Prolog
"Kita putus aja!"
"Nina," ucap Juna sembari menahan perempuan itu. Ini sudah kesekian kalinya hubungan mereka putus nyambung. Juna sudah lelah untuk bertengkar dan baikan lagi dengan perempuan ini. "Plis, jangan begini lagi. Kita selesaikan baik-baik, ya?"
Nina menghempas tangan Juna. "Jun, sadar! Kita udah beda. Kalau dilanjutin, nggak akan baik buat kita berdua. Gue udah capek!" Setelah mengatakan itu, Nina pergi meninggalkan Juna yang masih berharap Nina kembali dan menarik ucapannya. Tapi itu harapan yang sia-sia karena menunggu sampai tiga jam pun sepertinya keputusan Nina yang kali ini sudah bulat.
Juna memperhatikan bukunya yang berisi seluruh hal tentang Nina. Pacaran selama dua tahun, siapa yang tidak sayang untuk berpisah begitu saja? Nina adalah perempuan yang menemani Juna selama gap-year kemarin. Kalau tidak ada Nina, mungkin Juna tidak punya semangat besar untuk mendaftar kuliah lagi tahun ini. Tapi saat Juna sudah diresmikan menjadi mahasiswa baru begini, Nina yang lebih memilih bekerja daripada kuliah malah menjadi jauh darinya.
Sekarang belum liburan semester, tapi Juna menyempatkan diri untuk pulang ke kotanya karena merindukan Nina. LDR itu berat dan Juna sadar itu. Bukannya hubungan semakin dekat, dia dan Nina malah lebih sering bertengkar. Sepertinya Nina lebih suka jika pasangannya selalu berada di sekitarnya, sehingga berhubungan dengan Juna selalu membuatnya lelah.
Juna pun menghela napas berat. Apa kali ini dia harus belajar melepas Nina? Kenapa permasalahan tentang cinta seberat ini? Padahal tujuannya pulang adalah beristirahat. Jarak antara kampus ke rumahnya menempuh 12 jam dengan kereta, tapi dia malah mendapati pasangannya memutuskan hubungan darinya.
"Sial sekali kamu, Juna," gumam Juna pada dirinya sendiri.
***
"UKM Literasi ...," gumam Juna sembari memperhatikan selebaran yang dia simpan beberapa minggu lalu. Sebulan setelah putus dari Nina, Juna sudah memantapkan diri untuk menyibukkan dirinya. Jangan sampai karena cinta dia jadi kacau-balau tidak jelas. Maka sebagai mahasiswa semester 1, Juna memutuskan mendaftarkan diri menjadi bagian dari UKM Literasi.
"Juna, ya?"
Baru sampai di depan kafe, Juna sudah disambut oleh beberapa kakak tingkat. "Ah, iya, Kak. Saya Juna," kata Juna.
Pertemuan awal para anggota UKM Literasi yang baru saja mendaftar memang di kafe. Di kafe ini nantinya mereka akan saling berkenalan dan mengadakan diskusi kecil-kecilan terkait topik yang sudah ditentukan.
Bertemu orang baru rasanya sangat menyegarkan. Juna juga bersalaman dengan beberapa mahasiswa seangkatannya yang berasal dari berbagai fakultas. Tak lupa dia mendokumentasikan kegiatan hari ini dengan baik. Setidaknya kalau teman-temannya mampir ke akun Instagramnya, mereka tidak akan melihat Juna galau di insta story-nya. Mereka akan melihat Juna versi upgrade diri setelah putus.
"Oke, kita akan mulai masuk diskusi--"
"PERMISI!"
Kedatangan seseorang menginterupsi ketua UKM yang akan memulai sesi diskusi. Dia baru datang dengan napas ngos-ngosan, sepertinya salah satu mahasiswa baru yang juga mendaftar UKM ini.
"Maaf karena sudah terlambat, Kak," ucapnya yang tampak takut. Hoodie oversize yang dia pakai membuatnya tampak menggemaskan. Pakaian itu memang sesuai dengan udara kota ini yang cenderung dingin di malam hari. Berbeda dengan kakak tingkat lain yang pakaiannya terbuka dan beberapa bahkan menunjukkan belahan dada. Mereka jadi berpakaian lebih bebas jika di luar kampus.
"Santai aja, kita baru mulai diskusinya kok. Karena lo baru dateng, silakan perkenalan diri dulu," ucap salah satu kakak tingkat.
Perempuan itu tampak mengedarkan pandang dengan malu-malu. Perlahan senyumnya mengembang meski tampak canggung. "Halo, Semuanya! Selamat malam. Emm, gue Liora. Salam kenal!"
"Jurusan? Asal?"
"Jurusan Ilmu Komunikasi. Asalnya kota ini, tapi di kabupaten jadi jaraknya sejam."
"Lo berangkat ke sini dari rumah? Sejam? Serius? Udah malem, lho!" celetuk kakak tingkat yang lain karena terkejut dengan keberanian Liora.
"Iya, karena kota sendiri jadi santai aja. Udah tau jalannya. Kalau kemaleman, nginep di kos temen," ucap Liora, yang tampak terbiasa dengan pertanyaan itu.
"Wah, keren-keren! Kita dapet anak warlok nih di sini!"
"Warlok?" tanya Liora yang tak paham.
"Warga lokal! Hehehe ...."
Liora baru mengerti, mungkin karena kebanyakan di sini adalah perantau. Namun yang membuatnya merasa aneh dari tadi adalah salah satu tatapan seseorang yang sedang duduk jauh di sana. Apa Liora mengenalnya?
Tapi saat akan menyapa, pria itu malah memalingkan wajahnya dan bicara dengan yang lain. Itu sangat aneh bagi Liora.
Kok gue malah malingin muka? Anjir, saking bingungnya harus ngerespon gimana. Dia ... senyumnya cantik banget? pikir Juna.
-SENYUM UNTUK LIORA-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top