1
Melelahkan. Ini bahkan sudah setahun berjalan, dan aku belum melupakanmu. Sama sekali.
Apa kau bahagia setelah bisa bebas dariku? Apa kau bisa tersenyum bahagia lagi setelah pergi dariku?
Kuharap tidak. Karena aku tidak ingin kau merasa lebih bahagia selain denganku.
Maaf, sekali lagi aku bersikap egois.
°°°
Señorita
PHILO
Disclaimer: All Naruto Character © Mashashi Kishimoto
°°°
"Kupikir kita harus mengakhiri semuanya." Jelasnya ketika sesi makan malam mereka selesai.
"Kenapa harus berakhir? Kita tidak sedang dalam masalah." Jawab si pria dengan rahang yang mengetat, ia sedang menahan emosinya.
"Ini salah, Sasuke...." Lirihnya kemudian.
"Bagian mana yang salah, Sakura?" Sasuke masih menahan emosinya yang mendadak bergolak tidak karuan.
"Kau! Kau yang bermasalah! Sejak awal hubungan kita salah!"
"Kau terlalu berlebihan padaku, pada rekan-rekan kerjaku bahkan pada kehidupan pribadiku. Aku sesak setiap kali kau berada di sekitaku, Sasuke!" Sakura mulai berteriak marah, dan ia tidak perlu merasa malu karena makan malam kali ini berada di unit apartemennya.
"Berlebihan katamu?" Sasuke mulai terpancing.
"Bagian mana yang berlebihan jika gadisku berdekatan dengan pria lain? Bahkan melakukan skinship yang melewati batas!"
"Bergandengan tangan seolah ia adalah kekasihnya. Oke! Jika yang kau maksud yang seperti itu bukan melewati batas,"
"Lalu bagaimana dengan berciuman dengan pria lain? Meskipun itu temanmu? Apa itu juga tidak melewati batas?" Habis sudah, Sasuke menyarakan semuanya malam ini. Biarkan saja Sakura menganggapnya apa.
Di hadapannya Sakura membelalakan matanya terkejut. Apa Sasuke melihatnya? Ciuman bodohnya dengan Gaara?
"Kau--kau tidak tahu yang sebenarnya, Sasuke!"
"Terserah. Jika kau memang mau mengakhiri semuanya, ayo akhiri sekarang." Sasuke tersenyum, senyum penuh luka.
Pria raven itu berbalik, tanpa mengucapkan apapun ia melangkah pergi meninggalkan Sakura yang menatap kosong di meja ruang makan.
***
Sasuke terbangun dengan keadaan basah kuyup. Keringat dan air mata membanjiri wajahnya, ia terlihat sungguh kacau di jam tiga dini hari.
Ia benci mimpi itu, itu adalah mimpi yang nyata. Hari ketika ia mengakhiri semuanya dengan Sakura adalah hal yang tidak ingin ia ingat, bahkan untuk seumur hidup.
Padahal tepat tiga bulan setelahnya, mereka akan melangsungkan pernikahan. Tapi, karena sebuah kesalahan--entah siapa-- membuat semua impian itu terhempas begitu saja. Orang tuanya, orang tua Sakura dan teman-temannya terlihat sama bingungnya ketika ia memberitahu ia sudah berakhir dengan Sakura.
"Apa yang membuat kalian berakhir? Kalian adalah couple paling harmonis dan serasi sejak kuliah." Pertanyaan itu yang selalu ditanyakan teman-temannya.
Dan apa respon orang tuanya ketika mendengar itu?
Ibunya menangis, menanyakan kenapa ia harus berakhir dengan Sakura. Ibunya tahu, kebahagiaan Sasuke ada pada gadis itu dan Ibunya tidak pernah melihat Sasuke sehidup itu setelah kakaknya meninggal delapan tahun yang lalu.
Tapi Sasuke bisa apa selain menanggapinya dengan senyum getir? Ia tidak bisa terlihat lemah di depan semua orang, apalagi Ibunya.
Bicara mengenai Ibunya, ia merupakan seorang janda. Ayah Sasuke wafat dua tahun setelah kakaknya meninggal. Karena itulah, ia tidak bisa mengambil beasiswa kuliahnya di Inggris.
Sasuke beranjak dari ranjangnya dengan keadaan yang kacau, sejak ia terbangun jam tiga tadi. Ia harus segera bersiap, pekerjaannya tidak bisa menunggunya.
"Selamat pagi, Ma." Sapa Sasuke pada Ibunya yang masih sibuk menata sarapan dan bekal makan siang miliknya.
"Selamat pagi, Sayang." Balas sang Ibu lalu mengecup pipi Sasuke singkat.
"Kenapa dengan matamu?" tanya Ibunya setelah selesai dengan pekerjaannya.
"Kau sakit?" Nada suaranya terdengar jelas sedang khawatir. Dan Sasuke tersenyum tipis.
"Tidak, Ma. Aku baik-baik saja."
Jawaban Sasuke tidak serta merta membuatnya percaya, mata indah yang sewarna miliknya itu masih memicing menuntut jawaban yang lebih logis dari putra bungsunya itu.
Sasuke menghela napasnya, "Iya, aku mimpi buruk lagi."
"Lagi?" Sasuke mengangguk.
"Bagaimana dengan kabarnya sekarang? Kenapa kau tidak mencoba menghubunginya lagi? Kurasa hubungan kalian tidak seharusnya berakhir, Sasuke."
"Selamat makan." Sasuke mengabaikan Ibunya. Topik tentang mimpi buruk Sasuke dan sosok yang di mimpi itu terlalu menyesakkan jika harus dibawa ke meja makan apalagi saat sedang sarapan seperti ini.
Ibunya menghela napas lelah, sampai kapan Sasuke menutupi rasa sedihnya? Sebagai Ibu ia tentu tahu apa yang terjadi padanya bahkan tanpa ia beritahupun.
***
U
npub publish baru unpub publish baru. Gitu aja terusss
Selamat malam
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top