Bab 2

Juna menatap insta story yang baru saja dibuat oleh Nina, mantan pacarnya. Meski mereka sudah tidak berhubungan selama satu bulan, tapi siapa yang akan langsung baik-baik saja dengan perpisahan? Apalagi sebenarnya perpisahan itu diinginkan sepihak oleh Nina. Juna tidak mau, dia masih berharap hubungan mereka bisa dipertahankan. Meski sejujurnya dia merasa hubungan mereka sudah sangat toxic untuk satu sama lain.

Hoodie yang dipakai Nina di fotonya itu adalah hoodie yang Juna belikan, tapi perempuan itu tampak lupa. Sampai memamerkannya dengan santai dalam story. Apa berlebihan jika Juna sedikit berharap bahwa tujuan Nina membuat story itu untuknya? Tapi itu tidak mungkin, jadi lebih baik Juna tidak mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.

"Hayo, lagi ngapain lo!" Amara datang sembari mengalungkan lengannya ke leher Juna dari belakang. Merasa risi dan kaget, Juna segera bangkit menjauh.

"Mara! Jangan ngagetin gitu! Kalau HP gue jatuh gimana?" Juna mengusap dadanya, kemudian kembali mendudukkan diri di bangku itu.

Amara berkacak pinggang dengan wajah tanpa dosa. "Hilih, gitu doang kok lemah."

Amara, teman yang Juna jumpai di perkuliahan semester 1 ini. Selain mereka sekelas, Amara juga teman perempuan yang baik dan sangat peduli padanya. Buktinya saat dia sempat sakit kemarin, Amara tak ragu untuk datang ke kos Juna dan membantu merawatnya. Jarang sekali ada teman yang se-effort itu, jadi Juna akan selalu menghargai keberadaan Amara.

"Lagi ngapain lo?" Amara menatap layar ponsel Juna, dia melihat jelas wajah mantan pacar pria itu di sana. Sontak Amara mengambil alih ponsel pria itu. "Apani, woi?! Lo masih mutualan sama mantan lo? Blokir lah, anjir!"

"Amara, balikin HP gue!"

"Nggak, sebelum lo blokir dia dan hapus semua fotonya!" sentak Amara, merasa tak suka jika Juna terus terlarut dalam kesedihannya. "Lo kan udah janji buat move on! Lo janji nggak akan terhanyut sama mantan lo yang jahat itu!"

Juna mengambil ponselnya dari Amara. "Nina nggak jahat, gue yang emang belum bisa kasih apa yang dia mau."

"Halah, bullshit! Bisa aja sekarang dia lagi ngetawain lo sama selingkuhannya, Kampret! Dari awal gue denger nama si Nina-Nina ini gue udah kesel banget, deh. Mending lo ketemuin gue sama dia," ucap Amara.

Juna hanya tersenyum pahit mendengar perkataan Amara yang akan terus menjelek-jelekkan Nina untuknya. Mungkin ada baiknya juga dia mendengar itu semua karena dia tidak memiliki kemampuan menjelekkan Nina. Mungkin karena masih beradaptasi pada perubahan bahwa mereka kini bukan lagi sepasang kekasih.

"Juna, gue mau lo janji sama gue untuk hapus semua foto Nina!"

"Apa? Tapi--"

"Gue kan temen lo! Gue yang paling tau apa yang terbaik buat lo! Paham, nggak?"

Juna menghela napas berat, lalu mengangguk. Tak lama kemudian, Johan datang. Dia adalah sahabat dekat Juna karena berasal dari SMA dan kota yang sama dengannya. Mereka juga satu kelas, keduanya sangat tak terpisahkan. Kini bahkan tinggal di kos yang sama agar bisa membantu satu sama lain.

Kedatangan Johan membuat Amara terdiam. Juna terkekeh, kalau ada Johan saja Amara bisa bungkam. Karena perempuan itu memang sedang memendam perasaan pada sahabatnya.

"Kok diem, Mar? Tadi kan lagi ngomel," ledek Juna.

"Apa, sih? Siapa yang ngomel?" bisik Amara.

"Kenapa, Jun?" tanya Johan yang juga ingin tau.

Juna terkekeh. "Bukan apa-apa."

Tak lama kemudian, obrolan jadi lebih fokus antara Johan dan Amara yang sedang membicarakan tentang budaya dari kota asal mereka yang berbeda. Hal itu memberikan Juna kesempatan untuk melihat ponselnya lagi. Kali ini dia tidak membuka Instagram mantannya seperti tadi. Dia malah membuka pesan dari Whatsapp yang baru saja muncul notifikasinya.

Pesan obrolan grup UKM Literasi itu memberikan pengumuman bahwa mereka akan mengadakan pertemuan lagi minggu ini. Dari sekian banyak yang menjawab, ada nama Liora di sana. Meski belum menyimpan nomor perempuan itu, tapi dia menamai Whatsapp-nya dengan namanya sendiri sehingga bisa muncul di layar Juna.

Entah mengapa tangan Juna iseng mengiriminya pesan.

***

+62876894
Hai, Ra. Ini gue, Juna. Pertemuan minggu ini apa lo dateng?

Notifikasi yang muncul di layar laptop Liora membuatnya menghentikan aktivitas menulisnya. Dia pun membuka Whatsapp Web miliknya. Apa ini nomor Juna?

Me
Belum tau. Kalau barengan sama jadwal OSPEK, gue ijin

Itu jawaban yang bisa Liora berikan karena dia tidak ingin memaksakan dirinya untuk mengikuti dua kegiatan dalam satu hari. Apalagi dia harus menjaga staminanya untuk menyelesaikan novel. Selain sebagai mahasiswa, Liora juga bekerja sebagai penulis novel beberapa platform. Dia harus menuntaskan deadline agar dapat segera menerima gaji. Ada angsuran motor yang harus dibayar bulan ini.

+62876894 
Oh iya kita ada OSPEK ya hari itu

Me
Iya

Merasa tidak ada pesan lagi, Liora memutus sambungan Whatsapp Web-nya agar bisa lebih fokus menulis novel. Tanpa tau ada satu pesan lagi yang baru saja terkirim.

+62876894 
BTW jangan lupa save nomer gue ya hehe

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top