bermaksud untuk itu"
"gak apa sayang, aku ngerti"
chanyeol segera membuka sepatu putri dan juga kaos kaki yang dipakai oleh putri. dia memijit lembut kaki putri. sekalipun tak merasakan apa apa, putri begitu menikmati saat ini. dia sedikit canggung saat chanyeol menyentuh kakinya, tapi chanyeol segera menepis itu semua dan melanjutkan kegiatannya memijit kaki putri.
"kamu berhenti aja ya"
ucap chanyeol secara tiba - tiba
"kenapa?"
"itu tadi pasti sakit, aku aja nahanin banget liat kamu dari tadi"
"tapi itu kan biar aku bisa jalan lagi chan"
"gak usah, kamu gak usah usaha terlalu keras untuk ini. kamu mau bisa jalan lagi atau enggak itu sama aja gak akan merubah rasa cinta aku ke kamu. aku tetap akan mencintai kamu dan ada di sisi kamu sampai kapanpun. aku bakal jadi kaki buat kamu bisa jalan dan kemana pun kamu mau. kamu gak usah kesakitan kayak tadi. aku gak suka"
"kamu suka punya pacar yang lumpuh kayak aku?"
chanyeol menatap putri lekat
"bukan gitu maksud aku bee, aku cuma gak mau kamu terus kesakitan. aku gak suka kamu harus nahan sakit dan jatuh berkali kali tanpa aku bisa tolongin kamu. aku berasa jadi cowok gak berguna selama di sana tadi. aku gila ngeliatin kamu harus ngerasain terapi yang menurut aku mungkin gampang, tapi buat kondisi kamu? itu susah banget bee"
"..."
"aku gak nuntut kamu buat harus bisa jalan lagi kok. aku terima kamu apapun kondisi kamu, aku gak akan masalah tentang kamu harus kayak sekarang."
"tapi, aku lagi nuntut diri aku sendiri sekarang"
"bee... kamu ngerti gak sih kenapa aku bisa bilang begini? kenapa kamu gak pernah mau dengerin aku?"
ucap chanyeol sedikit emosi.
.
.
.
LANJUT?
VOMMENT JUSEYO
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top