Sekilas

Plak!

Panas seketika menjalar di pipi kanan gadis yang masih saja berdiri mematung dengan tatapan kosong. 

"Gugurkan anak itu! Cukup kamu mengotori rumahku dengan tindakan tak pantasmu!" Deru napas memburu pria paruh baya itu tak sedikitpun membuat Ameera menitikkan air mata seperti yang sudah-sudah. 

Ameera tetap bergeming, tidak sedikitpun suara ia keluarkan hari ini setelah sang ayah meluapkan amarahnya atas apa yang sama sekali ia perbuat.

Kejadian sebulan lalu bukanlah salahnya, ketika sang ayah menemukannya dalam keadaan yang sangat berantakan. Semua lebur, Ameera hancur, ternyata kebaikannya saat itu pada saudari tirinya malah membuatnya semakin menderita. Ameera tau jika Ceri selama ini membencinya, namun tak ia sangka jika Ceri bisa merusaknya tanpa sisa. Meski ia bisa saja mengadukan Ceri, namun Ameera cukup tau diri jika kebaikan sang ayah tak akan berpihak padanya.

Menghapus kasar air matanya, diam-diam gadis itu menyelinap keluar rumah seperti yang selama ini ia lakukan setelah kemarahan ayahnya terlampiaskan padanya, termasuk saat ini. Tujuan langkah gontainya hanyalah pantai yang tak jauh dari rumah, Ameera butuh senjanya untuk bercerita saat sudah tak ada lagi yang dapat ia percaya di dunia ini selain ibunya.

Senja bagi Ameera Xeanee adalah pelepas kesakitan. Senja pun seperti ibu baginya, saat dimana ia bisa menumpahkan segala perasaan atas semua perlakuan buruk yang ia terima selama ini. Senja yang selalu ia datangi diam-diam selama delapan tahun belakangan semenjak ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan.

Ameera, gadis berambut panjang dengan iris coklat namun sayu. Seorang piatu yang dibesarkan oleh ayah sambung yang bahkan tidak sekalipun melihatnya ada sejak ibunya tiada. Ameera dengan segala kesakitannya. Kini tak ada lagi yang bersisa darinya setelah ini. Ameera harus menanggung apa yang tidak ia perbuat tanpa ada kesempatan untuknya membela diri, bahkan harga dirinya pun telah terkoyak bersama kehormatan yang tak lagi ada padanya.

"Kamu tahu? Aku lelah menjadi wanita lemah." Napas Ameera menderu, tangannya menggenggam erat pasir pantai yang kembali ia sentuh seakaan mampu menopang dirinya agar tak tersungkur.

Tak ada jawaban atas pelampiasan sakitnya, hanya angin yang semakin kencang menerpa, serta deburan ombak yang kian berkejaran.

"Ya, tak ada pilihan lagi, sepertinya akan sedikit sulit setelah ini, tapi aku harus melakukannya." Senyum Ameera terbit diantara air mata yang mengalir kian deras, bukan sebuah senyum yang manis melainkan senyuman kehancuran untuk meluruhkan semua sisi baik dalam dirinya.

...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top