Wanita Aneh

Rasta panik, ia langsung berlari meraih tubuh Kirana sebelum tubuh itu menghantam lantai.

"Wanita aneh ini, kenapa selalu saja bereaksi seperti ini saat melihatku," gumam Rasta sambil membopong tubuh Kirana menuju klinik yang ada di kantor.

Pihak medis yang melihatnya langsung membantu Rasta.

"Apa yang terjadi?" tanya salah seorang petugas medis

"Aku tidak tahu, dia tiba-tiba pingsan begitu saja."

Rasta menjawab apa adanya. Ia memang tidak tahu kenapa wanita itu masih saja ketakutan dengannya.

Petugas medis itu mengangguk lalu meminta Rasta untuk menunggu diluar.

Rasta duduk di kursi tunggu sambil menelpon Angga untuk mengabarkan tentang keadaan istrinya tapi beberapa kali Rasta mencobanya, telpon itu tidak diangkat sama sekali.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Cakra saat melewati Rasta. Ia baru saja dari tempat dokumen yang letaknya bersebelahan dengan klinik kantor.

"Kamu melihat Angga?"

"Sepertinya dia sedang memakan Bu Selly saat ini."

"Aku bertanya serius!"

"Aku pun menjawabnya dengan serius. Justru kamu yang belum menjawab pertanyaan yang aku berikan tadi. Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Istri Angga pingsan."

"Istri Angga?"

"Ya."

Rasta menatap tajam pada Cakra. Ia bisa menangkap senyum tipis dari bibir Cakra yang terlihat mencurigakan.

"Angga di ruangan Bu Selly atau kamu  hubungi saja Bu Selly."

Rasta mengikuti saran Cakra, ia menghubungi Selly tapi sama saja, telpon darinya tak diangkat. Mungkin mereka berdua sedang melakukan sesuatu bersama.

"Baiklah, aku masih ada pekerjaan." Cakra melambaikan tangan lalu pergi.

Rasta awalnya ingin meminta Cakra untuk memanggil Angga di ruangan Bu Selly tapi sepertinya Cakra sudah mengetahui pikirannya sehingga dia memilih pergi.

Tak punya pilihan, akhirnya Rasta yang pergi menuju ruang Selly untuk memberitahukan keadaan Kirana namun belum sampai di ruangan Bos-nya itu, langkah Rasta dihentikan oleh seseorang yang sangat Rasta kenali.

"Bisa kita bicara sebentar?"

"Tentu, Pak."

Ya. Orang yang ingin mengajak Rasta bicara adalah suami Selly, Baskoro. Rasta tak tahu kenapa suami atasannya itu, tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan dan mengajak dirinya bicara.

"Ikuti aku."

Rasta patuh, ia hanya mengikuti tanpa banyak bicara dan bertanya. Ia juga tidak tahu akan di bawa kemana.

"Masuklah!"

Rasta masuk ke ruangan itu. Ruangan yang menurutnya terlihat suram karena minimnya cahaya baik cahaya lampu ataupun cahaya matahari dan paling penting adalah, Rasta belum pernah masuk ke ruangan itu sebelumnya dan ia belum tahu ruangan itu selama bekerja di kantor ini.

"Duduk dan lihatlah ini."

Baskoro menyodorkan ponselnya kepada Rasta. Ia ingin melihat reaksi Rasta.

Diluar dugaan Baskoro, bukan wajah takut yang terlihat di wajah Rasta saat melihat pesan itu. Pesan yang berisi foto dirinya bersama Selly yang di kirim oleh Angga.

"Apa komentar kamu tentang ini?'

Tak mendapatkan reaksi yang Baskoro harapkan. Ia meminta penjelasan dari Rasta.

"Mungkin Bapak juga harus lihat ini."

Rasta mengajak suami atasannya untuk keluar dari ruangan tersembunyi itu dan mengajaknya menuju ruang Selly.

Kini giliran Baskoro yang tak bertanya dan berbicara kemana ia akan di bawa. Sampai akhirnya ia tahu, dirinya di bawa ke ruangan Selly.

"Bukalah!"

Tanpa ragu, Baskoro membuka pintu ruang kerja istrinya dan pemandangan luar biasa yang pertama kali ia lihat.

"Selly?!" teriak Baskoro murka.

Angga dan Selly sangat terkejut dan langsung berdiri dengan keadaan yang___memalukan____tanpa sehelai benangpun di tubuh mereka berdua.

"Sekarang telpon nomor pengirim foto itu," ucap Rasta.

Baskoro mengikuti ucapan Rasta untuk menelpon nomor pengiriman lalu pandangan Baskoro tertuju pada ponsel yang ada di meja kerja Selly lalu ia mendekat ke arah meja dan mengambil ponsel itu. Ia tahu, ponsel itu bukan milik istrinya jadi sudah jelas, jika ponsel itu adalah milik pria yang kini berdiri tanpa sehelai benangpun dihadapannya.

Baskoro semakin geram karena sang pelapor perselingkuhan dengan mengirimkan sebuah foto mesra justru tertangkap basah sedang berhubungan intim dengan istrinya.

"Jelaskan di kantor polisi," ucap Baskoro penuh dengan amarah.

Angga masih tak bisa berpikir, ia sungguh bingung namun yang paling utama, ia merasa malu beserta takut kalau-kalau ia akan di tahan. Ia pasti tak akan memiliki harga diri lagi jika itu benar terjadi.

"Sayang...."

Selly maju untuk menghampiri suaminya, ia tak mau jatuh miskin dan hidup susah sehingga ia harus bisa memenangkan hati suaminya lagi meski mungkin akan terasa sulit.

"Cukup!"

Baskoro mengangkat tangannya supaya Selly tak mendekatinya.

"Aku minta maaf."

"Sebenarnya ini bukan hal pertama aku mendengar tentang perselingkuhan-mu tapi aku berusaha untuk mengabaikannya karena aku belum memiliki bukti yang cukup kuat tapi kali ini aku sudah melihatnya secara langsung."

Tubuh Selly gemetar, ia takut mendengar kata demi kata yang suaminya ucapkan namun ia tak akan mau mengalah begitu saja. Ia akan membela diri dan berbalik menyalahkannya.

"Aku akan_____"

"Berhenti, Mas!" teriak Selly.

"Kamu tidak bisa menghentikan aku untuk___"

"Semua ini salahmu, Mas. Andai kamu bisa memperlakukan aku dengan baik, mana mungkin aku akan mencari kepuasan yang lain. Aku juga sudah memberikan saran kepadamu untuk berobat tapi kamu mengabaikan aku."

Baskoro terdiam mendengar perkataan Selly yang benar-benar menampar dirinya sebagai seorang pria.

"Aku kecewa denganmu, Mas!"

Selly berpura-pura menangis dan memasang wajah yang seakan-akan dia terluka membuat Baskoro tak tega.

Baskoro melepaskan jas kerja miliknya lalu memakaikannya pada tubuh telanjang Selly.

Rasta yang menyaksikan itu sejak tadi hanya diam, ia sudah bisa menebak Selly akan baik-baik saja karena wanita licik dan penuh tipu muslihat yang membuat Rasta penasaran adalah motif dibalik kelakuan Angga yang melaporkan dirinya kepada Pak Baskoro.

Untung saja, otak cerdas Rasta cepat berjalan hingga ia bisa membalikkan semua keadaan.

Rasta menyeringai ke arah Angga yang wajahnya pucat pasi dan tak bergerak dari tempatnya sejak tadi.

"Urus masalah dia!" perintah Baskoro pada Rasta. Ia muak melihat Angga di ruangan itu.

"Baik."

Rasta menyeret Angga supaya ikut keluar dengannya namun Angga meminta waktu sebentar untuk berpakaian. Setelah selesai, Angga keluar bersama Rasta.

"Menyedihkan," ucap Rasta pelan seperti sebuah gumaman namun masih dapat Angga dengar.

"Apa maksudmu?"

"Harusnya aku yang bertanya, apa maksudmu?"

"Aku tidak mengerti."

"Aku rasa kamu bukan orang bodoh. Aku tahu, kamu yang mengirimkan fotoku saat bersamaan Selly tadi pagi. Aku sudah berjaga-jaga saat melihat senyummu itu dan ternyata benar."

Rasta menertawakan Angga yang menurutnya kurang cerdas dalam permainan seperti ini.

Tawa Rasta semakin lebar ketika melihat Angga mengepalkan tangannya yang kelihatannya sudah siap untuk menghajar.

Bukk....

Satu pukulan keras mendarat di pipi Rasta padahal Rasta bisa saja menghindari pukulan itu tapi ia melihat Kirana yang tengah di papah oleh salah seorang tenaga medis.

"Sialan kamu!" teriak Angga murka, ia kembali memukul Rasta tapi ia sedikit heran karena kenapa Rasta tidak berusaha menghindar atau melawannya.

"Mas Angga!"

Angga otomatis berbalik dan ia terkejut setengah mati melihat Kirana ada di belakangnya.






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top